“Wallace
& Gromit” diproduksi oleh Aardman Animations dari Inggris. Studio yang sama
dengan yang memperkenalkan kepada Anda serial “Shaun The Sheep,”“The Pirates!
Band of Misfits” (2012), dan “Chicken Run” (2000). Aardman Animations memang
dikenal menghasilkan animasi dengan cara tradisional stop motion. Di samping itu adapula yang menggunakan CGI seperti
“Flushed Away” (2006) dan “Arthur Christmas” (2012).
Karakter
Wallace digambarkan sebagai pria paruh baya botak yang memiliki 1001 akal namun
kebanyakan berakhir dengan kekacauan. Sedangkan Gromit adalah anjing putih nan
jenius yang tidak bersuara. Ia lebih banyak menggunakan bahasa tubuh untuk
berkomunikasi dengan Wallace mau pun orang lain di sekitarnya. Karakter Bitzer
dari “Shaun The Sheep” saja masih bisa bersuara walau sekedar menggeram.
Perkenalan
pertama kali saya pada Wallace dan Gromit ada pada versi film pendeknya yang
berjudul “A Grand Day Out” yang rilis pada tahun 1989. Sayangnya, saya merespon
kurang bagus untuk film pendek itu. Tapi kekecewaan saya sudah terbayarkan
untuk “The Curse of the Were-Rabbit” yang telah memenangi Oscar sebagai Film
Animasi Terbaik tahun 2006 ini.
Di
film ini Wallace (Peter Sallis) dan Gromit bekerja bersama-sama sebagai
pemusnah hama dengan nama perusahaan “Anti-Pesto.” Mereka berdua tinggal di
sebuah rumah sederhana namun di dalamnya penuh dengan perkakas robotik yang
memudahkan kinerja sehari-hari. Suatu hari, Wallace yang sangat menggemari keju
ini sedang mempersiapkan melon raksasanya untuk kompetisi sayuran raksasa tahunan.
Lady
Campanula Tottington (Helena Bonham Carter) adalah wanita dari keluarga ningrat
yang akan menyelenggarakan kompetisi sayuran raksasa yang ke 517 itu. Para petani
berlomba-lomba untuk mempersiapkan sayuran dan buah-buahan andalan untuk diikut
sertakan. Sayuran/buah-buahan siapa yang paling besar, dia yang akan keluar
sebagai pemenang.
Kegelisahan
para petani datang saat para kelinci menghabiskan sayuran dan buah-buahan di
ladang. Di saat itulah, Wallace dan Gromit beraksi dengan menangkap para kelinci
tanpa perlu menyakitinya. Di lain pihak ada Lord Victor Quartermine (Ralph
Fiennes), seorang pemburu haus darah yang ingin menangkap seluruh kelinci.
Baik
Walace dan Victor terjebak dalam persaingan dalam memperebutkan hati Lady
Tottington. Tapi, Lady Tottington yang berhati lembut lebih menyukai cara
Wallace yang menangkap para kelinci dengan aman. Jika Victor menggunakan
senapan, maka Wallace dan Gromit menggunakan mesin penyedot yang disebut dengan
BV6000.
Kendala
tengah dihadapi oleh Wallace dan Gromit. Jumlah kelinci yang ditangkap semakin
banyak dan membutuhkan kandang yang lebih luas dan biaya untuk memberikan
makan. Ide jenius Wallace pun muncul keluar. Ia beranggapan apa yang terjadi
jika para kelinci dihipno-terapi untuk dihilangkan ketertarikannya akan
sayuran.
Mesin
bernama “Mind Manipulation-O-Matic” berhasil digunakan. Salah seekor kelinci
hasil percobaan telah kehilangan nafsu makannya akan sayuran. Sudahkah sampai
di sini saja petualangan Wallace dan Gromit? Belum. Bencana yang lebih besar
dan teror bagi petani sayuran telah menunggu. Monster kelinci yang disebut
sebagai Were-Rabbit (plesetan dari Were-Wolf) menghantui warga.
“The
Curse of the Were-Rabbit” disutradarai oleh Nick Park—sebelumnya ia juga
membidani versi film pendek “A Grand Day Out.” Kali ini ia dibantu oleh Steve
Box berikut penulisan naskahnya. Yang membuat petualangan Wallace dan Gromit
menjadi menyegarkan adalah pada perpaduan komedi dan horornya yang seimbang.
Beberapa momennya saya rasakan cukup menegangkan tapi juga membangkitkan tawa
renyah.
Ide
menampilkan pencucian pikiran agar kumpulan kelinci tidak lagi menyukai sayuran
juga saya lihat begitu cerdas. Jumlah karakter yang dihadirkan cukup banyak,
tapi tidak ada satu pun yang disia-siakan oleh Nick Park dan Steve Box.
Kesemuanya hadir memberikan enerji yang terpacu dengan penuh semangat sehingga
tidak meninggalkan satu adegan pun yang membosankan. “The Curse of the
Were-Rabbit” sukses besar memberikan hiburan yang sangat sangat sangat
menyenangkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
AYO KITA DISKUSIKAN !