Dreamworks
rupanya kembali lagi mengalami penurunan kualitas film. Seperti seorang anak
yang masih labil, kadang filmnya bagus, kadang pas-pasan, dan kadang juga
sangat membosankan untuk ditonton. Meski tagline-nya
yang bertuliskan Worlds Collide terlihat
memberikan kesan yang begitu ‘gila-gilaan’, nyatanya Home tidak cukup
memberikan efek yang begitu massive
sesuai dengan tagline-nya itu. Klise di beberapa bagian ceritanya,
dan ‘garing’ di semua lelucon yang dihadirkannya.
Tersebutlah
ras alien bernama Boov nun jauh di angkasa. Mereka selalu menginvasi planet
baru untuk menjadi tempat tinggalnya. Sudah bisa dipastikan, bumi merupakan
target berikutnya. Bumi pun akhirnya berhasil diambil alih. Di antara kawanan
Boov tersebut, ada salah satu karakter yang begitu bersemangat, ceria, dan friendly, tapi sayangnya keberadaannya
tidak diakui oleh Boov lainnya. Dia bernama Oh (Jim Parsons), dan dia sangat mengagumi
sosok Captain Smek (Steve Martin) yang menjadi pemimpin para Boov.
Suatu
ketika, Oh melakukan sebuah kesalahan fatal yang dapat memancing Gorg menemukan
lokasi persembunyian para Boov di bumi. Gorg sendiri merupakan musuh bebuyutan
Boov. Oh kemudian menjadi buronan para Boov lainnya akibat kesalahannya
tersebut dan harus menerima hukuman. Dalam pelariannya, ia berteman dengan
seorang gadis bernama Tip (Rihanna) beserta kucingnya yang bernama Pig. Petualangan
mereka bertiga pun dimulai untuk mencari cara agar Gorg tidak menyerang bumi.
Sejak
menit-menit pertama, Home begitu mudah ditebak akan kemana bermuara ceritanya. Cerita
utamanya tidaklah jauh-jauh dari From
Zero to Hero, sosok Oh yang tidak memiliki teman dan tidak diakui
keberadaannya, suatu saat akan memberikan pengaruh besar pada Boov. Sangat
klise. Mungkin saja tim kreatif dari Dreamworks begitu kehabisannya cerita,
sehingga tema yang sudah jamak seperti ini kembali lagi diulang. Lantas, apa
yang membedakan From Zero to Hero-nya
The Lego Movie (2014) dengan Home ini ?. Bagi saya pribadi, perbedaannya
terletak pada pengemasannya, The Lego Movie begitu fresh dengan dibalut komedi lucu dan tema yang diangkat pun sungguh
brilliant. Sedangkan Home, saya hanya
tertawa sekali saja sepanjang film berlangsung. Dan itupun hanya sekilas saja.
Karakter
Boov sendiri digambarkan dapat berubah-ubah warna sesuai dengan suasana
hatinya. Hidup bergerombol dalam jumlah yang besar. Teringat dengan Minions ?, bisa
jadi. Tapi yang perlu diingat, Boov bisa berbahasa Inggris. Jenius kah, absurd kah ?. Karakter Boov yang
didesain oleh Takao Noguchi ini bisa dibilang jauh dari kesan lucu atau menggemaskan.
Paling tidak seharusnya bisa se-memorable
Minions, Wall-E, Rango, atau beberapa karakter unik di film animasi lainnya.
Boov tidak akan lama tinggal di benak para penontonnya. Bentuknya yang terkesan
lembek seperti jeli dan mulut serta gigi besarnya, malah mengingatkan saya pada
Stitch. Captain Smek, karakter paling menyebalkan di sini adalah yang memiliki bentuk
paling ‘aneh’ dari para Boov lainnya. Karakter menyebalkan dan sok tahu tapi
banyak dipuja seperti ini, sudah menjadi kewajiban untuk muncul. Karena tentu
saja, peran New Hero-lah yang kelak
akan menggantikannya.
Cerita
yang dihadirkan kelewat sederhana atau mungkin bisa disebut standard. Komedi slaptick yang muncul begitu super garing dan terdengar ‘kriuk kriuk’
akan kerenyahannya. Bukannya tertawa, justru saya begitu merasa terganggu
dengan ulah Oh yang tiba-tiba guling-guling di tanah, contohnya. Dan saya
berfikir bahwa selera humor saya masih normal, meski saya sama sekali tidak
tertawa saat momen-momen yang mengharuskan penontonnya tertawa. Menyebalkan,
itulah kata yang pantas disematkan pada Oh ini.
Melelahkan,
itulah kesan saya pada Home. Oh dan Tip bagaikan Sam Witwicki di Transformers
yang hanya bisa berlari, lari, dan lari. Lari dari kejaran para Boov, dan lari
dari Gorg. Saking lelahnya, saya bertanya-tanya dalam diri, kapan film ini akan
selesai ?. Meski durasinya standard
film-film animasi pada umumnya (1 jam setengah), Home terasa begitu sangat lama
sekali. Alasannya singkat, karena saya bosan, itu saja. Alurnya juga bertele-tele,
sehingga tidak langsung to the point
pada tujuan utamanya. Dari semua kekurangan Home yang (begitu) banyak, saya
cukup (ya, cukup) mengapresiasi Tim Johnson selaku sutradara, yang
mengeksekusinya dengan lumayan (hanya lumayan). Semua fakta-fakta tersembunyi
terkait para Boov dan Gorg dijabarkan pada akhir, semacam twist tapi tentu saja tidak sampai tingkat breathtaking. Done!
ATAU
5 / 10
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
AYO KITA DISKUSIKAN !