Saya
selalu menyukai film yang menggunakan setting nyata dari sebuah peristiwa
bersejarah, karena dari situ saya mendapat nilai tambah untuk mempelajarinya
lebih lanjut. Film Kanada-Perancis garapan sutradara Denis Villeneuve ini
sedikit mengingatkan saya pada film Argentina, The Secret in Their Eyes (2009).
Bukan karena alur ceritanya memang, melainkan karena keduanya sama-sama
menggunakan setting sebuah konflik/krisis yang terjadi di suatu daerah dan
keduanya pun juga mengedepankan aspek misteri yang kuat. Incendies diangkat
dari teatrikal drama karya Wajdi Mouawad pada tahun 2003, dan pada tahun 2011
berhasil masuk nominasi di Academy Awards untuk Film Berbahasa Asing Terbaik.
Nawal
Marwan (Lubna Azabal) melalui notarisnya, Jean Lebel (Réemy Girard) menyampaikan
permintaan terakhirnya pada anak kembarnya, Jeanne (Mélisa Désormeaus-Poulin) dan Simon
(Maxim Gaudette) agar menemukan ayah dan saudaranya yang lain di negara tempat
kelahirannya. Awalnya, Jeanne dan Simon meyakini bahwa ia tidak punya saudara
lagi dan yang ia tahu bahwa ayahnya juga sudah meninggal selama perang di kota
Daresh. Karena Simon enggan, akhirnya Jeanne memutuskan sendiri datang ke
negara di daerah Timur Tengah tempat lahir ibunya, untuk mencari lokasi tempat
ayahnya berada. Sedangkan Simon mendapatkan bagian untuk mencari keberadaan
saudara mereka. Chapter pertama ini
diberi judul Les Jumeaux atau yang
berarti Si Kembar.
Chapter kedua berjudul “Nawal”,
menceritakan masa lalu Nawal saat memiliki hubungan terlarang dengan pemuda
muslim bernama Wahab (Hamed Najem). Namun naas, Wahab yang seorang pengungsi
itu akhirnya tewas dibunuh oleh saudara Nawal. Nawal yang dianggap membawa
kesialan pada keluarga, akhirnya melahirkan seorang bayi laki-laki dengan
dibantu oleh neneknya. Bayi laki-laki itu kemudian dititipkan pada panti asuhan
di Kfar Kout. Nawal lalu pindah ke kota bernama Daresh untuk melanjutkan studi Bahasa
Perancis. Ia juga aktif dalam menentang partai Nasionalis di saat perang sipil
antara kubu Muslim dan Kristen pecah. Setelah bertahun-tahun berlalu, Nawal
kembali untuk menjemput anaknya. Tapi apa yang terjadi, panti asuhan tempat
anaknya berada telah dihancurkan oleh kaum milisi.
Adegan
pertama diawali dengan seorang anak laki-laki yang dicukur rambutnya, menatap
dengan matanya yang seolah menyalakan api penuh dendam dan kebencian yang
mendalam. Anak inilah yang akan menjadi kunci dari misteri yang tersebar dalam
film ini. Sejak Jeanne mempertanyakan mengenai kenyataan terkait ayah dan
saudaranya yang berlawanan dengan permintaan terakhir ibunya, saya sudah merasa
bahwa ada unsur misteri yang siap untuk diikuti selama film berlangsung. Misteri
berupa teka-teki keberadaan sekaligus kenyataan mengenai ayah si kembar itu,
mengantarkan Jeanne ke sebuah negara ‘antah berantah’ di Timur Tengah, karena
sama sekali negara tersebut tidak pernah dijelaskan namanya di sepanjang film. Dengan
bersumber referensi yang saya cari, banyak yang mengaitkan negara yang menjadi
setting dari Incendies ini adalah Lebanon. Di negara tersebut, memang pernah
pecah perang sipil antara kubu Muslim dengan Kristen antara tahun 1975-1990. Semua
nama kota yang digunakan dalam film inipun juga murni fiksi.
Selain
dibalut dengan unsur misteri yang menjadikan daya tariknya, Incendies juga kaya
dengan karakternya yang kuat. Jeanne dan Simon, si kembar laki-laki dan
perempuan ini memiliki watak yang cukup berseberangan. Jeanne terlihat lebih
dewasa dan tenang dalam menangani setiap masalah. Sedangkan Simon lebih mudah
naik darah dan selalu pesimis dalam masalah yang dihadapi. Masa lalu mereka
berdua memang tidak dijelaskan secara rinci, tapi saya berasumsi bahwa mereka awalnya
tidaklah dekat satu sama lain. Tapi, dengan wasiat berupa ‘petualangan’ pencarian
dari ibunya ini, mereka mulai nampak akrab dan menunjukkan perasaan saling
membutuhkan satu sama lain. Dari jajaran cast,
saya menyukai pemilihan Mélisa Désormeaus-Poulin dan Maxim Gaudette
yang keduanya memiliki kemiripan wajah untuk berperan sebagai saudara kembar.
