Kali ini, tulisan saya tidak berisikan dengan ulasan film, melainkan
hal-hal yang sebagian besar salah dimengerti oleh kebanyakan orang khususnya di
ranah film. Kali ini saya membatasi hingga 10 pernyataan saja dari fakta-fakta
yang sering saya temukan di lapangan. Sebagian besar berasal dari orang-orang
sekitar maupun yang saya peroleh dari komentar-komentar di sebuah forum atau
sejenisnya. Nah sebelumnya, saya ingin menegaskan bahwa saya tidak mencoba
untuk ‘sok tahu’ dengan membuat tulisan ini, melainkan hanya sebagai media sharing dan belajar bersama. Sebab, saya
sendiri juga masih sering melakukan kesalahan pemahaman pada istilah-istilah
dalam film. Tidak lain dan tidak bukan karena saya memang masih tergolong
‘penonton awam’ yang masih butuh banyak belajar.
Baik, saya rasa paragraf pembukanya sudah cukup. Berikut 10 kesalahan
pada istilah-istilah dalam film yang cukup sering saya temukan.
1. Produksi dan Distribusi
Hal ini
sering saya dapatkan dari teman-teman saya yang masih sedikit kesulitan dalam
membedakan antara studio produksi dengan distribusi dalam industri film.
Sebenarnya, perbedaan keduanya sangat mencolok dan itu bisa diketahui dari
namanya saja. Kalo istilah produksi berarti mengacu pada produsen yang membuat.
Sedangkan distribusi berarti adalah pihak yang mendistribusikan atau
memasarkan. Namun tidak bisa disangkal pula bila ada studio produksi film yang
juga sekaligus mendistribusikan film-filmnya.
Kebanyakan
kesalahan dalam menyamakan ini muncul karena logo studio distribusi sering
muncul paling awal ketika film berjalan (sebelum opening credit), barulah kemudian diikuti oleh studio produksi.
2. Protagonis dan Antagonis
Kalo yang
satu ini pasti sering dijawab kalau protagonis adalah “tokoh yang baik”
sedangkan antagonis adalah “tokoh yang jahat”. Padahal, pengertian
tersebut sebenarnya kuranglah tepat. Jika mengutip dari KBBI (Kamus Besar
Bahasa Indonesia), maka makna protagonis adalah “tokoh utama dalam film,
novel, ataupun sandiwara panggung”. Sebagai kebalikannya maka antagonis
adalah “lawan dari tokoh utama / protagonis”. Pengertian “lawan” di sini adalah
bentuk antitesis dan tidak bisa diartikan dengan “jahat”.
Cukup
konyol juga sebenarnya bila protagonis dan antagonis dibedakan menurut watak
baik maupun jahatnya, sebab ‘baik’ ataupun ‘jahat’ itu bersifat relatif dan
merupakan bentukan dari sudut pandang yang berbeda.
3. Luar negeri = Hollywood
Entah siapa
yang pertama kali mempopulerkan istilah bahwa film asing, katakanlah yang main
‘bule’ (heheheh) pastilah film “Hollywood”. Padahal film asing belum tentulah
dari Hollywood. Nah, untuk menjawab ini pertama-tama kita harus tahu terlebih
dahulu, Hollywood itu apa. Hollywood merupakan sebuah distrik yang berada di
Los Angeles, negara bagian California, Amerika Serikat. Di distrik itu banyak
studio-studio besar yang memproduksi film. Jadi, “film Hollywood” itu film-film
yang diproduksi dan didistribusikan oleh studio-studio besar dari Hollywood.
Kalo filmnya yang main bule-bule dari Eropa, yang pastinya bukan “film
Hollywood”.
Namun tidak
semua film keluaran dari Amerika Serikat diproduksi oleh Hollywood, sebab ada
juga yang merupakan “film indie” alias diproduksi oleh studio kecil dan
kebanyakan rilis terbatas. Tapi tidak pasti juga sich, sebab “film indie” juga
bisa rilis secara luas.
4. Trailer dan Thriller
Masyaallah,
ini kebangetan sekali kalau sampai keliru. Nyatanya memang masih banyak yang
salah membedakan antara “trailer” dengan “thriller”. Keduanya padahal memiliki perbedaan
yang amat sangat jauh bagaikan bumi dengan langit. “Trailer” itu cuplikan film
yang akan tayang di bioskop atau bahasa mudahnya adalah “iklannya film”.
Sedangkan “thriller” adalah salah satu genre
film yang isinya pokoknya menegangkan gitu deh, ada adegan bacok-bacokan dan
bunuh-bunuhan misalnya. Kadang juga bisa dikombinasikan sama horror, crime, atau mystery.
5. Anime dan Kartun
Kelihatannya
ini memang sederhana, tapi dalam kenyataannya perbedaan antara anime dan kartun
masihlah menjadi bahan perdebatan hingga kini. Untuk jawaban paling mudah,
anime itu yang berasal dari Jepang dan kartun itu dari Amerika / non-Jepang.
