Apa yang paling saya sukai dari
kebanyakan film-film India adalah pada premis bagusnya yang banyak menanamkan
nilai-nilai kehidupan. Sekalipun dengan dibumbui banyak komedi, tapi kesan
dramatisnya tidak bisa hilang begitu saja. Adalah sebuah kemajuan bila film
drama keluarga yang sebetulnya sanggup memancing emosi semacam ini, disuguhkan
dengan komedi agar tidak melulu membuat penontonnya berisak tangis. Bagi
tipikal penonton yang terlalu mudah ‘berair mata’, film seperti ini bisa
menjadi alternatif utama. “Piku” yang disutradarai oleh Shoojit Sircar ini
contohnya. Dengan komedi segar lewat dialog-dialognya yang mudah menggugah
tawa, “Piku” masih tetap memiliki kehangatan drama yang kuat di dalamnya. Dan
lagi, karakter-karakternya juga mampu mengundang simpati.
Piku (Deepika Padukone) sendiri adalah
seorang arsitek muda yang bekerja di Kota Delhi. Tinggal bersama ayahnya,
Bhaskor Banarjee (Amitabh Bachchan) yang bermasalah soal sembelit. Tiada hari
tanpa perdebatan “sembelit” ini antara Bhaskor dengan Piku. Permasalahan
keluarga itu ternyata mempengaruhi keseharian Piku, baik terhadap kekasihnya,
Syed (Jisshu Sengupta) dan pengusaha taksi langganannya, Rana Chaudhary (Irrfan
Khan). Suatu ketika, Bhaskor ingin pergi ke kampung halamannya di Kolkata
dengan naik taksi. Karena tidak ada sopir yang mau mengantar, Rana pun turun
tangan menggantikan para pegawainya yang mangkir. Perjalanan itu rupanya
menjadi pengalaman yang berarti bagi mereka semua, terutama bagi Bhaskor
Banarjee.
Hingga akhir paruh pertamanya,
sebenarnya “Piku” sudah mulai tertebak ke mana bermuara ceritanya. Tapi saya
tidak akan menjelaskannya secara rinci di sini. Sekalipun mudah tertebak di
awal, “Piku” tetap menarik atensi saya selaku penonton untuk tetap terus
mengikuti jalan ceritanya. Pertama, lewat komedi segar yang dihadirkan di paruh
pertama tersebut. Kedua, ini adalah film road
trip. Tentunya, bakal ada banyak sekali petualangan seru yang hadir dalam
perjalanannya, terutama pemandangan-pemandangan indah yang melengkapinya. Dua
hal itu sanggup menarik saya kuat-kuat untuk menaruh perhatian lebih dengan
menontonnya serta mengesampingkan cerita yang predictable. Memang terbukti benar, sepanjang “Piku” berjalan, film
ini telah membuat saya hanyut dalam jalinan kisahnya yang lucu dan hangat. Tidak
terkecuali pada keindahan bangunan-bangunan tua di Kota Kolkata. Hingga selesai
pun, “Piku” masih tetap membuat saya tersenyum-senyum dibuatnya.
Selesai saya menjelaskan segala
tumpahan perasaan pada film ini, apakah sebenarnya yang membuat film ini begitu
menarik untuk ditonton ?. Banyak, terutama pada karakternya. Pertama kita
diperkenalkan dengan sosok Piku yang ketus dan terkesan menjengkelkan. Begitu
pula dengan Bhaskor yang bermasalah dengan sembelit, sosok pria tua egois yang
tidak kalah menyebalkannya lewat kata-kata yang kritis dan cynical. Bhaskor sendiri digambarkan mengidap hypochondriasis, yaitu suatu kecemasan berlebih karena penyakit yang
bisa dibilang tidak terlalu berat. Semua itu tidak lain adalah caranya sendiri
dalam mempersulit hal-hal yang seharusnya mudah. Bhaskor dan Piku, keduanya
tidak pernah berhenti berdebat soal sembelit ini. Maka jangan heran bila
sepanjang film ini berjalan, banyak dialog yang diisi dengan kata (maaf)
“sembelit”, “BAB”, “Tahi”, dll. Mungkin terdengar menjijikkan, tapi justru di
situlah letak kekuatan dari film ini. Sedangkan untuk Rana, ia lebih netral dan menjadi penengah antara bapak
dan anak ini lewat kebijaksanaannya.
