Bagi saya, dua hari tidak menulis
merupakan waktu yang cukup lama, mengingat seringnya saya dengan hobi baru ini
terhitung sejak membuat blog. Tidak tahu mengapa, saya merasa mulai nyaman
sekali dengan tulis menulis, meskipun kualitasnya tidaklah sebagus blog ulasan
film lainnya. Rasanya jari-jari ini gatal sekali bila sehari tidak menulis. Baik,
cukuplah curhatan singkatnya. Dalam tulisan kali ini saya hanya sekedar ingin
berceloteh mengenai awal perjalanan bisa mengenal film. Saya memang cukup
sering menonton film, meski tidak bisa disebut juga sebagai freak, sebab jumlah yang saya tonton pun
masihlah sedikit. Apalagi pengetahuan lebih rinci mengenai sejarahnya,
orang-orang terkenal di baliknya, hingga judul-judulnya sendiri mungkin masih
amat sangat sedikit.
Jika saya ingat-ingat lagi, intensitas
menonton film mulai meningkat sekitar tahun 2010-an di saat awal-awal masa
perkuliahan. Tapi bukan berarti pada masa itu saya benar-benar ‘baru’ dalam
mengenal film. Tidak, sebab jauh sebelum itu saya juga cukup sering menonton
film, terutama yang masih tayang perdana di stasiun-stasiun tv. Saya masih
ingat betul betapa antusiasnya saya ketika pemutaran perdana “Titanic” (1997)
di mana saat itu saya masihlah kelas 5 SD. Saking antusiasnya, saya pun
menonton hingga larut malam meski rasa kantuk tidak tertahankan. Akhirnya saya
pun harus menyerah oleh ‘godaan syetan’ lewat kantuk itu dan memilih untuk
tidur. Esoknya, saya pun meminta teman-teman saya untuk menceritakan akhir dari
“Titanic” tersebut. Lah, spoiler dong
?. Maklum saja masih bocah (he he he).
Oke, skip ke cerita di awal 2010-an lagi. Beberapa teman kuliah dan
teman satu kosan mulai mengenalkan kepada saya satu persatu film-film yang lagi
hit ketika itu. Wah, saya sangat awam sekali dengan daftar film-film yang
disebutkan teman saya itu. Akibatnya saya pun menjadi bahan tertawaan. Sebab,
kata ‘kuno’ sering disematkan kepada mereka yang masih duduk di bangku kuliah
dan tidak menyukai film. Dan saya adalah bagian dari kosakata ‘kuno’ tersebut. Oke
tidak masalah, toh film bagi saya ketika itu bukanlah hal penting. Masih banyak
kok hiburan lain yang lebih bagus selain film, pikir saya ketika itu. Seperti
contohnya mengerjakan tugas kuliah (wueeeekkkk!!!!).
Sebenarnya cukup sulit bagi saya
mengingat apa film pertama yang benar-benar mengubah cara pandang saya hingga
menyeret saya dalam-dalam untuk menyukainya. Di antara keseluruhan daftar film
yang saya ingat, mungkin adalah “3 Idiots” (2009) yang benar-benar membuat saya
mabuk kepayang hingga menontonnya berkali-kali tanpa rasa bosan. Itupun saya
dapatkan dengan mengkopi dari laptop teman saya. Saya juga ingat bagaimana saya
pertama kali menonton “G.I. JOE” (2009) dan menjadi fans beratnya selain “Transformers Series” (kala itu). Bagi saya
saat itu, “G.I. JOE” merupakan film yang amat sangat keren dan tidak ada yang
mampu menandinginya kecuali “Transformers Series”. Senada dengan teman yang
mengenalkannya pada saya, ia juga sangat menyukai “G.I. JOE” dan mengatakan
bahwa “The Dark Knight” (2009) adalah film yang ‘buruk’. Gak papa dong, selera
tiap orang kan beda-beda. He he he
Terhitung sejak masa-masa itu, saya
mulai cukup rajin menonton film hingga nobar di kampus. Melihat teman saya yang
tidak sedikit ternyata juga pecinta film, saya pun semakin ketagihan menonton
film dan rasanya ingin ‘melahap’ semuanya. Bahkan lebih nikmat lagi jika sampai
menonton film bareng-bareng. Pokoknya rasanya tidak ada duanya deh, terutama untuk
film-film yang penuh CGI dan banyak aksinya. Masalahnya adalah meski dibilang
cukup sering menonton film rupanya saat itu saya sangat menghindari sekali
menonton film drama dan romansa. Suka ngantuk!. Sudah, itu saja alasannya. Beda
banget kalo nonton film-film aksi yang penuh CGI seperti “Transformers”,
“Avatar”, atau “X-Men”, kan bikin betah melek tuh film-film yang kayak gitu.
