Premis yang ditawarkan oleh film yang
diadaptasi dari novel karya Kazuo Ishiguro ini sangat menarik sekali, kehidupan
mengenai anak-anak manusia yang dibesarkan hingga usia dewasa sampai mereka
sudah merasa cukup untuk mendonorkan anggota tubuh mereka melalui beberapa
tahapan. Never Let Me Go adalah drama
sci-fi yang mengedepankan kekuatan karakterisasi dan kedalaman cerita,
terutama aspek humanisme-nya yang sangat kental.
Secara keseluruhan, Never Let Me Go
terbagi menjadi 3 babak, yang pertama adalah persahabatan trio kecil Tommy,
Kathy, dan Ruth di sekolah bernama Hailsham. Hailsham sendiri merupakan sekolah
untuk mendidik anak-anak hasil kloning yang kelak dewasa mereka akan mendapat
panggilan untuk mendonorkan anggota tubuhnya. Semua siswa-siswi dalam sekolah
tersebut mendapat pendidikan yang tinggi dan sangat tertutup dengan dunia luar.
Bahkan setiap waktunya, mereka harus menunjukkan tanda pengenal (ID) berupa
gelang metal pada sebuah mesin pembaca yang terpasang di dinding.
Begitu remaja, trio Tommy (Andrew
Garfield), Kathy (Carey Mullligan), dan Ruth (Keira Knightley) dipindah ke
sebuah perkebunan bernama The Cottages. Di sanalah, mereka bertiga berkenalan
juga dengan alumni dari Hailsham dan mengenal dunia luar yang lebih luas. Dari
salah satu alumni, mereka mendapat rumor bahwa ada penangguhan bagi pendonor
jika mereka adalah pasangan yang saling menyayangi dan mencintai. Hubungan
Tommy dengan Ruth semakin dekat dan mereka tampak saling mencintai satu sama
lain. Melihat hal tersebut, Kathy seolah merasa kesepian. Ia pun memilih pergi
meninggalkan The Cottages dan melanjutkan keinginannya untuk menjadi seorang
perawat hingga tiba waktu baginya untuk mendonorkan tubuhnya.
Apa yang menjadi konflik utama dari
para karakter di sini adalah pencarian mereka sendiri pada tujuan hidup mereka,
bahwa mereka juga ingin menjadi seperti manusia umumnya, memiliki cinta dan
impian, tidak hanya sekedar menjadi bahan donor saja. Mereka yang besar di
Hailsham, adalah orang-orang yang tidak bisa lepas dari takdir bahwa suatu saat
akan tiba saat untuk mendonorkan diri. Mereka tidak bisa membatalkan atau
menunda, jika tiba saatnya maka merekapun harus. Di sini terjadi 2 hal yang
menjadi kontradiksi, yang mana donor adalah sebuah kegiatan amal, tapi di satu
sisi, hal tersebut juga dapat menghentikan impian besar anak-anak muda tersebut
untuk mencari jalan hidupnya. Tapi mereka harus ketika mereka terpanggil dan menjadi
yang terpilih.
Tommy menyukai gambar. Kathy bermimpi
menjadi seorang perawat. Mereka memiliki impian masing-masing yang sangat
besar. Kathy sangat dekat dengan Tommy, tapi begitu Ruth datang, ia mengambil
alih peran Kathy. Dalam hati kecil, Tommy masih menyukai Kathy, tapi ia tidak
berani mengungkapkan isi hatinya yang sesungguhnya, begitu juga dengan Kathy.
Never Let Me Go memang lengkap dalam mengangkat konflik dari para karakternya
yang berfokus pada trio ini, termasuk cinta segitiga dan pencarian cinta sejati
oleh Tommy. Selain itu, Never Let Me Go yang didukung kuat dari naskah yang
ditulis Alex Garland (sutradara Ex Machina), berhasil membawa nuansa yang cukup
gelap dan mengaduk-aduk emosi bagi saya membayangkan nasib trio ini yang tidak
bisa lepas dari takdirnya.
Pada akhirnya saya benar-benar melt dengan apa yang dirasakan oleh para
karakternya. Saya menyatu menjadi bagian
dari para alumni Hailsham dan menunggu panggilan pendonoran, di kala saya
sendiri tengah memikirkan impian yang mulai saya bangun dan itu bisa saja
berhenti di tengah jalan. Saya sendiri ikut mempertanyakan untuk apa semua ini
jika mereka tidak bisa merasakan kehidupan dan mendapatkan apa yang benar-benar
diinginkan. Tapi mereka juga tidak bisa serta merta menyalahkan para pimpinan
Hailsham, bahwa tujuan dari semua ini pada akhirnya juga untuk kegiatan amal
dan menolong sesama yang membutuhkan. Itu tidak lain juga merupakan bukti yang
menguatkan bahwa mereka adalah manusia, bukan sebagai alat/bahan untuk
mendonorkan.
Beberapa misteri sempat membuat saya
terganjal ketika semua itu tidak terpecahkan hingga akhir. Mengenai bagaimana
Hailsham bisa ditutup, memang dapat memberikan banyak spekulasi. Bisa saja
praktik pendonoran terhadap anak-anak yang sudah ditentukan sejak kecil
tersebut sudah dihentikan oleh beberapa pihak yang melihatnya justru sebagai ‘perampokan’
kehidupan, siapa tahu. Dan lagi, timbul pertanyaan mengapa para alumni Hailsham,
tidak mencoba melarikan diri melawan apa yang sudah diputuskan bagi mereka,
kecuali mereka sendiri telah terdoktrin sejak kecil, bisa saja. Di luar itu
semua, Never Let Me Go sudah cukup memberikan saya perasaan mendalam berupa
empati terhadap kehidupan pada karakternya. Selain itu, masih lagi banyak
misteri yang hanya dikisahkan secara sepotong-sepotong di sini.
Never Let Me Go bercerita tentang
takdir, cinta, dan mimpi. Semua dikemas rapi dan bagus dengan balutan
sinematografi indah dari Adam Kimmel dan musik dari Rachel Portman yang begitu
membuat heartbreaking. Apa yang saya
tangkap dari film ini adalah mengenai siapa diri kita sesungguhnya dan apakah
kita bisa berbagi dengan segala yang kita miliki sehingga hal tersebut
menjadikan kita sebagai manusia. Saya suka ceritanya yang dalam, saya suka
eksekusinya, dan film ini akan menjadi salah satu film drama yang akan memorable bagi saya dan berhasil
memancing empati saya pada setiap karakternya, terutama Kathy yang paling tough dari lainnya.
ATAU
8,5 / 10
nice
BalasHapus