“Jangan sekali-kali percaya dengan orang asing apalagi sampai
menawarkan tempat tinggal dalam keadaan sendiri di sepinya malam”. Mungkin
itulah premis yang ditawarkan oleh “Knock Knock”, film home invasion terbaru dari Eli Roth. Sangat sederhana karena tema
yang diangkat sendiri sudah terlalu mendasar. Namun dalam keadaan ataupun
alasan tertentu, kehadiran orang asing semacam itu masihlah menimbulkan
kebimbangan, khususnya ketika mereka sedang meminta pertolongan. Akankah
percaya dengan menolongnya ataukah sebaliknya. Hal itulah yang dialami oleh
Evan Webber (Keanu Reeves) dalam film yang merupakan remake dari film berjudul “Death Game”.
Evan seorang arsitek dan tinggal bersama istrinya, Karen (Ignacia
Allamand) beserta dua orang anaknya. Kehidupannya begitu sempurna. Meliputi pekerjaan
dan kediaman yang bagus dan tentunya pernikahan yang langgeng. Suatu ketika,
Karen dan dua anaknya pergi ke pantai untuk merayakan hari ayah yang mana tidak
bisa diikuti oleh Evan dengan alasan pekerjaan di rumah. Dalam keadaan yang
sepi di malam hari serta diguyur hujan deras, datanglah dua gadis muda, Genesis
(Lorenza Izzo) dan Bel (Ana de Armas). Hal buruk yang tidak pernah terbayangkan
sebelumnya lantas mendatangi Evan.
Sebelumnya saya ingin mengatakan bahwa versi aslinya, “Death Game”,
belum pernah saya tonton. Dengan begitu, maka ada alasan kuat untuk tidak
membandingkan keduanya dan itu tentunya merupakan cara yang fair. Secara keseluruhan, saya amat
sangat terhibur dengan “Knock Knock”. Mulai awal hingga akhir, Eli Roth
menyajikannya dengan penuh enerji sehingga ada banyak fun yang bisa ditemukan di sini. Filmnya dipenuhi dengan
kekacauan-kekacauan bersifat menyenangkan dan terkadang pula bodoh. Kekacauan
yang bodoh tapi menyenangkan itu bisa datang dari pembawaan karakternya oleh cast hingga penyampaian cerita lewat
media torture horror-nya. Pastinya
berbekal pengalaman-pengalaman di film sebelumnya, Eli Roth mampu menghadirkan
rentetan sadis yang membuat penonton tidak mau beranjak dari duduknya. Meskipun
ia menghadirkan thriller yang
dipandang bukan tipikal cerdas, tapi “Knock Knock” tidak melupakan ‘hiburan’ di
tiap menit berjalan.
Dengan pacing yang terbilang
sedang, Eli Roth memperkenalkan kita pada karakter utama, Evan, dengan mengurai
karakterisasi maupun kehidupan sehari-harinya. Ia digambarkan sebagai pria
baik-baik yang menjalani keseharian layaknya orang normal lainnya. Hidupnya
terpenuhi, keluarga yang harmonis, pekerjaan menjanjikan, hingga tempat tinggal
yang nyaman. Maka kemudian penonton pun dapat mengarahkan pandangannya ke depan
bahwa kelak apa yang akan ditimpa oleh Evan ini akan berakhir sebagai
kebalikannya. Namun sebelum menuju akhir itu, Eli Roth mengajak sang karakter
dan penonton untuk bermain-main dengan Bel dan Genesis. Mereka bukanlah gadis
biasa yang minta tempat berteduh ketika hujan deras. Sebab penonton sendiri
sudah bisa menebak bahwa ada ‘sesuatu’ yang mereka bawa ke rumah Evan. Secara
bertahap, Eli Roth menampilkan transformasi Bel dan Genesis yang dari awal
terlihat seperti gadis baik-baik dan berubah menjadi ‘mimpi buruk’ bagi Evan.
Sebagai film thriller, “Knock
Knock” secara total telah kehilangan unsur thrill-nya.