Dengan membedakan menurut negara asal, perbedaan anime dan kartun memang begitu
mudah terjawab. Jelasnya, keduanya dapat digolongkan dengan satu istilah, yaitu
animation. Ataukah selain karena
‘asalnya’, perbedaan itu bisa berasal dari ciri khasnya ?. Saya sedikit kurang
yakin dengan jawaban saya sendiri.
Untuk
pecinta ‘jejepangan’ sendiri misalnya, mereka memang dengan tegas menolak
persamaan antara anime dengan kartun, bukan ?. Hal yang sama juga terjadi pada
“idol group” dengan “girlband”. Jika merunut ke sumber nama, kata “anime”
memang berasal dari animation yang
artinya animasi, baik itu 2D maupun 3D. Dengan kata lain, anime dan kartun itu
sebenarnya ya....sama saja. Kalau ada yang menganggapnya sama, menurut saya ya
sah sah saja. Kalau saya sendiri termasuk kelompok yang membedakan antara anime
dengan kartun.
6. Prekuel dan Sekuel
Misalkan
dalam sebuah trilogi film, maka seri yang pertama dibuat disebut dengan prekuel
dan seri yang mengikutinya disebut dengan sekuel. Tapi, kebanyakan ada yang
salah memberikan urutan nama dalam sebuah sekuel. Misalkan saya ambil contoh
film “Toy Story 2” adalah “sekuel pertama” dari “trilogi Toy Story”. Nehh, yang
salah itu ketika menyebut film kedua dalam trilogi itu dengan sebutan “sekuel
kedua”. Untuk lebih gampangnya begini, saya ambil contoh trilogi lagi, bahwa
film kedua itu disebut “sekuel pertama” dan film ketiga disebut “sekuel kedua”,
sebab yang pertama sudah punya nama “prekuel”.
7. Mystery dan Horror
Sekali lagi
jangan disamakan ya... Singkatnya kalo film mystery
itu ada misteri di dalamnya seperti film-film “Detective Conan”. Di dalamnya
ada misteri yang harus dikuak seperti dalang pembunuhan misalnya. Sedangkan
kalo horror sudah jelas pokoknya
kalau ada hantunya.
8. Hitam Putih = Noir
Ada salah
satu teman saya juga yang pernah mengatakan bahwa film hitam putih itu pastilah
noir. Sebelumnya saya jelaskan kalau
film noir itu biasanya diisi dengan
keambiguan karakter dan motivasi seksual karakternya, seperti beberapa
film-filmnya Alfred Hitchcock (agak mirip dengan crime). Noir sendiri dinyatakan sudah punah dan terakhir kali
tercatat di akhir 50-an (kalau tidak salah), makanya filmnya berwarna
hitam-putih. Jadi kalau ada film (khususnya yang baru) kalau di-shot pake hitam
putih tidak bisa seenaknya disebut dengan noir.
9. Remake dan Restore
Ada yang
bingung ?. Ini mudah sekali. Dalam istilah film, kalau remake itu artinya dibuat ulang, baik dari cast dan crew yang
berbeda dan bisa saja alur cerita yang sedikit berbeda. Sedangkan restore adalah film lama yang diperbaiki
dari sumber aslinya (reel) baik dari segi kualitas gambar (menghilangkan
bercak-bercak) maupun dengan menjernihkan suaranya.
10. Film superhero Marvel = Marvel Cinematic Universe
Yang terakhir
ini juga termasuk sering saya temui karena banyak yang menganggap bahwa semua
film super hero yang berasal dari komik Marvel merupakan bagian dari Marvel
Cinematic Universe. Hehehe....tidak seperti itu ya. Jadi MCU itu terbatas hanya
film-film Marvel yang tergabung dalam satu semesta dan dibagi menjadi 3 fase
dan masing-masingnya dikumpulkan dalam movie “The Avengers (1, 2, dan 3)”.
Pokoknya kalau ada nama Kevin Feige di kursi produser, berarti film itu masuk
dalam MCU. Hingga saat ini sudah ada 12 film dalam MCU yang diawali oleh “Iron
Man” (2008) sampai yang terbaru “Ant-Man” (2015). Jadi kalau waralaba “X-Men”
dan “Fantastic Four” misalnya, itu bukan termasuk dalam MCU.
Horror kan nggak harus hantu masbro hehe
BalasHapusNambahin miskonsepsi yang ngetren di Indonesia "nyamain film Indonesia yang bener-bener tayang (official selection) di Cannes sama yang dibawa kesana cuman buat jualan di lapak"
Bener, The blair witch project contohnya
HapusNice info gannnn
BalasHapusnonton film online
nonton drama Korea
Nonton Film Box Office
Nonton Movie
Berita Bola Terbaru
nonton drama Korea
nonton film online
kirain, noir tuh film yang ceritanya naratif dan ngambil sudut pandang pemain utama, kaya film watchmen atau fight club
BalasHapus