Jumat, 22 Juli 2016

ONLY YESTERDAY [1991]

Pernahkah Anda merasakan kehidupan masa kanak-kanak beserta segala pernak-perniknya, baru saja terlintas hari kemarin? Saya yakin pernah. Kenangan yang indah—tidak jarang buruk juga, akan selalu terekam kuat dalam pikiran. Bahkan hingga kenangan tersebut tidak ingin terlepas dari kehidupan yang sekarang. Bayang-bayang masa lalu menghinggapi. Menciptakan gambaran siapakah diri kita sesungguhnya.

“Only Yesterday” karya Isao Takahata, seolah menjadi karya Studio Ghibli yang terlupakan. Terhitung sejak dirilis pada tahun 1991, “Only Yesterday” seakan tidak terdengar akan gaungnya. Tentu ini akan sulit bersanding dengan karya-karya fenomenal Studio Ghibli lainnya. 

“Only Yesterday” diadaptasi dari manga berjudul “Omoide Poro Poro” karya Hotaru Okamoto dan Yuko Tone. Film ini berfokus pada kehidupan seorang gadis bernama Taeko Okajima (Miki Imai) dengan dua latar waktu (usia 10 pada tahun 1966 dan usia 27 pada 1982). Isao Takahata menuturkannya dengan alur flashback. Keunikan penceritaannya juga terdapat pada penyatuan dua adegan dalam latar berbeda, menjadikannya sinkronisasi yang indah.

Di usia 10, Taeko masih duduk di bangku kelas lima SD. Seperti anak pada umumnya, Taeko melewati masa tersebut dengan teman-teman seumurannya. Sebagai anak perempuan, Taeko juga kerap diusili dengan dijodohkan bersama anak laki-laki. Seperti inilah gambaran anak SD yang kerap kita kenal.

Dari penggambaran karakter, Taeko bukanlah sosok yang menonjol di sekolahnya. Ia tidak pandai dalam Matematika. Ia juga tidak antusias pada olahraga. Dengan kata lain, karakter Taeko ini dibuat dengan pola paling standard seorang anak dalam anime

Di usia 27, Taeko telah bekerja di sebuah perusahaan swasta. Untuk usia tersebut, Taeko sudah dianggap terlalu tua dengan menunda menikah. Tiada pemikiran untuk menikah bagi Taeko. Ia kerap menggunakan gambaran wanita karir yang belum menikah sebagai benteng atas permintaan menikah dari orang-orang sekitarnya. 

Suatu ketika, Taeko mengambil cuti sepuluh hari untuk berkunjung ke sebuah desa. Ini bukan kampung halamannya. Sebagai gadis yang besar dan tinggal di kota metropolitan Tokyo, singgah ke pedesaan adalah liburan terbaik. Selama di desa itu, ia akrab dengan seorang pemuda bernama Toshio (Toshirō Yanagiba). Keduanya kerap menghabiskan waktu bersama. Salah satunya memetik bunga safflower

Sebagai karakter utama, film ini pastinya banyak mengeksplorasi karakter Taeko. Tahapan pertumbuhan hingga perkembangan masa depan seorang individu, dicerminkan pada sosok ini. Dari karakter inilah, kita bisa mengikuti bagaimana tumbuh kembang kita sebagai manusia. Dan juga peranan akan masa lalu yang berpengaruh di masa depan. 

Ini juga tentang kehidupan yang mengalir begitu saja, meski terkadang tidak berjalan sesuai harapan. Isao Takahata menceritakannya dengan cukup subtle. Mungkin kita melihat Taeko sebagai anak yang kurang beruntung. Ia pernah menjadi harapan dalam berakting sewaktu SD. Sayangnya, sang ayah kurang setuju. Kecewa, sudah pasti. Karena kehidupan terus berlanjut, waktu berhasil menghapuskan kekecewaan itu.

Saya pernah mengalami masa seperti halnya Taeko. Sewaktu SD, sangat menonjol dalam hal menggambar. Ketika itu saya merasa bahwa menggambar adalah dunia saya. Secara tersirat, ayah saya melarang hobi tersebut. Beliau tidak mengatakannya secara langsung. Namun saya berasumsi bahwa ayah melihat bahwa tidak ada masa depan dalam menggambar.

Hobi tersebut macet di masa SD. Maka bakat saya telah terkubur lama. Dewasa ini, saya sering melihat teman sebaya yang jago menggambar. Tidak tanggung-tanggung, mereka mengomersilkannya. Saya berandai, jika bakat ini terbina dan terdukung, mungkin bisa seperti mereka. Apakah kini saya menyesal? Tidak. Apakah saya menyalahkan ayah? Tidak juga. 

Dunia masih terus berputar. Selama masih bernafas, saya percaya masih banyak hal yang perlu dipelajari. Seperti inilah hidup, terkadang tidak seperti yang diharapkan. Tidak ada pula penyesalan. Apa yang terbaik adalah apa yang kini kita jalani. Biarkanlah yang berlalu tertinggal di hari kemarin.  

4 komentar:

  1. Reviewnya bagus dan dalam banget. Tiga paragraf terakhir saya bener-bener suka bacanya. Dan dua kalimat terakhir itu luar biasa. Excellent review, sist!

    BalasHapus
  2. 😭😭😭😭 nice review

    BalasHapus
  3. Tengs buat reviewnya. Pas dgn feel yg didapet dari filmnya

    BalasHapus

AYO KITA DISKUSIKAN !