Rabu, 20 Juli 2016

OUR LITTLE SISTERS [2015]

Menonton film-film karya Hirokazu Koreeda, seakan tengah menyaksikan secara nyata kehidupan sebuah keluarga. Kita seolah menjadi saksi segala problematika di dalamnya, bahkan serasa menjadi bagian darinya. Hirokazu Koreeda memang memiliki ciri khas dalam setiap film arahannya. Ia selalu menggunakan tema keluarga sebagai landasan utama dari ceritanya.

Tiada sebuah keluarga tanpa memiliki konflik. Saya pikir, dengan alasan itulah mengapa Koreeda begitu amat tertarik mengangkatnya. Ia kerap menghadirkan cerita yang thought-provoking dengan penyajian subtle. Film-filmnya selalu mengalun lembut seolah tanpa hentakan. Jika tidak terbiasa, kita akan menganggapnya monoton. Tapi inilah Koreeda. Ia menginginkan penonton mencermatinya lebih mendalam.

“Our Little Sister” adalah karya terbarunya; bercerita tentang tiga saudari yang merawat adik tirinya. Tiga dari yang tertua adalah Sachi (Haruka Ayase), seorang perawat; Yoshino (Masami Nagasawa), karyawati bank; dan Chika (Kaho), kasir sebuah toko perlengkapan olahraga. Mereka bertiga tinggal di sebuah rumah tua di Kamakura. Hidup dengan bahagia, meski masa lalu mereka kurang menyenangkan.

Kedua orangtua mereka telah lama bercerai. Sang ayah tinggal di Yamagata dan telah dua kali menikah lagi. Sedangkan sang ibu tinggal di Hokkaido. Perceraian itu tidak sekedar memisahkan sosok ayah dengan ibu. Tetapi lebih menyedihkan lagi, masing-masing keduanya memilih untuk hidup sendiri-sendiri. Dengan berat, Sachi yang paling tua turut membesarkan kedua adik-adiknya.
Di suatu pagi, kabar duka datang dari Yamagata. Sang ayah meninggal dunia. Tidak ada raut duka dari ketiganya. Namun Yoshino dan Chika, merasa perlu untuk datang ke pemakaman. Sachi memilih untuk tidak datang, meski pada akhirnya datang juga. Wajar saja. Sachi sebagai yang tertua, merasakan dampak paling besar dari perceraian orangtuanya. Apalagi, keduanya seolah meninggalkan tanggungjawab.

Dalam acara pemakaman itulah, Sachi, Yoshino, dan Chika bertemu dengan Suzu (Suzu Hirose); putri dari ayah mereka dengan istri keduanya yang juga telah meninggal. Suzu tidak lagi memiliki tempat kembali. Satu-satunya harapan adalah ikut bersama ketiga kakak tirinya ke Kamakura. 

Ini rumit. Mengingat ibu dari Suzu dianggap sebagai wanita yang telah menghancurkan rumah tangga orangtua mereka. Naskah tulisan Koreeda ternyata tidak menjadikan hal tersebut menjadi konflik utama di film ini. Ketiga bersaudara tersebut dengan senang hati menerima Suzu di rumah mereka. Tidak ada lagi kenangan pahit untuk diingat. 

Seperti film lain Koreeda, “Our Little Sister” nyaris berjalan pelan tanpa dentuman keras. Kita perlu bersabar untuk bisa mengikuti alurnya. Di saat itu pula, kita akan menunggu konflik apa yang tengah diuraikan oleh Koreeda. Di luar bayangan saya, “Our Little Sister” bukanlah tentang perdebatan status Suzu dalam keluarga Kōda (Sachi, Yoshino, dan Chika). Namun ini soal dinamika antar relasi dari keempatnya, sebagai tanggungjawab saudara sedarah.
“Our Little Sister” tidak hanya berfokus pada keseharian antara trio Kōda dengan Suzu. Ini juga menceritakan problematika mereka di luar hubungan keluarga. Karakter paling menonjol di sini adalah Sachi. Ia digambarkan sebagia sosok yang paling membenci keduanya. Seperti yang saya tulis di atas, ini sebuah kewajaran.

Sachi begitu membenci sang ayah yang lebih memilih wanita lain dan mengabaikan ibu serta mereka. Di satu sisi, rasa ketidaksukaan pada sang ibu yang memilih hidup sendiri juga tampak jelas. Bagian menariknya adalah karakter ini tidak dibuat dalam satu dimensi saja. Miris, sebab Sachi sendiri justru memiliki affair dengan rekan kerjanya yang mana telah berkeluarga. Di sinilah terjadi kontemplasi pada karakter yang kemudian menuju pada turning point

“Our Little Sister” diangkat dari manga berjudul “Umimachi Diary” karya Akimi Yoshida. Seperti karya Koreeda sebelumnya, film ini juga meninggalkan bekas yang mendalam bagi saya. Pun meninggalkan pertanyaan-pertanyaan akan esensi dari sebuah keluarga. Pada akhirnya, kita tahu jika ini semua adalah soal tanggungjawab.

2 komentar:

AYO KITA DISKUSIKAN !