Pada hakikatnya, sebuah rumah memberikan kenangan
tersendiri bagi si empunya. Baik itu kenangan manis maupun pahit, semua
tercampur menjadi satu menghiasi tembok dan langit-langitnya lalu menciptakan
harmonisasi yang indah. Lebih lanjut lagi, esensi sebuah rumah tidak sekedar
melindungi si pemilik dari panas maupun dinginnya cuaca atau hujan serta badai saja.
Melainkan sudah lebih dalam lagi ketika rumah juga mengayomi dan memberikan
ketenangan serta kehangatan bagi si pemiliknya. Seperti itulah kira-kira apa
yang tergambar dalam “The Little House” yang disutradarai Yoji Yamada (The
Twilight Samurai, 2002).
“The Little House” terbagi menjadi 2 seting cerita.
Yang pertama ketika si narator sekaligus karakter utama, Taki Nunomiya (Chieko
Baishō) membacakan autobiografinya di usia senja dan
teringat masa mudanya ketika menjadi pelayan di Tokyo. Taki muda (Haru Kuroki)
datang jauh dari daerah bersalju di Yamagata, menuju Tokyo yang menjadi tempat
peraduan nasib. Ia mengawali karir sebagai pelayan di rumah keluarga Hirai.
Sang kepala keluarga, Masaki (Takatarō Kataoka)
bekerja di sebuah perusahaan mainan, tinggal dengan tenang dan damai di sebuah
rumah beratap merah bersama istrinya, Tokiko (Takako Matsu) dan putra
tunggalnya, Kyoichi (Satoshi Akiyama).
Film ini banyak mengambil seting di era Showa antara tahun 1930-40an ketika Taki
masih belia. Bersamaan pula dengan gencarnya Jepang dalam penaklukan Nanjing di
Tiongkok yang lantas menyeretnya pada Perang Dunia II. Berkecamuknya perang di
Asia Timur Raya berbanding 1800 dengan
kedamaian yang tercipta dalam rumah keluarga Hirai. Rumah mungil bergaya baru
(kala itu) dengan atap merah tersebut nampak adem ayem saja, seolah hiruk pikuk
perang tidak pernah menyentuhnya sedikitpun. Kecuali berita-berita yang seringkali dibawa Tuan Masaki
beserta koleganya. Seringkali,
kebahagiaan yang diekspresikan Taki dalam tulisannya mendapat pertentangan dari
Takeshi (Satoshi Tsumabuki), yang tidak lain merupakan anak asuhnya di masa
sekarang.
Memang benar bila pada era tersebut banyak yang menderita akibat peperangan seperti
kelaparan dan kematian besar-besaran. Tapi
justru apa yang dirasakan oleh Taki adalah sebuah kebahagian bisa dekat dengan
keluarga Hirai. Khususnya pada sang nyonya, Tokiko, yang paling ia akrabi. Yoji
Yamada menghadirkan perbedaan sudut pandang yang menarik lewat karakter Taki dan Takeshi di film ini. Sebuah kewajaran jika mengingat rumah keluarga Hirai menjadi
sekat pemisah antara Taki dengan dunia luar. Dari sinilah, “The Little House”
mulai terasa sangat menarik meski Yoji Yamada sendiri belum memaparkan intrik apa yang akan terjadi di depan.
Jauh dari tempat asal, Taki muda
begitu beruntung mendapatkan keluarga baik-baik yang begitu menyayanginya meski
hanya sebagai seorang pelayan. Setiap momennya penuh dengan tawa renyah dan
kehangatan. Rumah kecil beratap merah itu menjadi saksi bisu betapa indahnya
kenangan-kenangan yang pernah digoreskan di sana. Terbuai dengan kedamaian
seolah tanpa ujung, Yoji Yamada menghadirkan problematika dalam keluarga Hirai
lewat karakter Masaharu Itakura (Hidetaka Yoshioka). Masaharu adalah anak buah
dari Masaki, diam-diam memiliki affair dengan
Tokiko. Babak baru dalam kehidupan keluarga Hirai pun dimulai.
