Pada
suatu pagi, Kota Bright Hope digemparkan dengan kematian tragis seorang pemuda
penjaga istal. Lalu kemudian diikuti menghilangnya tiga orang; tahanan yang
ditembak sheriff, Deputy Nick yang menjaganya, serta seorang dokter yang
merawatnya, Samantha O’Dwyer (Lili Simmons). Seorang pria lantas lari
tergopoh-gopoh menuju kediaman sheriff yang tengah sarapan bersama sang istri.
Sheriff kota tersebut bernama Franklin Hunt (Kurt Russell).
Awalnya
ia merasa sarapan nikmatnya tengah diganggu. Namun bukan sheriff namanya jika
tiba-tiba marah tanpa sebuah alasan yang jelas. Pria tadi lantas menceritakan
perihal penemuan mayat pemuda penjaga istal serta menghilangnya tiga orang.
Sheriff Hunt lantas memberitahukan Arthur (Patrick Wilson), atas menghilangnya
sang istri, Samantha. Arthur yang kakinya sedang terluka berjalan pincang
menuju tempat berkumpul yang telah disepakati sheriff.
Sebilah
anak panah ditemukan di tempat kejadian perkara. Seorang suku lokal menduga
anak panah tersebut milik suku primitif yang tinggal dalam gua (troglodytes). Ada sebuah tempat yang
disebut dengan “Valley of the Starving Men” diduga merupakan tempat tinggal
mereka. Apa yang terjadi kemudian ? Sudah pasti seorang sheriff akan
melaksanakan misi pengejaran dan penyelamatan.
Rencana
pengejaran tersebut meliputi empat orang; Sheriff Hunt, deputi cadangan Chicory
(Richard Jenkins) yang sudah tua tapi semangatnya besar, John Brooder (Matthew
Fox) yang ahli menembak dan memiliki kepercayaan diri tinggi, serta Arthur. Sudah
jelas awalnya Arthur akan dieliminasi dalam daftar para pencari ini. Mau
bagaimana lagi. Tidak tega melihat istrinya diculik suku bar-bar, naluri
kelaki-lakiannya mencuat keluar.
“Bone
Tomahawk” adalah debut penyutradaraan dari S. Craig Zahler dengan naskah yang
ditulisnya sendiri. Sebelumnya ia seorang novelis yang dikenal banyak menulis
dengan tema western atau science-fiction. “Bone Tomahawk” boleh
dikatakan sebagai genre blend yang
tidak perlu dikagetkan atas keberadaannya. Ia perkawinan dari western dengan horror. Baru pertama kali menonton yang seperti ini? Saya yakin
tidak. Sebelumnya Anda juga bisa mendapati film serupa yaitu “Cowboys vs
Aliens” (2011).
Bisa
dibilang “Bone Tomahawk” begitu efektiv dalam menyajikan sebuah petualangan
seru ala koboi macho dengan gabungan gore
yang mengerikan (filmnya berseting tahun 1890-an). Western semacam ini sebenarnya tidak ubahnya dengan versi mainstream hanya memerlukan modifikasi
di bagian karakter-karakter antagonisnya. Jika Anda kerap menonton western yang penuh kejar-kejaran dengan
suku lokal (baca : Indian), maka di sini beralih dengan para kanibal yang
memiliki tingkatan lebih ekstrim lagi.
Walau
memakai sentuhan yang lebih kekinian, “Bone Tomahawk” tetaplah membawa pakem
yang lazim ada pada western. Di sini
Anda akan menemui bagian-bagian yang berisi dengan petualangan pencarian, kemah
di padang terbuka, hingga bergumul dengan para bandit jalanan. Semua unsur yang
sering menghiasi film-film koboi klasik tersedia di sini. Saya sebagai penyuka genre ini merasa kembali bernostalgia
dengan film-film lawas ala John Wayne seperti “The Searchers” (1956).
“Bone
Tomahawk” memang melebihi harapan saya sebagai genre blend. Tidak sedikit awalnya saya meragukan gabungan antara western dengan horror ini. Ternyata hasilnya begitu memuaskan, seru, mengejutkan,
diimbangi pula dengan performa mumpuni para cast-nya. S. Craig Zahler sebagai sutradara
debutan jelas sekali memiliki kapasitas dalam genre yang selalu diusungnya dalam tiap novel tulisannya. Berharap
saja semoga ke depannya ia memiliki ide menggabungkan western dengan science-action.
Sesuatu selain alien kalau bisa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
AYO KITA DISKUSIKAN !