Bila
mendengar nama Alfred Hitchcock, maka yang teringat adalah “Psycho” (1960) yang
sering disebut sebagai karya terbaiknya. Tapi di luar “Psycho”, jangan lupakan
pula “Vertigo” yang bercokol di posisi atas dan layak disebut pula sebagai
karya besarnya. Baik untuk “Psycho” atau pun “Vertigo,” keduanya adalah karya
ternama dari Alfred Hitchcock. Keduanya juga memberi pengaruh yang besar bagi
dunia perfilman di masanya. Maka jika disuruh memilih, manakah dari keduanya
yang pantas untuk menjadi film terbaiknya?
“Vertigo”
adalah suspense – thriller yang sudah
menjadi maskot bagi Hitchcock. Di dalam banyak film-filmnya, ia sering
mengangkat hubungan romansa yang tidak jarang berakhir tragis atau kepahitan di
sisi lainnya. Mungkin istilah “noir” lebih mudah diambil untuk menggambarkan
keadaan itu. Yah, itulah yang juga ada dalam “Vertigo.”
Film
ini ditulis naskahnya oleh Alec Coppel dan Samuel Taylor. Diangkat dari novel
Prancis berjudul “D’entre les Morts” tulisan Pierre Boileau dan Thomas
Narcejac. Bercerita mengenai pensiunan detektif yang terjebak dalam hubungan
cinta dengan istri dari kliennya. Ia adalah John Ferguson (James Stewart)—kerap
dipanggil “Scottie” oleh orang-orang terdekatnya. Ia pensiun dari tugasnya setelah
kematian rekan kerjanya yang jatuh dari atap bangunan. Ia merasa bersalah tidak
bisa menolongnya karena mengidap acrophobia.
Rasa
bersalah Scottie tertanam kuat di kepalanya. Akibatnya, ia kini sering
merasakan vertigo. Sebagai pelipur
lara, ia sering berkunjung ke apartemen Midge Wood (Barbara Bel Gedes)—sahabat
sekaligus mantan kekasihnya. Di tengah masa pensiunnya, Scottie mendapat
panggilan dari teman kuliahnya, Gavin Elster (Tom Helmore). Ia meminta Scottie
untuk mengawasi istrinya.
Scottie
sudah memantapkan hati untuk pensiun. Otomatis, ia menolak. Namun tekanan dari
Elster membuatnya luluh juga. Esok harinya ia mulai memantau istri Gavin Elster
yang bernama Madeleine (Kim Novak). Awalnya tidak ada yang aneh dengan
Madeleine. Ia berkunjung ke musem yang berhubungan dengan sejarah San Fransisco.
Lantas ia juga ke pemakaman kuno, membeli bunga, hingga tinggal sementara di
apartemen kuno.
Segala
informasi yang dimiliki Scottie telah disampaikan kepada Gavin. Scottie merasa
tidak ada yang aneh dengan Madeleine. Lalu, untuk apa mengawasinya? Gavin
kemudian bercerita bahwa sosok dari “masa lalu” berhasil mengendalikan
Madeleine seutuhnya. Ketika terbangun di pagi hari, ia menjadi sosok yang
sepenuhnya berbeda. Tapi Scottie adalah orang yang rasional, tidak mudah
baginya memercayai hal semacam itu.
Puncak
dari kegiatan memata-matai itu adalah tenggelamnya Madeleine di bawah jembatan
Golden Gate. Diceritakan bahwa “hantu masa lalu” yang bernasib nahas telah
memaksa Madeleline untuk menghabisi nyawanya sendiri. Beruntung, Scottie
berhasil menyelamatkannya. Dari gelagatnya, percikan asmara keduanya sudah
mampu terbaca.
