“The Loved Ones,” film indie
Australia, diawali dengan adegan seorang remaja SMA yang mengendarai mobil
bersama ayahnya. Remaja SMA itu bernama Brent (Xavier Samuel), terlihat sangat
akrab dengan ayahnya. Untuk ukuran pelajar SMA, tentu Brent belum memiliki SIM.
Tapi sosok ayah yang dekat—bak seorang teman, mengijinkannya mengemudi.
Mereka banyak mengobrol, bercanda, dan
tertawa di sepanjang jalan. Si ayah tampak memiliki jiwa yang lebih muda dari
usianya. Kemudian, konsentrasi Brent yang tengah menyetir seketika buyar
tatkala seorang pemuda bersimbah darah, berjalan pelan di tengah jalanan. Brent
membanting stir. Mobil berhasil menepi, tapi naas! Sebuah pohon besar menghentikan
lajunya.
Narasi bertolak pada “enam bulan
kemudian.” Di sekolah, tepatnya di samping loker, Brent bersama sahabatnya, Jamie
(Richard Wilson), tengah membicarakan pasangan untuk dansa. Pembicaraan mereka
juga menjadi ajang transaksi ganja.
Brent telah memutuskan bersama dengan
Holly (Victoria Thaine), kekasihnya, sebagai pasangan dansa. Jamie telah
diterima pula ajakannya dengan Mia (Jessica McNamee), gadis gotik yang ternyata
putri seorang polisi sekitar sana. Tak lama, seorang gadis lugu mendekati untuk
mengajaknya. Tentu Brent menolak. Saya yakin bukan karena ia telah memiliki
Holly, akan tetapi gadis yang bernama Lola itu (Robin McLeavy), bukan tipenya.
Kembali ke adegan awal, sejatinya
adegan tersebut memiliki sinkronisasi dengan karakter dan film keseluruhan.
Peristiwa kecelakaan tersebut, membuat Brent menjadi sosok yang pendiam dan
menyalahkan diri sendiri. Tidak jarang ia memilih menyendiri di tempat sepi. Tidak
dinyana, kebiasaan itu justru malah mencelakainya.
Seorang pria misterius membekapnya
dengan obat bius. Saat itu, Brent tengah menikmati kesendiriannya di sebuah
bukit. Siapa pria itu? Jika Anda menontonnya, saya yakin Anda tidak akan
terkejut. Sudah bisa ditebak, jika Lola ada di balik rencana jahat itu. Dengan
alasan apa? Tentunya karena penolakan Brent atas ajakan dansa.
“The Loved Ones” yang diawali dari
drama tentang depresi akan masa lalu, lantas berubah menjadi torture porn. Ya, Brent menjadi korban kekejian
jiwa psikopat Lola bersama ayahnya yang juga maniak (diperankan oleh John
Brumpton). Dengan gaun berwarna merah muda, Lola melampiaskan segenap kegilaannya
pada Brent yang diikat di atas kursi.
Siksaan tahap pertama adalah Brent
dipaksa masturbasi tanpa menggunakan bantuan apa pun. Tangannya diikat, kakinya
juga diikat, bayangkan betapa sulitnya hal itu. Saya sendiri tidak menduga,
siksaan yang tampak ringan ini ternyata berat juga jika dibayangkan. Saya tidak
akan menuliskan kelanjutannya, karena berpotensi jadi spoiler. Yang pastinya, Anda bisa memikirkan kelanjutannya.
“The Loved Ones” disutradarai oleh
Sean Byrne sebagai karya debut. Naskahnya juga ia tulis sendiri. Sebagai film
yang mengeksploitasi torture porn,
“The Loved Ones” cukup sukses menghibur saya. Beberapa adegan penyiksaannya
lumayan membuat ngilu, walau penyajian dalam screentime-nya masih kurang. Saya pikir, kekurangan dalam memainkan
ritme juga berpengaruh mengurangi enerji film ini sendiri. Akibatnya,
intensitas keseruan menjadi tidak stabil.
Memaksa film bertema torture seperti “The Loved Ones” menjadi
sempurna, tidaklah mudah. Apa yang bisa diharapkan dari sebuah film seperti
ini? Sebelum menonton pun, audien sudah bisa memperkirakan alurnya dari
konfrontasi hingga resolusi. Tapi dengan pengembangan yang sulit untuk
dilakukan, Sean Byrne ternyata masih memperhatikan soal karakterisasi. Ia tidak
ingin karakter di sini hanya sekedar pengisi alur cerita yang tidak berotak.
Saya ambil contoh karakter Lola, yang
mana paling menarik dari lainnya. Ia bukan sekedar psikopat berkedok gadis lugu
semata. Karakter ini adalah manifestasi dari electra complex—lawan dari oedipus
complex, yaitu wanita yang menyukai sosok ayahnya dan merasa berkompetisi
dengan si ibu. Sean Byrne tidak asal menciptakan karakter ini. Ia membuatnya
berbobot; menakutkan tapi juga mengenang. Lewat film ini, pesan saya hanya
satu: “Jangan pernah menolak ajakan dansa seorang gadis!”
Dalam Website Poker Vita menyediakan games seperti Texas Poker, Capsa Susun, Bandar Poker, Domino QQ, Adu Q, dan Bandar Q.
BalasHapusBanyak masyarakat Indonesia telah mengenal permainan judi online dari berbagai server perjudian online
Informasi Lebih Lanjut:
Bbm : D88B0154
Whatsapp : +62 812-222-2996
|lINK KAMI di : POKERVITA.LIVE
bro. cowo yg diikat itu disuruh kencing bukan masturbasi .
BalasHapusbtw, sy ga ngerti jg apa sih yg mmebuat pacar nya mengetahui polisi itu harus kerumah lola??