The Bicycle Thief sering disebut-sebut
sebagai salah satu mahakarya film Itali beraliran neorealism. Neorealism (sering
disebut sebagai Golden Age bagi perfilman Itali), merupakan aliran dalam film yang
mengedepankan cerita tentang kemiskinan dan kaum pekerja serta menggunakan jasa
aktor non-profesional. Film ini juga banyak mendapat penghargaan, salah satunya
adalah Academy Honorary Award di tahun 1950. Meski film ini berjudul tentang
“pencuri sepeda”, tapi fokus utamanya sendiri mengenai seorang pria yang
menjadi korban pencurian sepeda. Kisahnya begitu menyentuh dan memberikan kesan
yang sangat mendalam bagi siapapun yang menontonnya. Apalagi, kedekatan
hubungan antara ayah-anak sangat ditekankan di sini. Faktor tersebutlah yang
menjadikan film klasik ini sangat wajib untuk ditonton.
Masa menganggur telah usai bagi
Antonio Ricci (Lamberto Maggiorani), karena ia mendapatkan pekerjaan sebagai
penempel poster dengan gaji yang lumayan pula. Tapi, ia bisa mendapatkan
pekerjaan tersebut dengan syarat harus memiliki sepeda. Awalnya ia memiliki
satu sepeda, tapi kemudian ia gadaikan untuk makan sehari-hari. Antonio hidup
serba kekurangan, tinggal di apartemen sempit bersama istrinya, Maria (Lianella
Carell) serta anaknya pertamanya, Bruno (Enzo Staiola) dan anak keduanya yang
masih bayi. Istrinya kemudian menjual semua seprai agar Antonio bisa membeli
sepeda. Akhirnya, sepeda merek Fide model tahun 1935 pun terbeli.
Naas beribu naas. Hari pertama kerja,
Antonio kehilangan sepedanya ketika sedang menempel poster. Upaya pengejaran
telah dilakukan meski tanpa hasil. Pihak kepolisian tempat ia melapor pun
seolah tutup mata dengan apa yang dialami Antonio. Merasa kesulitan, Antonio
pun meminta bantuan sahabatnya, Baiocchi (Gino Saltamerenda). Pencarian pertama
mereka adalah di pasar loak sepeda bernama Piazza Vittorio, karena kemungkinan
besar si pencuri sepeda telah menjualnya ke sana. Meski sudah mencarinya, tapi
hasilnya tetaplah nihil. Atas saran Baiocchi, pergilah Antonio bersama Bruno
menuju pasar loak lainnya, Porta Portese. Di sanalah, Antonio melihat sepedanya
lengkap bersama si pencuri. Berhasilkah Antonio dan Bruno mendapatkan kembali
sepedanya ?
The Bicycle Thief adalah film yang
penuh tragedi. Tragedi seorang pria desperate
yang sepedanya dicuri, padahal hidupnya dan keluarganya ia gantungkan pada
sepeda tersebut. Parahnya lagi, itu terjadi di hari pertama kerja. Gaji lengkap
dengan bonus dan uang lembur, semua lenyap dari angan-angan Antonio. Saya
acungi jempol kehebatan Vittorio de Sica yang menjadikan depresi ekonomi pasca
Perang Dunia II (terjadi saat pembuatan filmnya) sebagai bahan yang menarik
untuk diangkat ke dalam film karyanya ini. Selain itu, Vittorio de Sica juga
luar biasa dalam mengarahkan Lamberto Maggiorani yang notabene bukan seorang
aktor profesional (saat itu ia seorang pekerja pabrik), mampu bermain dengan
sangat bagus dan natural sebagai pria
lugu nan malang bernama Antonio Ricci ini. Memang, dibutuhkankanlah orang-orang
yang benar-benar tahu rasanya menjadi orang susah sebagai pekerja kasar, maka
dari itu Lamberto Maggiorani sangat pas memainkan peran tersebut. Di situlah,
letak kejeniusan sang sutradara, Vittorio de Sica.
