Setelah karya terbaiknya yang rilis
sekitar 9 tahun yang lalu, “The Fall” (2006), Tarsem Singh tampaknya masih
belum kembali memaksimalkan potensi lewat kekreatifitasan yang ia miliki. Dua
film setelahnya itupun juga gagal untuk menarik hati meskipun bila dikatakan
‘buruk’ juga tidaklah tepat. Namun setidaknya ia masihlah menghadirkan film
dengan kelebihan di bagian aspek visual yang begitu indah meski lemah di
substansi cerita. Lantas bagaimana dengan film terbarunya ini ?. Dengan
mengusung tema sci-fi – thriller ditambah konsep cerita yang
lumayan bagus, sangat diharapkan bila karya terbarunya ini dapatlah memikat bagi
mereka yang kini sudah rindu akan Tarsem Singh yang dulu.
“Self/Less” bercerita mengenai seorang
pebisnis kaya bernama Damian Hale (Ben Kingsley) yang divonis terkena terminal cancer hingga menunggu
hari-hari terakhirnya. Kemudian tawaran datang dari Prof. Albright (Matthew
Goode) berupa prosedur medis yang disebut shedding
untuk memindahkannya dari tubuh lamanya ke dalam tubuh baru (Ryan Reynolds).
Lalu muncullah halusinasi yang dikatakan sebagai efek samping dari perpindahan
tubuh tersebut. Mengetahui bahwa hal itu bukanlah halusinasi biasa, Damian
lantas mencari tahu kebenaran di balik tubuh barunya itu.
Saya tidak pernah ada masalah
sebelumnya lewat pemilihan judulnya sampai kemudian saya menerjemahkannya ke
dalam Bahasa Indonesia dan itu terdengar sangat konyol sekali. Oke, sampai di
sini saja untuk masalah judul yang saya anggap tidak terlalu penting. Kembali
ke topik utama, “Self/Less” bisa dikatakan tidak sampai mengejutkan saya bila
mendengar konsep dasar dari ceritanya. Pemilihan feature lewat transplantasi tubuh semacam ini jelas sekali bukan
barang baru dalam film. Coba lihat saja “Avatar” (2009) yang juga memasukkan konsep
tersebut atau mungkin yang paling baru adalah pada karakter “Vision” dalam “Age
of Ultron” (2015). Rupanya tidak ingin berhenti di situ saja, Tarsem Singh coba
menyelipkan misteri lewat tubuh baru tempat perpindahan jiwa dari Damian Hale. Tubuh
baru itu tidak lain merupakan jembatan penghubung yang nantinya akan menggali
sisi terdalam dari seorang Damian Hale termasuk hubungannya yang ‘dingin’
dengan anak tunggalnya, Claire (Michelle Dockery).
Pada bagian petualangan Damian lewat
pencarian misteri tubuh barunya itu sudah saya sadari akan ke mana bermuaranya.
Tapi tetap membuat saya merasa anteng untuk mengikutinya demi menanti konflik
apa yang akan disuguhkan berikutnya. Dan jelas saja, petualangan itu juga turut
membantu mengubah karakter Damian sedikit demi sedikit untuk memperbaiki
kesalahan di masa lalunya. Namun sangat disayangkan, karakter Damian lewat
tubuh lamanya kuranglah tergali dengan baik sehingga terasa ‘kosong’ untuk
mengkomparasikan lewat transformasinya itu. Untung saja konflik yang disajikan dari
naskah yang ditulis oleh David dan Àlex Pastor, saya akui cukuplah menarik
meskipun bisa dibilang tidaklah spesial. Naskahnya memang cenderung mudah untuk
ditebak, tapi tidak sampai memperburuk keseluruhan film. “Self/Less” secara
total tidak banyak memberikan suguhan visual yang menarik bila mengingat ini
adalah film milik Tarsem Singh. Tapi saya cukup mengapresiasi lewat editing cepatnya yang dapat mewakili
karakter sentral di sini.
Ada hal lagi yang sebenarnya cukup
membuat saya gerah di sini. Yaitu performa standard
dari Ryan Reynolds yang sangat kurang ‘masuk’ dalam karakter yang ia lakoni.
Ben Kingsley memanglah tidak total di sini, tapi kemunculannya yang tidak
sampai 30 menit masihlah lebih bagus. Perubahan karakterisasi Damian versi
Reynolds terlihat terlalu cepat dan lebih ‘agresif’ bila saya mencoba untuk
membandingkan versi yang lebih tua (Kingsley). Semua itu tidak lain adalah hasil
dari kurangnya Ryan Reynolds dalam menjiwai perannya. Imbasnya pun jatuh pada
beberapa hole yang cukup sering
mampir pada karakternya. Selain kurangnya performa dari beberapa cast, hal lain yang sedikit ‘mengganggu’
adalah tidak maksimalnya genre yang
dibawa. Jika memang sedari awal Tarsem Singh mengusung sci-fi di sini, harusnya ia lebih meningkatkan di sektor tersebut. Unsur
sci-fi nya terasa hambar sekali bagi
saya. Sebagai contoh adalah proses perpindahan jiwa Damian terlihat instant dan kurang real, pun begitu dengan alat yang digunakan juga terlihat begitu
‘murahan’.
Maksud hati menambahkan sekuen aksi
untuk meningkatkan keseruan, namun yang ada adalah ‘nanggung’ dalam
presentasinya. Aksi tembak-tembakan hingga car
chase-nya tidak sampai mengundang decak kagum apalagi sampai meningkatkan
adrenalin. Amat sangat disayangkan sekali bila konsep yang lumayan menarik dan
terlihat kekinian ini justru lemah dalam pengemasan. Tarsem Singh pun turut
pula membuang potensi dari konflik yang dialami karakter sentralnya padahal di
dalamnya ada sisi dramatis yang bisa ditarik keluar. Sebetulnya ia sendiri pun
sudah menanamkan ‘hati’ untuk beberapa karakternya hanya saja ia tidak mampu
memanfaatkannya dengan baik. Dan kemudian “Self/Less” pun berakhir sebagai
tontonan medioker yang feel less. Dua
film sebelumnya memang tidak sampai pada tingkatan memukau, tapi cukuplah
sebagai hiburan yang menyenangkan dan menghibur. Namun saya katakan “tidak”
untuk film yang terbaru ini. Mengecewakan ?. Tentu saja.
5 / 10
Koment ada cukup menusuk, hehe
BalasHapus