Ketika
manusia telah dikuasai oleh nafsu membara, terkadang pikiran sudah tak
berlogika. Apa pun sesuai dengan tuntutan nafsunya akan dilakoni. Tak peduli
dengan akibat yang akan diperoleh, semua terlihat halal saja untuk dijalani.
“Empire of Passion” adalah sekelumit contoh bagaimana nafsu mampu menguasai
manusia dengan sekejap. Di saat semakin menggebu, nafsu memberikan angan-angan
tinggi yang ternyata semuanya hanya berakhir dengan kekosongan. Tiada lagi yang
tersisa selain penyesalan.
“Empire
of Passion” arahan Nagisa Oshima berpusat pada kisah seorang wanita yang
membunuh suaminya atas ajakan selingkuhannya. Jauh di sana, kita kerap
mendengar kisah nyata serupa. Memang benar, “Empire of Passion” adalah cerminan
kisah mengenai jalan pintas terlarang. Bahkan, tadi malam sebelum menulis
ulasan ini, saya melihat berita di tv dengan kasus serupa.
Nagisa
Oshima menghantarkan konflik dalam “Empire of Passion” dengan begitu lurus.
Semua yang dituturkan lewat naskah tulisannya bersama Itoko Nakamura ini hampir
tiada letupan berarti. Mudah ditebak, memang. Kita juga sering disuguhkan film
dengan alur serupa, bahkan kisah yang benar-benar terjadi. Tapi, Oshima dan
Nakamura membubuhkannya dengan unsur supernatural,
membuat “Empire of Passion” memiliki aura amat berbeda.
Berlatar
waktu 1800-an di sebuah desa di Jepang, hiduplah seorang penarik becak miskin
bersama istrinya. Dia adalah Gisaburo (Takahiro Tamura), sedangkan sang istri
bernama Seki (Kazuko Yoshiyuki). Mereka telah dikaruniai dua orang anak; Oshin
(Masami Hasegawa) yang tertua telah tinggal jauh untuk bekerja.
Seki
bekerja sebagai pelayan di rumah seorang kaya raya. Oleh banyak orang, ia
dikenal sebagai “Little Seki” karena memiliki paras cantik dan wajah yang lebih
muda dari usianya. Hal tersebut memancing mantan tentara bernama Toyoji
(Tatsuya Fuji) untuk terus singgah ke rumahnya. Toyoji adalah seorang
pengangguran yang sering membuat onar di desa.
Tiada
hari bagi Toyoji untuk tidak menjenguk Seki. Ini dilakukan saat Gisaburo harus
menarik becak di tempat yang jauh. Tentu, dari sini kita bisa menyimpulkan
bahwa Toyoji memendam rasa suka kepada Seki yang usianya jauh lebih tua. Sedari
raut mukanya, terpancar pula rasa ingin lebih memiliki dan menyingkirkan
Gisaburo.
Kepergian
Gisaburo kembali lagi dimanfaatkan Toyoji untuk menguasai Seki. Hubungan
terlarang keduanya pun dilakukan. Di saat itulah, terbesit pikiran dari Toyoji
untuk membunuh Gisaburo. Tidak tanggung-tanggung, Seki pun diajak untuk
menghabisi suaminya itu. Tanpa saya melanjutkan sinopsis ini, Anda pasti sudah
tahu jika Gisaburo berakhir akan berakhir nahas.
Rasa
bersalah tentu saja muncul dari benak Seki. Apalagi, pembunuhan itu telah
terjadi selama tiga tahun. Warga desa tentu menyadari hilangnya Gisaburo yang biasanya
menarik becak melewati desa. Keduanya harus pintar dalam membuat dalih. Keseruan
akan “Empire of Passion” dimulai ketika roh dari Gisaburo mulai mendatangi Seki
di malam hari. Ia sering kali menampakkan diri di samping becaknya.
Pada
dasarnya, wujud roh Gisaburo tersebut adalah manifestasi dari rasa bersalah
Seki. Di luar penambahan unsur horror
itu, saya melihatnya sebagai gambaran penyesalan akan perbuatan salah. Jika
seorang manusia melakukan sebuah kesalahan dengan alasan apa pun, maka rasa
sesal akan terus menghantuinya.
“Empire
of Passion” didukung pula oleh set yang indah serta pengarahan yang sempurna. Pembangunan
latarnya juga berpengaruh besar meningkatkan aura yang mencekam. Sudah sejak
lama pula, perfilman Jepang dikenal akan kualitas aliran horror-nya. Pun di sini, Nagisa Oshima sanggup menghidupkan
atmosfir mencekam dengan didukung latar dark
age yang gelap dan berasap. Tidak lupa efek make-up hantu walau sederhana tapi efektik. Performa jajaran cast, khususnya Kazuko Yoshiyuki juga
masuk dalam nilai tambah yang dimiliki film ini.
Sedikit
disayangkan, Nagisa Oshima ternyata memilih mengakhiri film dengan cara
generik. Klimaksnya terlalu mudah ditebak, pula bermain aman. Saya sebenarnya
mengharapkan lebih pada Oshima untuk memberikan hentakan keras di akhir film.
Tapi kekurangan kecil ini, saya anggap tidak mampu mengurangi keindahan film.
Sebuah keindahan yang berasal dari aspek gaya, bukan dari substansi cerita.
Saya dapat referensi bagus ttg film ini. Thanx atas review nya. Film Pink Jepang emang aneh2 tapi juga berseni tinggi.
BalasHapusDalam Website Poker Vita menyediakan games seperti Texas Poker, Capsa Susun, Bandar Poker, Domino QQ, Adu Q, dan Bandar Q.
BalasHapusBanyak masyarakat Indonesia telah mengenal permainan judi online dari berbagai server perjudian online
Informasi Lebih Lanjut:
Bbm : D88B0154
Whatsapp : +62 812-222-2996
|lINK KAMI di : POKERVITA.LIVE
Importance of Hiring Social Media Marketing Services
BalasHapusIf you are running a business and are contemplating to grow, then the best thing to do is to be present online. Having an online presence, especially on social media platforms can amplify your revenue and profit. There are many benefits of implementing social media marketing services. Some of these are:
● Targeting the right audience, and engaging with the potential customers
● Looking at your competitors’ social media postings might help you figure out where you need to improve and what you should avoid
● SERP & website traffic will improve; generating greater ROI
● Reading what your consumers are saying about your company on social media may be a great method to learn about your goods, promotions, popularity, and more; also retargeting missed customers
There are many more benefits when you hire a social media marketing service provider like Digital Polaris. Prioritize your SMM strategy as soon as possible to rake in the moolah.
Find Out:
Best Seo Company
Best Digital Marketing Company
Best Content Marketing Company
Best Pay Per Click Company
Best WordPress Development Company
Best Magento Development Company
Best Website Development Company
Best Web Designing Company
Best Branding Company