Jangan
berpikir bahwa ini adalah film drama family murni. Memang, elemen ‘keluarga’ ada
dalam film ini, bahkan itulah yang coba ditekankan. Sang sutradara, Ted
Geoghegan, mengaku terinspirasi oleh Lucio Fulci yang dijuluki sebagai The Godfather of Gore. Dari situ,
tentunya Anda sudah bisa menebak apa genre
dari film ini. Ya, benar sekali, gory
horror. Film ini cukup memberikan efek seram dan kaget pada saya, ditambah
penggunaan gaya old-school khas era
70-an, membuat nuansa lebih terasa suram. Apa yang membuat saya begitu
mengapresiasi Geoghegan dalam film adalah terletak pada kehebatannya dalam
membangun aura yang mencekam, sekalipun menggunakan setting yang tidak lazim.
Anne
(Barbara Crampton) dan Paul (Andrew Sensenig) pindah ke rumah baru yang
terletak di New England, sebagai jalan untuk menghilangkan kesedihan setelah
putranya, Bobby, meninggal akibat kecelakaan. Selama di rumah baru, Annie
selalu merasakan kehadiran Bobby, meskipun Paul selalu mencoba menyangkalnya. Perasaan
yang tidak tenang, ditambah cerita-cerita aneh dari warga sekitar, membuat Anne
menghubungi sahabatnya yang memiliki kemampuan dalam menangani roh halus, May
(Lisa Marie) dan suaminya yang seorang hippie,
Jacob (Larry Fassenden). Semakin lama, kejadian buruk banyak mereka alami.
Haunted house, jump scare, hingga demonic
possession adalah beberapa elemen yang masih membumbui film ini. Tapi saya
mencoba untuk mengesampingkan hal-hal jamak tersebut untuk menggali potensi
lebih dalam yang dimiliki film ini. Jika berhubungan dengan haunted house, mana bagian yang paling
menyeramkan menurut Anda ?. Mungkin basemen atau loteng. Ted Geoghegan masih
memanfaatkan cara klasik tersebut, tapi tidak kuno. Ia tahu bagaimana caranya
menciptakan suasana yang mencekam, sekalipun setting pada siang hari yang
digunakan. Benar, Geoghegan sangat lihat dalam menciptakan perasaan ‘tidak
nyaman’ itu dengan permainan curiosity
dari karakternya, supaya penonton juga merasa ikut diajak ‘uji nyali’.
Tidak
butuh lama, Geoghegan bergegas memperkenalkan kepada penonton wujud dari si ‘penghuni’
asli dari rumah baru yang ditempati Anne dan Paul. Dan yang lebih ekstrimnya
lagi, Geoghegan secara eksplisit menunjukkan wujudnya. Pada bagian ini, mungkin
tidak semua penonton akan menerimanya dengan rasa kepuasan. Bagi saya pribadi,
Geoghegan terlalu ‘berani’ sehingga berpotensi mengurangi tingkat keseraman dan
membuatnya harus memutar otak untuk tetap bisa menakuti penonton di bagian
pertengahan hingga akhir. Tingkat keseraman memang sedikit berkurang, tapi saya
berani menjamin bahwa penonton akan tetap merasakan kekagetan yang ‘menyenangkan’.
“Tumbal”,
kata ini pasti sangat familiar bagi Anda. Geoghegan juga menyelipkan hal
tersebut pada karyanya ini. Anda mungkin sudah mulai memahami kaitan dari clue yang sudah saya berikan, antara haunted house dengan “tumbal”. Apa yang sedang terjadi di
sini, bisa Anda simpulkan sendiri. Bagi saya pribadi, We Are Still Here memang
masih jauh dari kesempurnaan. Rentetan tiap adegannya juga terlalu mudah
ditebak dan terasa cheesy. Tapi bukan
berarti dengan mudahnya film ini akan dicap ‘murahan’. Tidak, sama sekali
tidak. Mengapa ?. Sebab Geoghegan bakal menunjukkan amunisi terakhirnya lewat lautan
darah di bagian klimaks yang super duper menghibur.
Jika
sudah puas dengan perasaan merinding di bagian pertama hingga tengah, maka
sudah saatnya Anda diajak untuk lebih gila-gilaan di bagian akhirnya. Tubuh terbakar
sampai hangus, kepala gepeng, hingga darah mengalir deras bak air kran akan
menghiasi penuntasan film ini. Seru dan mengasyikkan, perpaduan antara CGI dan practical effect-nya dimanfaatkan dengan
baik meskipun kita tahu film ini berbujet rendah. Saya akui bahwa film ini memang
cukup memuaskan di bagian pembangunan atmosfir dan gory scene-nya, meski tidak bisa dipungkiri masih banyak plot hole yang membuatnya terasa hambar.
Sebagai penutup, saya tetap ingin merekomendasikan film ini untuk ditonton. Dan
silakan nikmati kejutan-kejutan mengagetkan berupa suara teriakan manusia
kesakitan yang akan membuat Anda orgasme.
6,5 / 10
BalasHapusBAYAR PAKAI OVO GO-PAY PULSA XL = AXIS = TELKOMSEL
|| POKER | DOMINOQQ | CEME | CAPSA | SAKONG||
Merdeka Deposit Min Rp.50.000 Bonus 4.500 || Merdeka Deposit Min Rp.100.000 Bonus 8.000
Merdeka Deposit Min Rp.200.000 Bonus 17.000 || Merdeka Deposit Min Rp.500.000 Bonus 45.000
WhastApp : 0812-9608-9061