Antonio adalah contoh dari potret
warga miskin Itali yang jauh dari perhatian orang-orang sekitarnya. Lihatlah
ketika ia berteriak kehilangan sepeda, seakan-akan orang di sekitarnya tidak
mau tahu. Polisi pun juga begitu, terlalu memandang rendah mereka yang dari
golongan bawah dan enggan untuk membantu. Apalagi, benda yang hilang berupa
sepeda hanya dianggap remeh. Saking miskinnya, Antonio tidak mampu untuk
menyekolahkan Bruno, di mana anak-anak seusia Bruno semestinya masih
senang-senangnya menikmati bangku sekolah. Tapi ia lebih memilih bekerja demi
membantu beban berat orang tuanya, apalagi ia juga memiliki adik yang masih
bayi. Dengan kehilangan sepeda itu, maka keluarga Ricci bagaikan tersambar
petir menghadapi kenyataan itu.
Segala rasa bercampur menjadi satu
dalam film yang diangkat dari novel karya Luigo Bartolini ini. Senang, saat
saya melihat Antonio mendapat pekerjaan dan sepeda. Sedih, saat Antonio
kehilangan sepeda. Haru, saat melihat perjuangan keras Antonio mendapatkan
sepeda demi masa depan keluarganya. Hingga sebal, ketika melihat si pencuri
yang bersikukuh tak mau mengaku bahwa telah mencuri sepeda milik Antonio.
Kesialan rasanya bertubi-tubi menimpa Antonio, tatkala tidak ada satu orang pun
yang membantunya dalam menangkap si pencuri. Kebanyakan dari mereka acuh tak
acuh dan bahkan malah membela si pencuri. Dari segala kesedihan, kemalangan,
kesialan, keputusasaan, kepahitan, dan apapun penyebutannya, Vittorio de Sica
rupanya tidak lupa menyelipkan sedikit momen lucu untuk memberikan penyeimbang
dalam film ini. Lihat saja ketika Antonio dan Bruno mengejar kakek-kakek yang
mengenal si pencuri dalam gereja, Bruno diam-diam membuka bilik pengakuan dosa
dan malah dipukul oleh sang pendeta. Bagian itu sangat lucu sekali, kepolosan
Bruno dalam membantu ayahnya rupanya malah dihadiahi pukulan.
Dalam The Bicycle Thief ini,
ditampilkan pula adegan dimana seorang peramal wanita yang memiliki banyak
sekali pengikutnya untuk bertanya segala perihal masalah dalam kehidupan.
Bahkan, Antonio pun sempat berkunjung ke sana untuk menanyakan lokasi sepedanya
yang hilang. Bukan tanpa alasan mengapa Vittorio de Sica menampilkan sosok
peramal di sini, selain untuk menegaskan bahwa kemiskinan warga Itali yang
sudah tingkat ‘stadium akhir’ ini membuat mereka sudah melupakan nalarnya dalam
menghadapi peliknya kehidupan, dan memilih datang ke peramal sebagai jalan
keluar satu-satunya. Sebelumnya, Maria juga sempat datang ke peramal tersebut
untuk bertanya mengenai apakah Antonio akan dapat pekerjaan dalam waktu dekat.
Kakek-kakek yang dikejar Antonio dan
Bruno dalam gereja itu mungkin saja juga pencuri. Tapi pertanyaannya adalah,
mengapa seorang pencuri mau rajin datang ke gereja ?. Jawabannya tidak lain
adalah bukan karena beribadah, melainkan hanya ingin mendapatkan makan gratis.
Nah, kembali lagi bahwa kemiskinan yang telah menggerogoti warga Itali pasca PD
II, kembali lagi diangkat dalam film ini. Bagi sang pencuri, adakah alasan lain
bagi ia untuk mencuri, selain memang untuk membeli makan ?. Mungkin kita akan
bersimpati sangat dalam kepada Antonio yang kehilangan sepeda, dan begitu
membencinya si pencuri sepeda. Tapi tanpa kita sadari, kehidupan mereka berdua
sama saja, sama-sama korban kemiskinan. Tentu saja, perbuatan mencuri memang
tidak dibenarkan. Hingga akhirnya, Antonio sendiri kehilangan arah dan mencoba
mencuri sepeda sebagai ganti dari sepedanya yang hilang. Lalu, judul The
Bicycle Thief ini seharusnya ditujukan untuk siapa, Antonio atau si pencuri
sepeda milik Antonio?
ATAU
10 / 10
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
AYO KITA DISKUSIKAN !