Karakter
Nawal sendiri digambarkan sebagai seorang wanita yang kuat, tegar, dan
berpendirian ‘kokoh’. Dengan beraninya, ia membunuh pimpinan Partai Nasionalis yang
radikal meski mereka memiliki kesamaan agama, karena apa yang diinginkan oleh
Nawal tidak lain adalah perdamaian bagi kedua belah pihak, antara Muslim dengan
Kristen. Tapi sering pula Nawal dimunculkan dalam keadaan diam dan tertegun
cukup lama setiap ia tertimpa sebuah hal yang membuatnya begitu sedih dan
terluka. Salah satunya adalah ketika adegan bus yang berisi warga Muslim yang
ditembali milisi Kristen, dan Nawal tidak berhasil menyelamatkan seorang gadis
kecil (adegan ini merupakan adegan paling menyayat hati dan membuat saya speechless). Segala pahit getir rasanya
tidak pernah lepas dari hidupnya, dan itulah yang mengasahnya menjadi pribadi
yang tangguh. Karakter Nawal Marwan ini berhasil mengambil hati saya dan
benar-benar membuat terkesan.
Apa yang
membuat saya begitu menyukai Incendies selain kehadiran misterinya yang seru
untuk diikuti adalah penggunaan setting berupa konflik nyata dalam sejarah.
Dalam hal ini adalah perang sipil akibat gesekan agama yang berbeda, meskipun
tidak ditampilkan secara eksplisit. Adegan chaostic
juga berhasil dibangun dengan cukup baik seperti pengungsi yang berlarian ke
sana kemari dan tank-tank yang siap menyerbu, semakin menambah suasana yang mencekam
di tengah-tengah peperangan. Cerita semakin seru dan mendebarkan ketika proses
pencarian tersebut sempat melibatkan salah satu pemimpin milisi tertinggi. Tapi
justru dari sanalah jawaban akan segala misteri mengenai ayah dan saudara si
kembar berhasil didapatkan. Incendies ditutup dengan twist ending yang membuat breathtaking
dan cukup membuat pikiran blowing.
Denis Villeneuve telah berhasil menghadirkan sebuah sajian luar biasa dengan tone yang lambat di awal tapi meledak di
akhir. Incendies berasal dari Bahasa Perancis yang memiliki arti “api”, api
yang berkobar selama perang sipil, api kemarahan Nawal pada kaum Nasionalis,
serta api yang membakar emosi penonton ketika menyaksikannya.
ATAU
9 / 10
beberapa kali sya mereewind beberapa adegan dan mendpati ending yg sanagt tragis dn memilukan,, tdk ada celah layak oscar
BalasHapusbru mau nonton, semoga memang endingnya oke seperti film inception(meski beda genre), tapi yg diharapkan adalah sama sama twist ending
BalasHapuskalau mau film yg berat lagi, saya recommendasikan Donnie Darko, Itu ending nya Top bgt, Cult Movie Fenomenal.
BalasHapusWow. Q baru aja selesai nonton inj film. Mind blowing. Kalo cuma liat plot garis besarnya kayaknya biasa. Tp setelah nonton... G usah nton. Liat plot ceritanya aja bagi yg suka genre gini pasti pengen nton. Dan nggak ngecewain. Sayang pendapatan mereka nggak melebihi pengeluaran. Tp cukup knowledge banyak dpt penghargaan. Recommend ini film bagi yg belum nonton and suka genre misteri dg setting gini 😀.
BalasHapusSuka banget sama filemnya, sama sekali gak ketebak endingnya. Reaksi Jeane saat mendengar saudaranya mengatakan "satu ditambah satu apakah menjadi satu" bikin penonton shock dan semakin penasaran.
BalasHapusAku agak bingung pas di scene itu, karna ngk paham apa yg dimaksud
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusBaru nonton ternyata bagus euy. Adakah film indnesia yg agak mirip2 seperti ini? Maksdnya yg ada twist nya? Hehhe
BalasHapusTragis banget kisahnya. Tapi sayang banget gak menang di oscar
BalasHapusternyata ayahku adalah kakaku
BalasHapusSudah tertebak ketika disuruh mencari ayahnya sementara wahab sdh tewas..lebih yakin lagi saat pemerkosaan terjadi dan tidak ada tokoh lagi yg dimungkinkan menjadi ayah selain anak pertamanya karena tidak ada sedikitpun arah akan muncul tokoh2 lain yg krusial saat film sdh berjalan 1 jam lebih
BalasHapusSaudaranya sinetron azab Indosiar
BalasHapusKakaknya adalah ayahnya...satu hal yg mbuat pilu ketika bus penuh penumpang dibetondong peluru dsitu ad anak kecil yg berusaha diselamatkanya namun mlh dibunuh oleh milisi...konflik perang it kejam
BalasHapus