Kelemahan
dalam setiap film antologi yang saya rasakan adalah tingkatan berbeda antara
satu cerita dengan cerita yang lain. Dengan kata lain, jarang sekali film
antologi yang kesemua ceritanya begitu menarik perhatian bagi penonton. Saya
memaklumi hal ini. Bilamana dalam setiap segmen ditulis oleh orang yang
berbeda-beda pula, menajadi alasan paling lumrah.
Di
sini ada film horor indie dengan lima
segmen; masing-masing disutradarai dan ditulis naskahnya oleh orang yang
berbeda. Sebagian alurnya mengasyikkan untuk diikuti. Sebagian lagi kualitasnya
tidak mampu seimbang dengan cerita lainnya.
THE
WAY OUT: segmen pertama ini disutradarai oleh Radio Silence dan naskah oleh
Matt Bettinelli-Olpin. Bercerita tentang dua orang pria berkendara truk ke
sebuah daerah gersang khas Amerika. Mereka adalah Mitch (Chad Villela) dan Jack
(Matt Bettinelli-Olpin sendiri). Wajah mereka tampak ketakutan. Tubuh Jack juga
berlumuran darah. Mungkinkah mereka baru saja membunuh seseorang?
Berhentilah
mereka di sebuah SPBU. Beberapa film horor memang dimulai dari “Wrong Gas
Station.” Keduanya merasakan hawa yang tidak menyenangkan selama di tempat
tersebut. Begitu mencoba keluar dari SPBU, keduanya tidak bisa pergi jauh.
Seberapa sering mereka mencoba pergi, ujung-ujungnya kembali di tempat semula.
Saat
truk yang dikendarainya berputar-putar di tempat yang sama, mereka seolah-olah
diintai oleh makhluk misterius. Benar saja, makhluk mengerikan itu pun dengan
nyata mendekati mereka dalam wujud yang amat menyeramkan—tengkorak kumal dengan
senjata sabit di tangan dan terbang melayang. Dosa apa sehingga mereka
dikejar-kejar dengan penuh ketakutan?
SIREN
: segmen berikutnya disutradarai oleh Roxanne Benjamin dengan naskah yang
ditulisnya sendiri bersama Susan Burke. Bercerita tentang tiga gadis hippie; Sadie (Fabianne Theresse), Ava
(Hannah Marks), dan Kim (Nathalie Love). Suatu ketika dalam perjalanan menuju
acara manggung (mereka bertiga anak band), ban mobil mereka bocor di tengah
gurun gersang.
Tidak
ada tanda-tanda kehidupan di sekitar tempat tersebut. Perdebatan kecil sempat
terjadi di antara mereka. Tidak lama, datanglah pasutri yang menawarkan
tumpangan kepada mereka. Jika dalam film bercerita tentang tersesat di tempat
antah berantah, patut diwaspadai siapa orang yang menawarkan bantuan kepada
mereka. Yah benar saja, kesialan menimpa mereka. Pasutri tersebut penganut
kultus pemuja setan.
THE
ACCIDENT : Disutradarai dan ditulis oleh David Bruckner, inilah segmen terbaik
di film ini. Melanjutkan segmen sebelumnya, Sadie telah berhasil menyelamatkan
diri dari rumah pasutri tersebut. Apes, Sadie ditabrak seorang pria yang
berkendara sambil menelepon. Lucas (Mather Zickel)—pria tersebut, tidak tahu
harus berbuat apa setelah menabrak Sadie hingga sekarat.
911
dipanggil. Operator wanita mengarahkannya segera menyelamatkannya ke kota
terdekat. Sampai di kota tersebut, tidak terlihat seorang manusia pun yang
lewat. Tidak ingin menghiraukan, pergilah Lucas ke rumah sakit di sana demi
menyelamatkan Sadie. Aneh, di rumah sakit juga tidak nampak seorang pun. Lewat
penelepon misterius, Lucas mengoperasi sendiri Sadie yang tengah sekarat.
JAILBREAK
: disutradarai oleh Patrick Horvath dengan naskah yang ditulisnya bersama
Dallas Hallam, inilah segmen paling buruk. Diawali dengan wanita yang menelepon
Lucas di segmen sebelumnya (Maria Olsen), ia beranjak menuju sebuah bar.
Keributan terjadi ketika seorang pria, Danny (David Yow) ingin mencari adiknya
yang lama hilang. Kemudian ia memaksa sang bartender (Matt Petters) untuk
menunjukkan adiknya. Sang bartender lalu mengajaknya ke ruangan dimensi lain. Apppaaaa...?
TEH
WAY IN : disutradarai dan ditulis oleh orang yang sama dalam segmen pertama,
menceritakan tiga pria bertopeng yang meneror sebuah keluarga. Mereka bertiga
berhasil membunuh seluruh anggota keluarga tersebut tanpa ada alasan yang
jelas. Salah satu dari perampok tersebut tewas dibunuh oleh monster tengkorak
aneh yang menemui Mitch dan Jack di segmen pertama.
Seperti
yang telah saya katakan, ada segmen yang menarik tapi ada pula yang tidak. Perbedaan
pengarahan dan visi dari penulis naskahnya berpengaruh besar dalam susunan
kontennya. Kesamaan semua segmen adalah berseting di gurun tandus Amerika; yang
mana kerap menjadi urban legend
setempat. “Southbound” mungkin terasa berlebihan dan kurang mencengkam bagi
pecinta horror. Tapi dalam upaya menghidupkan kultur horor Amerika, film ini
meraih atensi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
AYO KITA DISKUSIKAN !