Piku bermasalah dengan ayahnya, di
lain pihak Rana bermasalah dengan ibunya. Segala konflik yang mereka hadapi
sedikit demi sedikit menemukan pemecahannya lewat perjalanan ‘spiritual’ dari
Delhi menuju Kolkata ini. Jika sebelumnya Anda merasa dibuat jengkel berlebih
oleh Piku, tapi tidak perlu waktu lama Anda akan dibuat bersimpati padanya
melalui kasih sayangnya pada si ayah yang ‘tidak biasa’. Beda Piku beda
Bhaskor. Anda benar-benar harus bersabar ekstra dan gemas tiada henti melihat
tingkah polahnya. Jika saya analisa lebih mendalam, apa yang terjadi pada
Bhaskor ini adalah fase wajar terjadi pada mereka di usia uzur. Seorang tua
yang ingin mencari perhatian lebih dari sanak keluarga (terutama anak), manja
layaknya anak kecil, takut kesepian, dan tidak ingin ditinggal. Perasaan tidak
ingin ditinggal tersebut terbukti dari cara Bhaskor yang terus menerus mencegah
Piku untuk segera menikah. Kebalikan dari kebanyakan orang tua pada umumnya.
Faktor lain yang menjadi kekuatan dari
film ini sendiri adalah pada performa dari aktor dan aktrisnya. Terutama pada
Amitabh Bachchan yang dengan lihainya memerankan kakek-kakek yang menyebalkan
tapi sanggup membuat tersenyum penontonnya dengan segala tingkah lakunya. Ia
rupanya dapat lari dari peran-peran di film sebelumnya yang lekat dengan image pria kharismatik. Irrfan Khan juga
berakting bagus di sini lengkap dengan gaya bijaknya seperti ketika bermain
dalam “Life of Pi” (2012). Di antara ketiga karakter utama di sini, saya merasa
bahwa Piku tidaklah cukup menonjol, bahkan jika dibanding dengan peran Rana
yang hanya sebagai penengah. Piku sendiri kurang mampu mengambil simpati dan
masih kalah posisi jika dibanding Bhaskor. Meski memakai judul “Piku”, nyatanya
film ini lebih banyak menyoroti soal Bhaskor. Akibatnya, karakter Piku kurang
begitu digali lebih dalam. Tapi akting Deepika Padukone sudah lebih dari cukup
untuk menghidupkan si Piku ini.
Keseluruhan, “Piku” adalah drama
keluarga ditambah road trip yang
begitu menyenangkan dan menyentuh, tanpa perlu banyak mengumbar isak tangis di
sana sini. Singkatnya, “Piku” merupakan gambaran nyata dari fase tua seorang
manusia yang mulai takut akan kesepian ditinggal oleh orang-orang tersayang.
Tidak mengagetkan bila mereka yang sudah pada tahapan ini kembali bertingkah
seperti anak kecil dan ingin lebih diperhatikan. Sayangnya, ketidak pahaman
orang-orang di sekitarnya membuatnya dianggap menyebalkan.
8 / 10
| POKER | DOMINOQQ | CEME | CAPSA | SUPER10 (new Games) | OMAHA (new Games)|
BalasHapus|BCA | MANDIRI | BNI | BRI | DANAMON |
Kami menerima Transaksi di Semua Bank Nasional + Daerah
Bonus S/D 10 % KHUSUS MEMBER BARU * Bonus Cash Back setiap minggu nya
KAMI SIAP MELAYANI ANDA 24 JAM SETIAP HARINYA
WhastApp : 0812-9608-9061
Lnk : WWW. POKERAYAM. TOP