Melihat
posternya yang dipenuhi deretan monster
berwarna warni yang terlihat begitu menarik, “Monster Hunt” yang disebut-sebut
sebagai film dengan pendapatan terbesar sepanjang masa di Tiongkok ini memiliki
banyak pengharapan untuk ditonton. Dari tampilan luarnya, pastinya banyak action menarik yang bisa ditonton. Melihat
desain para monster-nya, unsur komedi
pastilah ada di dalamnya. Syarat-syarat tersebut kemudian disempurnakan lewat
pendapatan besar yang tentunya merupakan bukti bila film ini sangat
menjanjikan. Mungkin sudah terbaca bila substansi ceritanya tidaklah begitu
kuat, namun balutan visual ditambah koreografinya yang menarik tentulah diharapkan
bisa menambal kekurangan tersebut. Raman Hui selaku sutradara memang sadar diri
membuat “Monster Hunt” sebagai film yang style
over substance, jadi bila penonton merasa tidak sampai terikat ke dalam
kisahnya memang bukanlah sesuatu yang perlu dipermasalahkan lagi.
Sesuai
judulnya, “Monster Hunt” diawali dengan legenda pemburu monster yang mengusir para monster
bila sampai melewati batas menuju daerah manusia. Setelah terusir, para monster mencari wilayah sendiri untuk
bersembunyi. Ternyata di dalamnya terjadilah kudeta untuk menggulingkan raja
lama dengan dipimpin oleh calon raja baru. Merasa terancam, permaisuri dari
raja lama lantas menitipkan anak yang ‘dikandungnya’ pada pemuda pemilik kedai
bernama Song Tianyin (Boran Jing). Anak raja monster itupun juga menjadi bahan incaran para pemburu monster lainnya dan salah satunya adalah
Huo Xiaolan (Baihei Bai) yang kemudian menjalin love-hate relationship bersama Tianyin.
Selesai
saya tuliskan sinopsisnya, mari sedikit saya jelaskan lebih rinci mengenai dua karakter
utama di sini. Pertama adalah Tianyin, ayahnya adalah seorang pemburu monster hebat dan berkebalikan dengan ia
yang seorang lemah dan penakut. Atas kepergian ayahnya ia mendapat warisan
sebilah pedang meski ia sendiri tidaklah jago beladiri namun ahli memasak dan
menjahit. Kedua adalah Xiaolan, seorang wanita pemburu monster yang berwatak keras namun di dalamnya terpancar sifat
kelembutannya. Dari deskripsi singkat tersebut, makin jelaslah bila “Monster
Hunt” memiliki sisi cerita yang terasa sangat ringan dan klise. Dimulai dari
kisah tentang from zero to hero
hingga romansa yang menjadi muara dari karakter utama di sini. Bahkan hingga
kemunculan monster bayi bernama Wuba
yang akan menjadi tali pengikat antara Tianyin dan Xiaolan juga mudah dicerna
oleh penonton ke mana arah berikutnya. Semuanya dengan begitu mudahnya tertebak
sedari awal. Menariknya, sisi klise dalam materi yang disajikan itu tidak
sampai merusak filmnya sendiri.
Kelebihan
yang utama dalam film ini tentu saja aspek visualnya yang menarik lewat desain
aneka monster yang lebih ke arah cartoonish daripada realis layaknya monster dalam film-film epik semacam
trilogi “The Lord of The Rings”. Monster
hasil rekaan studio Base FX tersebut bukan tanpa alasan dibuat sedemikian rupa
kalau bukan karena alasan komedi dan pendekatan cerita yang ringan. Tentu saja
juga karena menyesuaikan bujet yang ada. Para monster-nya sendiri banyak dimunculkan dalam momen-momen komedik
yang sanggup memancing tawa, disamping memang bentuknya yang bisa dibilang
menggemaskan daripada menyeramkan. Keefektifan komedinya bukan saja melalui
tingkah kocak para monster saja
melainkan lewat ensemble cast para
komedian yang wajahnya sering muncul dalam film-film Hong Kong seperti Eric
Tsang dan Sandra Ng misalnya. Keduanya memberikan kontribusi besar dalam sektor
tersebut. Perannya memang bukan yang terbaik, tapi masihlah menghibur di saat
karakter komikal lainnya gagal membuat saya tertawa.
Bila
ditanya siapa karakter yang paling menarik perhatian, tentunya saya akan
memilih Wuba. Desainnya lucu dan menggemaskan berikut tingkahnya yang berkali-kali
memancing saya untuk tertawa. Kepolosannya layaknya seorang bayi manusia
menjadikannya karakter yang likable
dan saya juga senang ketika Raman Hui tidak membuatnya menjadi annoying di sini. Wujudnya saya akui
banyak mengingatkan pada Baby Beel dalam
anime dan manga berjudul “Beelzebub” yang sama-sama bayi dari raja
iblis/monster, berambut hijau, dan keduanya juga telanjang. Unsur kemiripannya
yang lain juga ditunjukkan pada kedekatannya dengan seorang laki-laki (Tianyin)
layaknya hubungan Baby Beel dengan
Tatsumi Oga dan masih cukup banyak kemiripan lainnya. Entah itu meniru atau
murni kebetulan, saya tidak tahu pastinya bila mengingat si penulis naskah
(Alan Yuen) yang katanya banyak menyadur dari literatur kuno Tiongkok. Terlepas
dari kemiripan atau semacamnya, saya menaruh perhatian lebih pada karakter ini
walau belum total tergali dengan baik.
Melihat
bagaimana film ini diakhiri, jelas sangat potensial sekali untuk dibuatnya
sekuel. Apalagi pendapatan yang fantastis tersebut bisa menjadi dorongan projek
yang pastinya akan lebih besar. Bila hal itu kelak terwujud, harapan besar bila
karakter Wuba mampu dimaksimalkan dan karakter-karakter villain baru akan banyak diperkenalkan. Nah, selesai menonton pun
sekiranya benar adanya bila “Monster Hunt’ sanggup meraup sebegitu besarnya
keuntungan tersebut kalau bukan lewat pengemasannya yang begitu menarik. Untuk
lingkup film Tiongkok, “Monster Hunt” adalah blockbuster yang berhasil mendobrak hal baru dalam menyajikan
hiburan yang begitu menawan dari berbagai aspek yang ada seperti CGI (utama),
aksi, hingga komedi. Lupakan mengenai karakter yang dangkal, plot hole, dan kekurangan lain di bagian
substansi cerita bila ternyata ia memiliki daya magis begitu besar untuk membuat
setiap penonton menyukainya. Maka dengan ini layaklah bila “Monster Hunt”
mencatatkan diri sebagai all time
highest-grossing film in China !.
6,5 / 10
Pendapatannya berapa bro kalo disebutkan dalam angka
BalasHapusdari data terakhir yg saya dapat, Monster Hunt dapet US$ 384,8 juta dari bujet hanya US$ 56 juta.
HapusTerima kasih atas kunjungannya ya.....^_^
monster hunt, apa ada part keduanya, karna terakhir episodenya kan raja monster masih kecil,,,
BalasHapus