Seringnya
menampilkan jump scare dalam film horror era sekarang boleh dibilang sudah
kebablasan. Alih-alih menciptakan suasana mencekam, yang ada justru kekesalan
dirasakan oleh penonton. Mungkin bisa ditolerir jika kemunculannya sekitar
sepuluh tahun lalu. Tapi untuk sekarang, ‘mainan’ usang itu belum diperlukan
lagi.
Horror yang bagus itu tidak perlu
repot-repot menakut-nakuti penonton dengan gelaran mumbo jumbo-nya. Cukup tempatkan kejutan-kejutan kecil nan
sederhana—asal nyeleneh, aura mencekam bisa diciptakan.
Di sini
ada horror klasik Inggris yang perlu
Anda tonton—jika mengaku pecinta genre
ini. “Repulsion” adalah bagian pertama dari “Apartment Trilogy,” yang kemudian
disusul dengan “Rosemary’s Baby” (1968)—Anda bisa baca ulasannya di blog ini. Seperti
dengan penerusnya, film ini lebih banyak memakai latar di dalam apartemen. Tapi
jangan dulu berspekulasi kalau apartemennya berhantu. Tidak. Anda tidak akan
menemukannya di sini.
Disutradarai
dan ditulis oleh Roman Polanski (“Chinatown” 1974) bersama Gérard Brach, ini
adalah debutnya dalam Bahasa Inggris. Polanski menampilkan banyak hal luar
biasa dalam film psychological – horror-nya
ini. Beberapa teknik pengambilan gambar hingga penggunaan properti yang unik
menjadi sajian groundbreaking kala
itu.
“Repulsion”
berfokus pada keseharian dari Carol Ledoux (Catherine Deneuve). Ia seorang
gadis yang amat pendiam, canggung, dan sering melamun. Ia juga mengidap
insomnia akut. Tatapan matanya juga sering kosong saat diajak berbicara. Seolah
menyiratkan ada sesuatu yang sedang ia sembunyikan di baliknya.
Carol
tinggal berdua bersama kakaknya, Helen (Yvonne Furneaux) di apartemen—tentu. Ia
bekerja di sebuah salon kecantikan. Suatu ketika, Helen memutuskan untuk pergi
berlibur bersama kekasih gelapnya, Michael (Ian Hendry). Tiap kali Helen keluar
rumah, ada perasaan was-was selalu menggelayut di hati Carol. Seakan-akan ia
tidak ingin ditinggal sendiri di dalam apartemen.
Beberapa
kejadian aneh kerap dialami Carol saat ditinggal sendiri. Bayangan pria
misterius tiba-tiba muncul di cermin hingga suara-suara aneh sering terdengar.
Tiap malam Carol tak kuasa memejamkan mata. Kegelisahan Carol dalam apartemen
menimbulkan rasa klaustropobik; sesak, mencekam, dan tidak nyaman.
Kandungan
dalam pengisahan lewat karakter utama di sini adalah pengalaman traumatis
seseorang di masa lalu. Jika kita perhatikan lebih dalam, sosok Carol ini
begitu antipati dengan berbagai hal yang menjurus pada ‘seksualitas.’ Kita
dapat melihatnya dari penolakan Carol kepada Colin (John Fraser) yang
menyukainya, atau ketika ia menjadi saksi atas ‘hubungan intim’ Helen dengan
Michael.
Untuk
ukuran tahun tersebut, “Repulsion” adalah satu dari sekian film horror yang menakjubkan. Dengan banyak
bermain dalam tempo lambat, filmnya berhasil menciptakan ketegangan ekstra di
kala menontonnya. Salah satu kesuksesan Polanski dalam film ini ada pada gaya
penuturannya. Kamera close-up,
bunyi-bunyian creepy yang terlantun intens,
serta sekuen bisu dalam momen dramatis.
Cara
Polanski dalam menakut-nakuti penonton pun bisa dibilang tidak biasa. Cukup
dengan menunjukkan hal sederhana saja. Contohnya dinding kamar yang tiba-tiba
retak, mampu membuat perasaan yang sangat tidak menyenangkan. Bahkan hanya
dengan daging kelinci yang tergeletak di piring saja sudah mengesankan sesuatu
yang ganjil.
Polanski
dan Brach memang sangat jenius dalam mempermainkan ketakutan penonton. Tidak
perlu usaha terlalu keras berujung berlebihan, objek sederhana saja mampu
tampil menjadi teror. Di situlah sisi menariknya, bagaimana rasa takut
terkadang muncul dari hal kecil yang sering dianggap remeh.
Seperti
dalam “Rosemary’s Baby,” Polanski juga menampilan dream sequence ‘aneh’ di menjelang akhir film. Sepertinya ini memang
sudah menjadi ciri khasnya. Polanski menerapkan sesuatu yang baru dan berbeda
dalam sekuen tersebut. Yang mana saya yakin, menjadi sekuen yang menginspirasi
film-film yang keluar sesudahnya.
Cukup
melihat dari segi teknikalnya saja, “Repulsion” adalah film horror yang berbeda dibanding dengan
film-film serupa di masanya. Film ini sudah cukup menjadi bukti kepiawaian
Polanski dalam mengolah gambar, menghasilkan salah satu film horror terbaik. Tidak. Ini malahan salah
satu film terbaik yang pernah dibuat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
AYO KITA DISKUSIKAN !