Kejadiannya pun sama persis ketika
teman saya yang lain merokemendasikan “Forrest Gump” (1994) kepada saya. Dengan
semangatnya saya pun mulai menontonnya di kamar kos-kosan dan jawaban saya
setelah menonton film ini adalah..........”film apaan ini, aku gak ngerti
?????”. Beberapa hari kemudian saya pun langsung komplain ke teman saya akibat
ketidak pahaman saya pada film itu. Selang waktu yang cukup lama, saya hunting film berjudul “No Country for
Oldman” (2007) dan berakhir dengan jawaban yang mirip, “aaarrrgghhh.......film
apaan ini ????’. Padahal awalnya sangat antusias sekali karena alasan filmnya
sendiri banyak dapet penghargaan. Ya cuman itu sih alasannya.
Nah itulah kisah singkat saya mulai
menyukai film. Ingat, saya baru tahapan ‘menyukai’, belum sampai ke arah
‘menggilai’. Sebab masih minim sekali film-film yang saya tonton terutama
film-film terkenal. Dan blog ini merupakan tempat pelarian diri ketika saya
sendiri bingung harus mengungkapkan kemana opini soal film. Maka, mohon maaf
bila pernah ada kesalahan dalam penulisan atau menyinggung pihak-pihak
tertentu. Atau mungkin bila penilaian saya terhadap suatu film dianggap terlalu
‘buruk’. Tapi ya semua kembali ke selera masing-masing, dan ulasan-ulasan film
dalam blog sederhana saya ini hanya bersifat subjektif dan sebatas apa yang
saya lihat dan rasakan.
Nah, mungkin kalimat yang tepat untuk
mendeskripsikan blog ini sendiri adalah “blog yang berisi ulasan-ulasan film
menurut sudut pandang pria awam bernama Iza Anwar”. Yah.....seperti itulah
kira-kira.
Perbanyak nonton film Oscar mas, mungkin kata-kata: “G.I. JOE” merupakan film yang amat sangat keren dan tidak ada yang mampu menandinginya kecuali “Transformers Series” bisa berubah.
BalasHapusSebuah diskusi ketika mengatasnamakan selera selesai sudah.
jika Anda pahami lebih dalam, tulisan ini adalah gambaran saya 5 tahun yang lalu.
HapusYupp, sudah banyak nonton film oscar sejak zamannya Gone with the wind+The wizard of oz
Terima kasih atas kunjungannya ^_^
Apakah mas sudah menonton film2 seperti shawsank redemption, green mile dan sejenisnya? Kenapa gak masuk film super ya? Sekali lagi mgkin mslah selera
BalasHapusTerima kasih atas komentarnya mas Andi Azwal. Maaf baru bisa bales.
HapusShawshank redemption dan green mile udah saya tonton lama kok. Sedangkan Shawshank redemption masuk Film Super donk kalo menurut saya. Kenapa di blog ini kok belum ada ?. Karena saya belum mengulasnya, itu saja alasannya. Sedangkan blog ini saja baru saja saya bikin sejak Mei lalu.
Ada banyak sekali film2 klasik bagus yg sudah saya tonton tapi belum ke ulas. Untuk saat ini, saya mau membatasi untuk menulis 2 film klasik tiap bulannya. Karena daftar film-film yang baru juga muncul kebut-kebutan. Jadinya saya juga agak kuwalahan, hehehehe.
Dalam menilai film, saya sudah tidak lagi menggunakan selera, melainkan pengalaman. Berawal dari selera, lantas berubahlah jadi pengalaman. Thanks ya, maaf komentnya agak kepanjangan. ^_^
Mgkin "selera" film kita sama mas, pas saya baca2 review dr mas, itulah yg ada di pemikiran saya, dan film2 klasik sngat lah super ceritanya, so film2 baru yg muncul tiap hari hanya brlalu begitu saja di otak saya, dan penjelasan mas mengenai tidak menilai film dr selera melainkan pengalaman, i don't get it mas… .
Hapuskalo intensitas menontonnya banyak, terutama dari film-film dgn kualitas bagus, pengalaman itu bisa didapat kok. ^_^
HapusTapi ya sekali lagi saya gak bermaksud 'sok pintar', sebab kembali lagi ke perspektif masing2. Sebab banyak juga yg sama sekali gak suka film klasik2.
BTW, kalo mas Andi mau kontribusi di blog ini saya persilakan dgn senang hati. Boleh film lama atau baru, ntar kirim aja ke email saya. Thanks ^_^
Sesekali cobalah menonton film-film non mainstream. Selain menambah referensi, juga ada sensasi berbeda dari film 'kebanyakan'.
BalasHapusyg paling menyiksa dari hobi ntn film itu ketika sudah mengoleksi ratusan/ribuan film dlm hardisk external 1 terabite tapi gak punya waktu buwt nontonnya
BalasHapusdan yg menyiksa kedua itu sudah nton film2 keren dan pengin di ulas ke blog tp ga pny waktu atau ada kendala utk menulis/ngepost nya..
dan yg menyiksa selanjutnya adalah menghabiskan bnyk waktu utk menonton film..
utk mengatasinya saya kadang sejenak melupakan film dan sibuk dengan hobi lainya..