Zodiac (2007), Vengeance is Mine (1979),
dan Monster ini adalah sebagian dari film yang diangkat dari kisah nyata
seorang serial killer yang pernah
saya tonton. Monster berkisah tentang serial
killer bernama Aileen Wuornos yang telah membunuh sekitar tujuh orang dan dieksekusi
mati pada tahun 2002, tidak berapa lama kemudian biopic-nya ini pun rilis. Dari referensi yang saya dapat dan
kemudian saya bandingkan, banyak beberapa hal yang memang berbeda, termasuk
nama-nama karakternya. Apa yang ingin saya ulas di sini hanyalah berdasar dari
sudut pandang saya terhadap film arahan Petty Jenkins ini saja, tanpa
mengkaitkannya dengan kemurnian ceritanya. Pastinya, banyak adegan didramatisir
untuk mendapatkan unsur entertaining-nya.
Aileen Wuornos (diperankan dengan luar
biasa bagus oleh Charlize Theron), adalah seorang pelacur jalanan yang mengais
rejeki dari para pengendara mobil yang ia tumpangi, sembari berpindah-pindah
tempat. Ia mendapatkan teman akrab seorang gadis kesepian bernama Selby Wall
(Christina Ricci), yang kemudian ia jadikan kekasihnya. Pada suatu malam,
Aileen telat datang pada acara yang telah ia sepakati bersama Selby. Alasannya adalah
ia disiksa dan hampir diperkosa oleh salah satu pelanggannya. Berontak, Aileen
pun menembak pelanggannya tersebut dengan pistol yang selalu ia bawa. Ia lalu
membawa pergi mobil korban pertamanya itu dan berencana pindah bersama Selby,
kekasihnya.
Awal Aileen terjun ke dunia prostitusi
tidak lain adalah dari kehidupan masa kecilnya yang kelam dan terbuang. Dikhianati
oleh keluarga dan diperkosa oleh teman ayahnya, membuat Aileen begitu benci
dengan pria dan society. Tapi Aileen
harus berjuang untuk hidup, dan menjual diri adalah satu-satunya pilihan. Maka tidak
salah bila kebenciannya di masa lalu kemudian membentuk Aileen dewasa yang
begitu membencinya sosok seorang pria. Ia jadikan mereka hanya sebagai sarana
mencari uang semata. Terciptalah hubungan yang tidak biasa dengan Selby, seorang
gadis tertutup yang tidak tahu dengan siapa harus berteman. Perasaan cinta dari
keduanya semakin menguat karena latar belakang mereka berdua yang merasa
sama-sama kesepian dan jauh dari cinta.
Meskipun berlabel serial killer, Jenkins menuturkan filmnya ini dengan begitu
dramatis, sehingga tidak salah bila saya kemudian begitu bersimpatik dengan
sosok Aileen ini. Unsur humanis yang digambarkan dari sosok Aileen ini sempat
membuat saya ‘ngilu’ dan perih sekali, melihat kenyataan hidupnya yang begitu
sangat pahit. Apalagi sempat diceritakan bahwa Aileen berusaha untuk hidup
normal dengan pekerjaan biasa, demi bisa hidup bersama dengan Selby. Walaupun sebagian
besarnya menolak, tapi ia tetap memiliki keyakinan dan harapan pada masa
depannya.
Cukup sulit sebenarnya mendeskripsikan
Aileen ini dengan sudut pandang psikologis, apalagi saya juga awam di bagian
ini. Dari yang saya lihat dan rasakan, sepertinya Aileen memiliki sisi ‘kenormalan’
jika dibandingkan dengan karakter serial
killer lainnya yang pernah ada. Dengan kata lain, ia bukanlah seorang
psikopat. Ia melakukan pembunuhan dengan sadar dan beralasan, serta bukan
karena kesenangan semata. Pembunuhan pertama yang ia lakukan adalah murni self-defense, disusul pembunuhan lain
setelahnya yang beralasan karena uang (ada kebencian juga di baliknya). Ada beberapa
momen dimana unsur humanis dari Aileen ini begitu ditonjolkan dengan kuat, salah
satunya ketika ia membatalkan rencana pembunuhannya pada salah satu
pelanggannya yang mengaku baru pertama kali menyewa seorang pelacur. Tidak tega,
Aileen pun pergi dengan mengambil uang yang ada di dompetnya.
Selain kedalaman ceritanya, kekuatan
film ini terletak pada incredible acting-nya
seorang Charlize Theron. Ditambah pula make-up yang luar biasa bagus (termasuk prosthetic dentistry), mampu menjadikan
aktris cantik dari Afrika Selatan ini menjadi seorang wanita 30-an bertubuh
gempal, berantakan, dan terrible. Tidak
akan menyangka memang, sosok di balik karakter Aileen Wuornos ini adalah si
cantik yang berperan dalam The Cider House Rules (1999), sebagai Meredith
Vickers di Prometheus (2011), dan Queen Ravenna dalam Snow White and The Huntsman
(2012). Aktingnya yang kelewat bagus, ternyata tidak mampu membuat Christina Ricci
bersinar di sini. Ia tertutupi oleh Theron yang menguasai seluruh film. Tapi tetap,
peran dari Ricci juga cukup besar di sini sebagai tolak ukur dari kepribadian karakter
Aileen.
Sebagai sebuah film yang mengangkat unsur
drama yang kuat, Monster boleh dibilang sangat worthy untuk bisa masuk dalam kategori film terbaik di Academy
Awards atau Golden Globe. Tapi karena ini adalah biopic seorang serial killer,
sepertinya cukup tabu untuk bisa masuk dalam kategori tersebut. Hampir semua
penghargaan yang didapat film ini lebih pada performances dari Charlize Theron. Lepas dari itu, Patty Jenkins
sukses membawakan ‘kemarahan’ dan ‘kebencian’ seorang wanita dalam sebuah film
yang mampu membuat siapapun yang menontonnya akan merasakan apa yang dirasakan
wanita ini pula. Hebatnya, perasaan simpatik tidak segan tercurah untuk
karakter wanita ini, sekalipun ia berlabel seorang serial killer. Sebuah perpaduan yang luar biasa antara kekuatan
cerita dan akting, mengaduk-aduk emosi dan mempermainkan persepsi.
9 / 10
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
AYO KITA DISKUSIKAN !