Sebenarnya,
bercerita tentang apakah “Vertigo” ini? Ini adalah film tentang penyesalan dan
rasa bersalah di masa lalu. Menjelang akhir, “Vertigo” memiliki twist yang mengejutkan dalam membongkar
rahasia karakter di dalamnya. Saya tidak ingin terlalu banyak lagi
menuliskannya karena berpotensi menghancurkan kenikmatan dalam menonton film
ini. Dan lagi, “Vertigo” juga bercerita tentang seseorang yang terjebak cinta
dalam skema permainan.
Jika
Anda kerap membaca latar belakang Alfred Hitchcock, pasti Anda akan mengetahui
fakta bahwa setiap aktris yang berperan dalam filmnya memiliki rambut pirang.
Bukan begitu? Membicarakan hal itu, “Vertigo” memiliki pesan tersembunyi
mengenai seorang pria yang memiliki fetish
berupa gaya berbusana seorang wanita. Anda akan menemukannya dalam karakter
Scottie. Jika saya pikir lagi, mungkinkah Hitchcock sengaja menanamkan
kepribadiannya dalam karakter Scottie?
Sejauh
ini, “Vertigo” adalah film dari Hitchcock yang memiliki pace paling lambat dengan tingkat thriller yang tidak begitu menggebrak. Bagi sebagian besar yang
kerap menonton filmnya Hitchcock, “Vertigo” mungkin terasa tidak sebegitu
spesial karya lainnya. Butuh kesabaran tingkat tinggi untuk mengikuti alurnya
yang cenderung lambat dengan peminimalisiran setiap adegan menegangkan.
Kelebihan
yang dimiliki oleh “Vertigo” ada pada beberapa teknik pengambilan gambar
canggih di dalamnya. Teknik yang saya maksudkan adalah “the vertigo effect”
yang mampu membuat gambar serasa zoom in
and out seolah penonton sedang merasakan sakit vertigo. Dan ada lagi sebuah sekuen ketika Scottie mendapat mimpi
buruk, beberapa teknik animasi dan spesial efek diterapkan dengan sangat baik.
Mengejutkannya, sekuen mimpi buruk itu cukup mampu membuat saya merasakan
pusing dan lebih memilih untuk melewatinya.
Meski
“Vertigo” menyandang predikat sebagai salah satu film besar yang pernah dibuat,
saya merasakan sedikit cacat di film ini. Ada sebuah adegan dimana Judy Barton
(diperankan juga oleh Kim Novak—seorang gadis muda yang kemudian dikencani
Scottie) menuliskan surat sebagai pembuka rahasia karakter, tidak seharusnya
dimasukkan ke dalam film. Walau adegan itu asli dalam novel, bagi saya
kemunculannya sedikit mengurangi ketegangan dalam film.
Alfred
Hitchcock awalnya sudah menolak untuk memotong adegan tersebut—salah satu bukti
kejeniusannya. Saya pun setuju dengan pendapat awalnya itu. Tapi karena
permintaan dari banyak pihak yang terlalu “mengatur,” ide cemerlang itu urung
dilaksanakan. Biar bagaimana pun, cacat kecil itu tidak cukup membuat “Vertigo”
menurun kualitasnya. Namun dari kekurangan itu, setidaknya saya bisa dengan
mudah memilih “Psycho” sebagai film terbaik Alfred Hitchcock.
ZOOTOPIA
BalasHapusto watch online at
http://movielive.pe.hu/?id=2948356
DEADPOOL
to watch online at
http://movielive.pe.hu/?id=1431045
ZOOTOPIA
BalasHapusto watch online at
http://movielive.pe.hu/?id=2948356
DEADPOOL
to watch online at
http://movielive.pe.hu/?id=1431045
Vertigo salah satu film kesukaan saya, begitu juga Physcho. Pas nyari2 info, produsernya ternyata sama, Alfred Hitschcock. Saya gak kebayang ada film2 yg diliris tahun 1958 dan 1960 itu masuk dalam jajaran kategori the greatest movie all of time dibandingkan sama film2 thriller zaman skarang yang kebanyakan menarik hanya karena kebanyakan visual effect tapi tidak didukung dgn alur cerita yg menarik.
BalasHapus