Ya, saya katakan total sebab tidak ada satu bagian pun yang mampu membuat
“Knock Knock” terasa menegangkan atau mencekam, baik itu dari sisi narasinya
maupun skoring. “Knock Knock” lebih terasa campy
dan itu bisa ditangkap dari dialog-dialog dalam naskah yang juga ditulis oleh
Eli Roth sendiri. Untuk film thriller
yang mengedepankan ketegangan, sepertinya “Knock Knock” telah mengingkari hal
itu. Tapi saya masih bisa menerimanya sebab filmnya sendiri tetap bisa
menghibur dan lumayan memuaskan. Sebagai contoh, adegan-adegan yang seharusnya
terlihat miris dan menakutkan saja mampu membuat saya tertawa terbahak-bahak.
Itu juga tidak lepas dari peran Keanu Reeves yang membawakan karakter Evan yang
kelewat lugu. Keanu Reeves jelas kuwalahan saat ‘memberontak’ melalui Evan,
tapi kekurangan besar itu ingin saja saya abaikan karena keseruannya sudah
terpenuhi.
“Knock Knock” memang menggila lewat Bel dan Genesis, tapi boleh dikata
masih dalam dosis yang cukup rendah. Tidak ada potongan tubuh atau cipratan
darah, melainkan aksi vandalism dan torture yang masih bisa diterima. Selain
itu, campy tone yang saya rasakan itu
turut pula ‘meringankan’ film dari Eli Roth yang terkenal dengan adegan-adegan
sadisnya. Ketegangannya memang hambar bagi saya, tapi itu tidak menjadikannya
bagian yang cacat. Atau mungkin disebut cacat, tapi tidak bisa disalahkan sebab
tidak menghancurkan film secara keseluruhan. Dengan adanya Bel dan Genesis,
“Knock Knock” mempertegas diri menjadi thriller
yang mengancam lewat cara-cara dan tipu muslihat berkedok tubuh seksi. Keanu
Reeves yang lebih ‘aman’ menjadi pria kalem dan dingin, harus keluar jalur di
sini sebab kapabilitasnya masih belum cukup menjangkau area tersebut. Satu yang
pasti, Keanu Reeves telah sukses menghibur saya dan tidak
perlu lagi dipermasalahkan lewat performanya itu.
6 / 10
Biasanya film Eli Roth tetep suka sih biarpun ancur.
BalasHapusNice info gannnn
BalasHapusnonton film online
nonton drama Korea
Nonton Film Box Office
Nonton Movie
Berita Bola Terbaru
nonton drama Korea
nonton film online
kurang seru sih. endingnya freak, gak diceritain nasib selanjutnya evan, terus gadikasih tau reaksi karen ngeliat rumahnya kaya gitu, dan reaksi karen ngeliat suaminya dikubur kaya gitu?. atau mungkin emang rencana Eli Roth?.
BalasHapusKalau saya jadi Evan, berat juga nolak dua cewek itu hahaha
BalasHapusIyaaa setuju bangetttt!!! Jalan ceritanya emg udh seru, endingnya freak bikin kesel -_- di ending film itu seakan2 evan yang salah dimata karen sm anak2nya. Harus nya diliatin dulu pas evan ngejelasin atas apa yg udh terjadi sm dia
BalasHapusFilm sampah !! Gak bermutu !!!
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
HapusSama gue kesel abis nonton ini film. Sumpah sampah bgt! Keanu Reeves udah bagus dia yg main filmnya kaya gini. Bikin gregetan. sebodoh itu selemah itu
BalasHapusSama gue kesel abis nonton ini film. Sumpah sampah bgt! Keanu Reeves udah bagus dia yg main filmnya kaya gini. Bikin gregetan. sebodoh itu selemah itu
BalasHapusPengajaran tuk yg percaya sama strangers..sememangnya sukar sangat nk percaya walaubagaimana pun lelaki atau suami seorang yg baik maka tetap akan Trgoda juga....
BalasHapusPengajaran tuk yg percaya sama strangers..sememangnya sukar sangat nk percaya walaubagaimana pun lelaki atau suami seorang yg baik maka tetap akan Trgoda juga....
BalasHapusCape nontonnya..berharap si evan bisa berubah menjadi cerdas... ternyata nol besar
BalasHapusTidak bagus 👎👎👎👎
BalasHapusWasting time .....mike
BalasHapusPenokohan kurang kuat, karakter utama yang gak bisa ngapa2in. Endingnya zonk. Not recommended
BalasHapusbikin greget an, abis nonton tadi malam di trans tv..
BalasHapussama seperti film berjudul the mist, endingnya bikin greget.
itu si evan ga diceritain lebih lanjut, bagaimana saat ktemu istri dan anaknya.