Beetlejuice (1989), Corpse
Bride (2005), Coraline (2009), Sweeney Todd (2007), Alice in Wonderland (2010), Frankenweenie (2012), semua
film animasi stop-motion dan
non-animasi yang lahir dari tangan Tim Burton ini selalu memiliki ciri khas creepy, quirky, dan gloomy. Bahkan,
Batman (1989 & 1992) pun memiliki suasana horror yang kental ketika mendapat sentuhan dari Tim Burton. Meski
tidak duduk di posisi sutradara, The Nightmare Before Christmas yang begitu
populer dan memorable ini tetap
memiliki ciri khas ala Tim Burton dan bisa dibilang sebagai titik awal untuk
film animasi stop-motion buatannya yang akan lahir berikutnya.
Di suatu negeri yang disebut
Halloween Town, semua warganya yang terdiri dari para hantu, vampire, dracula, werewolf, hingga
witch, dengan senang hati selalu
merayakan Halloween (sesuai namanya) dengan menakut-nakuti menggunakan wujud
mereka yang menyeramkan. Dari semua warga Halloween Town, adalah Jack
Skellington (Chris Sarandon) yang diakui paling menakutkan, serta dipuji dan dihormati
oleh semua warga Halloween Town. Tapi rupanya, Jack mulai merasakan kebosanan
dengan Halloween yang selalu dirayakan tiap tahunnya. Suatu malam, Jack yang
memiliki bentuk tengkorak ini memilih berjalan ke hutan dengan ditemani anjing
hantunya yang bernama Zero.
Di dalam hutan ia menemukan
beberapa pohon dengan simbol yang mewakili hari libur di masing-masingnya,
seperti Valentines Day, St. Patricks Day, Thanksgiving, Easter, Independence Day, Christmas, dan tentunya tidak lupa Halloween. Jack kemudian memasuki pohon dengan simbol pohon cemara
(christmas) dan ia pun terlempar menuju Christmas Town. Jack begitu terkagum-kagum
dengan perayaan yang diadakan di Christmas Town. Ia merasakan bahagia, meski
tidak tahu bagaimana menerangkannya. Sekembalinya ke Halloween Town, Jack
berencana untuk merencanakan perayaan yang ada di Christmas Town dan menculik
Sandy Claws / Santa Claus (Ed Ivory).
Dua kota yang menjadi setting
di sini digambarkan dengan begitu kontras, Halloween Town begitu gelap, suram,
dan mencekam, berikut para makhluk creepy
yang menghuninya, sedangkan Christmas Town sangat cerah, colourful, dan terlihat penuh sekali dengan kebahagiaan. Meski
begitu keduanya tetap hidup berdampingan dengan segala perbedaan yang dimiliki.
Hingga pada akhirnya, rasa bosan Jack mengacaukan segalanya dengan menculik
Santa Claus. Jika ditilik lebih dalam lagi, apa yang dilakukan Jack sebenarnya
adalah murni sebuah ‘kenakalan’ kecil yang tercipta dari lingkungan yang memang
suka dengan hal-hal yang bersifat kejahilan dan keusilan, karena hal itu
merupakan bagian dari Halloween.
The Nightmare Before Christmas
disajikan dengan musikal dan hanya berlangsung dengan durasi selama 76 menit. Untuk ukuran tahun
tersebut, film ini bisa disebut telah melampau masanya. Proses pembuatan selama
3 tahun, merupakan bukti dari kerja keras dalam pembuatan film stop-motion yang begitu rumit. Sebagai
contoh, karakter Jack Skellington saja menggunakan 400 ekspresi wajah yang
berbeda. Itu baru satu karakter, belum karakter-karakter yang lain. Tentunya,
ada ribuan mini-figure yang digunakan
selama pembuatan film ini. Pergerakan frame per second-nya juga sangat halus
sekali, maka tidak salah bila waktu yang digunakan dalam pembuatan juga sangat
lama.
The Nightmare Before Christmas
ini sering disebut sebagai sleeper hit,
atau film yang begitu terkenal dengan kurun waktu yang sangat lama. Hal
tersebut sepertinya memang benar adanya. Lihat saja karakter Jack Skellington
yang begitu memorable dan lovable ini, ia selalu muncul di
berbagai macam aksesoris atau mainan yang dijual di banyak tempat. Apalagi,
film ini juga merupakan simbol dari Halloween dan Christmas yang merupakan hari
libur besar. Film ini kabarnya sempat akan dibuat sekuelnya pada tahun 2001 dengan
lebih banyak menggunakan animasi komputer daripada stop-motion. Tapi kemudian Tim Burton menolaknya dengan alasan
‘kemurnian’ cerita dan pengemasannya yang harus menggunakan stop-motion. Saya sangat salut atas
keputusan Tim Burton tersebut, karena bagi saya sendiri sekuel merupakan bentuk
pengkhianatan dari sebuah karya.
Jujur saja, saya sebenarnya
bukan tipikal penyuka film-film musikal, kecuali Les Misérables (2012) yang sejauh ini sangat saya sukai. Bahkan, saya sempat boring di beberapa momen musikal yang
tersaji di film ini. Tapi untuk alur ceritanya secara keseluruhan, menurut saya
cukup bagus meski minus momen lucunya. Ada pesan moral yang saya tangkap dari
film ini mengenai perasaan untuk menjadi diri sendiri. Jack Skellington yang
bosan dengan Halloween, mencoba menculik Santa Claus dan memainkan perannya
untuk membagikan hadiah pada Christmas Eve. Sebelumnya, ia juga sudah
diingatkan oleh temannya, Sally (Catherine O’hara) bahwa dirinya bukanlah
pribadi yang selama ini ia kenal. Akibatnya, Jack malah mendapatkan kesulitan
akibat rencananya tersebut. Kemudian iapun menyadari betapa pentingnya menjadi
diri sendiri dengan kembali ke penampilan sebelumnya dan tetap merayakan Halloween.
Saya rasa sesederhana inilah
film ini bercerita. Meski sederhana, tapi pesan moral yang disampaikan cukup
mengena. Mungkin bukan favorit saya, tapi The Nightmare Before Christmas sudah
dalam pencapaian sebagai film animasi yang begitu populer, timeless, memorable, dan
begitu dikenal masyarakat luas. Overall,
The Nightmare Before Christmas cukup menghibur dengan desain karakternya yang
bagus dan unik, serta olah geraknya dengan musik yang begitu menyatu dan
tersaji dengan luar biasa. Sajian yang sangat pas untuk
menemani waktu senggang di hari libur.
ATAU
7 / 10
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
AYO KITA DISKUSIKAN !