Ada senang adapula kesedihan. Ada
cinta adapula pengkhianatan. Seperti realita yang terjadi dalam keluarga pada
umumnya, gejolak selalu saja muncul untuk mencoba menggoyahkannya. Yoji Yamada
menghadirkan manis pahit itu dengan proporsi yang seimbang. Lewat musik-musik
racikan Joe Hisaishi yang berpadu sempurna, Yoji Yamada membuat “The Little
House” semakin mudah dalam menggaet emosi penontonnya. Ketika momen bahagia
muncul, senyum tipis muncul dari bibir penonton. Ketika giliran momen sedih
yang datang, rasa sesak pun tidak bisa dihindarkan. Tapi hebatnya, Yoji Yamada
tidak menciptakan permasalahan dalam film ini berkesan
depresif. Hasilnya, “The Little House” tidak berusaha banyak memeras air mata dan sentuhan
kehangatannya masih bisa dirasakan.
Prahara dalam rumah keluarga Hirai
adalah sebagian kecil dari konflik dalam film yang diadaptasi dari novel
berjudul sama karya Kyoko Nakajima ini. Lewat novel tersebut pula, Yoji Yamada
juga mengangkat isu-isu relevan kala itu yang kesemuanya terkait pada
terlibatnya Jepang dalam Perang Dunia II. Perang yang pada akhirnya tidak hanya
memporak porandakan lahan industri di Jepang, tapi juga memisahkan 2 insan
dalam ikatan cinta yang dilematis dan tidak terbalaskan. Rasa haru pun seketika
muncul dengan dibarengi hujan deras yang merepresentasikan kegagalan keduanya.
Walau isu-isu macam perang yang
berakibat pada kelumpuhan ekonomi Jepang sering didengungkan, tapi secara
gamblang tidak coba divisualkan lewat
desingan peluru. Bahkan, kamera dari Masashi Chikamori saja tidak
mau beranjak dari rumah beratap merah yang penuh kenangan itu. Semua adegan
dalam film memang lebih banyak didominasi pada pengambilan gambar baik pada
luar maupun dalam rumah beratap merah itu. Menegaskan bahwa rumah kecil yang
penuh sesak dengan memori indah inilah yang menjadi sorotan utama dan tidak
bisa dilepaskan barang sejenak.
Saya cukup sering menemui film-film yang bagus.
Tapi tidak semua film yang bagus memberikan kesan yang mendalam setelah
menontonnya. “The Little House” adalah satu dari sekian film yang membuat saya
berkesan dan selalu ingin mengenangnya. Setiap momen indahnya, kejadian
pahitnya, tawa dan tangisnya terangkum jelas dalam sebuah film sederhana ini. Seberapa
mengerikannya bombardir bom, seberapa menakutkannya hantaman peluru, tidak akan
mampu menghancurkan kenangan dalam rumah mungil ini. “The Little House” pun
kembali mengingatkan saya bahwa rumah tidak sekedar tempat mengisi perut dan merebahkan
tubuh di kasur semata, tapi dimana sebuah kenangan dibangun.
8,5 / 10
BANDAR Kartu Online PokerVita menyediakan games terbaik dan terlaris
BalasHapus=>Texas Poker,
=>Capsa Susun,
=>Bandar Poker,
=>Domino QQ,
=>Adu Q,
=>Bandar Q.
Anda Dapat Bermain Setiap Hari dan Selalu Menang Bersama Poker Vita
Tersedia bebebagai jenis Permainan games online lain
BANDAR POKERONLINE PAKAI OVO+GOPAY+PULSA
Kami Terima semua BANK Nasional dan Daerah OVO&GOPAY Deposit dan Penarikan Dana. Untuk permasalahan apapun Anda selalu dapat menghubungi Tim Support kami, Kami online 24 jam/7 hari untuk menjawab pertanyaan Anda dan menangani masalah apapun
Whatsapp : 0812-222-2996
WWWW POKERVITA FUN