Seorang remaja belasan tahun terlibat
perkelahian hingga membuat orang-orang dewasa memisahkannya. Dari tempatnya,
bisa diidentifikasi bila tempat kejadian ada di penjara anak dan remaja. Salah
satu dari remaja tersebut mengaku bernama Adonis “Donnie” Johnson (Alex
Henderson). Tidak lama, datanglah seorang wanita menjenguknya. Ia bernama Mary
Anne Creed (Phylicia Rashad). Kedatangannya adalah untuk mengajak Donnie
tinggal di rumahnya dan memulai hidup yang lebih baik.
Belasan tahun berlalu, Donnie (Michael
B. Jordan) kini bekerja di sebuah perusahaan dengan posisi bagus. Namun
gairahnya ternyata lebih banyak tertuju pada olahraga tinju. Ia memilih resign. Wajar saja, dia adalah anak
biologis dari Apollo Creed, karakter petinju dalam franchise “Rocky” (kemunculannya pada “Rocky” pertama [1976] hingga
“Rocky IV” [1985]. Dengan banyak kemunculannya di sebagian besar seri “Rocky,” menasbihkan
Apollo Creed sebagai lawan tangguh bagi Rocky Balboa. Darah tinju dari Apollo pun
mengalir deras pada Donnie.
Donnie bertekad berlatih pada Rocky
Balboa (Sylvester Stallone), seseorang yang ia tahu telah mengalahkan Apollo
Creed. Meski memiliki darah Apollo, Donnie tidak lantas ingin mendompleng nama
besar ayah yang tidak pernah dikenalnya itu. Ia ingin membesarkan namanya
sendiri lewat nama peninggalan ibu kandungnya yang tidak lain adalah
selingkuhan dari Apollo. Tagline dari
“Creed” sebenarnya sudah menjawab apa yang akan Donnie lakukan selanjutnya. Sebab
kita tahu pada akhirnya, Donnie tetap dikenal dan bahkan kelak memakai nama
“Creed.”
Rocky kini sudah menjauh dari dunia
tinju dan sasana. Ia membuka usaha restoran. Apakah yang terjadi bila seorang
legenda yang telah pensiun dimintai melatih seseorang yang masih pemula? Sudah
pasti ditolak. Untung saja penolakan tidak lama. Rocky pun bersedia melatih,
walau kemudian semua diserahkan sepenuhnya pada Donnie. Keputusan Rocky untuk
melatih Donnie memang terasa terlalu cepat. Apa yang melatar belakanginya? Apakah
itu juga karena passion dalam
dirinya? Apakah karena Donnie adalah figur ‘anak yang hilang’ darinya? Apakah
semua karena creed (keyakinan)?
Ataukah karena Creed?
“Creed” disutradarai oleh Ryan Coogler
yang sebelumnya membidani “Fruitvale Station” (2013) dan dibintangi pula oleh
Michael B. Jordan. Naskahnya ia tulis bersama Aaron Covington. Saya merasa,
“Creed” sendiri adalah upaya Sylvester Stallone kembali menghidupkan karakter
legenda Rocky Balboa yang telah membesarkan namanya. Stallone sendiri sepertinya
juga tidak bisa dipisahkan dengan imej karakter petinju. Tengok saja “Grudge
Match” (2013) saat ia beradu peran dengan Robert De Niro yang dikenal lewat
perannya sebagai petinju Jake La Motta di “Raging Bull” (1980).
“Creed” adalah installment ketujuh dari franchise
“Rocky” sekaligus sebagai spin-off. Tidak
terbantahkan bila akhirnya “Creed” ini menjadi semacam fan-service bagi pecinta seri “Rocky.” Apalagi menghidupkan kembali
sosok Apollo Creed yang legendaris meski hanya menjadi bayangan dari Donnie. Jujur
saja saya yang tidak terlalu mengikuti perjalanan Rocky Balboa. Tapi saya harus
mengakui bahwa “Creed” adalah film yang benar-benar bagus. Mulai naskah,
akting, penyutradaraan, hingga musik menjadi bagian yang vital.
Saya juga tidak pernah antusias dengan
olahraga tinju (ayah saya sangat menyukainya), tapi “Creed” membuat saya
meyakini bila tinju adalah salah satu cabang olahraga yang penting. Ini
olahraga yang keras dan berisiko tinggi. Nyawa bisa menjadi pertaruhannya. Saya
tahu itu. Tapi ini semua tentang passion.
Tentang ideologi. Tentang impian. Saya melihat “Creed” dari sudut pandang itu.
Di film ini Rocky dikisahkan telah
pensiun dari dunia tinju. Ia bahkan menjauhkan diri dari semua hal yang berbau
tinju. Tapi lain lagi bila bicara soal gairah. Saya percaya dalam hati
kecilnya, Rocky masih mencintai dunia tinju. Keputusannya menerima Donnie
sebagai anak asuh boleh jadi karena Donnie memiliki apa yang tidak anak
kandungnya miliki. Itulah mengapa saya menyebut Donnie sebagai ‘anak yang
hilang.’ Dan Donnie telah menganggap Rocky sebagai figur ayah yang tidak pernah
ia miliki.
Bagian klimaks dari “Creed”
menghadirkan pertarungan final antara Donnie dengan petinju dari Inggris, Ricky
Conlan (diperankan oleh Anthony Bellew yang juga seorang petinju profesional).
Pertandingan keduanya sangatlah seru. Editing
cepat dan berenergi dari Michael P. Shawver dan Claudia Costello mengimbangi
pertarungan keduanya. Saya pun begitu intens memerhatikan keduanya yang
terlibat adu jotos. Rasanya tidak sedetik pun mata ini melepas pandangan. Maka
dengan ini “Creed” lewat tangan Coogler dan sentuhan Stallone, sukses kembali
membangkitkan nama Rocky Balboa meski hanya sebagai karakter pendukung.
bagus,,,
BalasHapusPakai Pulsa Tanpa Potongan
BalasHapusJuga Pakai(OVO, Dana, LinkAja, GoPay)
Support Semua Bank Lokal & Daerah Indonesia
Game Populer:
=>>Sabung Ayam S1288, SV388
=>>Sportsbook,
=>>Casino Online,
=>>Togel Online,
=>>Bola Tangkas
=>>Slots Games, Tembak Ikan
Permainan Judi online yang menggunakan uang asli dan mendapatkan uang Tunai
|| Online Membantu 24 Jam
|| 100% Bebas dari BOT
|| Kemudahan Melakukan Transaksi di Bank Besar Suluruh INDONESIA
WhastApp : 0852-2255-5128
Agens128 Agens128