Selesai menonton “Drishyam”, tiada hentinya saya mengagumi thriller dengan tingkatan ekstra ini
disertai sedikit rasa penyesalan. Penyesalan apakah itu ?. Yaitu penyesalan
mengapa saya tidak beruntung menonton versi orijinalnya. Perlu Anda ketahui
sebelumnya bahwa “Drishyam” yang rilis bulan Juli di tahun ini adalah versi remake dari film berjudul sama tahun
2013. Remake ini disutradarai oleh
Nishikant Ramat, sedangkan Jeethu Joseph pada film orijinalnya sekaligus
penulis naskahnya. Tidak tanggung-tanggung pula, “Drishyam” sendiri sudah
pernah di-remake hingga tiga kali dan
menggunakan bahasa yang berbeda. Malayalam di film orijinalnya; Kannada,
Telugu, dan Hindi di bagian remake. Ini
semua tidak lepas dari kebiasaan lama saya yang selalu memilih versi orijinal
dalam sebuah film ketimbang menonton versi buatan ulang. Itulah alasannya.
Hero
di film ini adalah Vijay Salgaonkar (Ajay Devgn), seorang pria kelas menengah
yang bahkan tidak lulus sekolah dasar. Walau begitu, Vijay sukses menjalankan
usaha servis TV kabel di Goa. “Mirage Cable” namanya. Ia tinggal dengan damai
bersama istrinya, Nandini (Shriya Saran) serta kedua putrinya. Selain Vijay
suka menonton film dan mengambil pelajaran penting dari dalamnya, ia juga
terkenal sebagai pria santun dan taat hukum. Ia disukai banyak orang, kecuali
sub-inspektur Gaitonde (Kamlesh Sawant) yang selalu membuat masalah dengannya.
Entah mimpi apa malam harinya, Vijay sekeluarga tertimpa masalah besar dan
sanggup menyeret mereka ke dalam penjara. Putri tertuanya secara tidak sengaja
membunuh seorang pemuda yang tidak lain merupakan putra Inspektur Jendral Meera
Deshmukh (Tabu). Apa yang terjadi selanjutnya ?.
“Drishyam” memiliki beberapa hal pokok yang mengasyikkan untuk
dibicarakan. Semua itu meliputi karakter, konflik, dan sedikit pesan yang
disampaikan di bagian awal-awal. Tentunya saya tidak berusaha untuk
membandingkannya dengan versi asli, karena belum menontonnya. Bisa saja tidak. Baik,
kembali pada karakter utama di film ini, Vijay Salgaonkar. Ia bisa dikatakan
seorang movie addict; hampir semua
film ia tonton. Tapi yang sering saya lihat ia cukup sering menonton film-film action. Ia serap banyak pengetahuan
lewat film-film tersebut, termasuk yang berhubungan dengan sisi teknikalnya. Ada
sebuah sekuen dimana Vijay menolong pasangan lansia yang dijebak oleh oknum
polisi korup, Gaitonde. Pasangan lansia tersebut sama sekali tidak mengerti
hukum. Karena Vijay gemar menonton film, ia beberkan sedikit trik untuk
membalas oknum polisi yang keji itu.
Bicara soal karakter oknum polisi yang merupakan lawan tanding Vijay di
sini, hal itu tidak lepas dari kritikan satir yang dilontarkan. Anda akan
menemuinya di sepanjang film ini. “Drishyam” mencoba mengkritisi terkait
tingkah oknum-oknum polisi yang tidak bertanggungjawab dengan memanfaatkan
kekuasaannya untuk menindas kaum yang lemah. Bahkan demi mengeruk kebenaran,
mereka kerap menggunakan cara yang tidak berkeprimanusiaan. Pada bagian awal,
“Drishyam” memang seolah menyuarakan bentuk protesnya tersebut. Tapi itu
bukanlah secara keseluruhan apa yang coba Jeethu Joseph (penulis cerita
aslinya) sampaikan dalam film “Drishyam” (berlaku untuk semua versi).
Vijay adalah sosok yang mudah bergaul, temannya banyak, cerdas, dan
humoris. Ia sangat dekat dengan keluarganya meskipun jarang pulang dan memilih
menonton film di kantornya, “Mirage Cable”. Singkatnya, Vijay adalah sosok
keluarga baik-baik yang tidak pernah membuat masalah dengan sekitar. Hingga
kemudian konflik pun memuncak, membuat keluarganya secara tidak sengaja telah
melakukan kriminal besar. Dari sinilah sang penulis naskah memberikan dilema
pada karakter utamanya. Karakternya diberikan dua opsi, antara menghadapi
dampak dari konfliknya atau memilih lari dari realita. Titik ini adalah letak
kekuatan dari “Drishyam”. Filmnya mampu mengacak-acak pikiran; bukan karena
rumitnya plot berjalan, melainkan “penghakiman” apa yang akan diterima oleh
para karakter utamanya (Vijay sekeluarga).
Mungkin saya sudah pernah menuliskan dalam ulasan bahwa saya seorang
penggemar berat film-film India. Suami aktris Kajol ini adalah salah satu dari
sekian aktor Bollywood yang cukup sering saya tonton filmnya di masa jayanya.
Ajay Devgn selalu masuk dalam daftar tonton dari film-film lawas selain Mithun
Chakraborty, Akshay Kumar, hingga Sanjay Dutt. Ada nilai plus yang saya dapatkan dari versi daur ulang ini daripada versi
aslinya. Apalagi kalau bukan soal nostalgia dengan aksi Ajay Devgn di sini
meskipun ia tidak tampil dengan karakter badass
seperti di film-film terdahulu. Tidak mengapa, kerinduan tersebut sudah
terobati yang mana mungkin tidak bisa saya dapatkan pada versi aslinya.
Masalah performa, Ajay Devgn memang kurang maksimal di film ini.
Karakter Vijay sangat menarik, tapi lemah pada bagian penggeraknya saja. Tabu
sebagai Inspektur Jendral Meera lah yang menguasai film. Ia tampil dengan
sangat baik sebagai seorang polisi wanita yang tegas; tidak jarang mengeluarkan
aura mematikan yang begitu menyengat. Tatapan matanya dan ketelitian analisisnya
sanggup membuat pelaku kriminal bertekuk lutut. Kemunculannya bisa dinilai
cukup singkat, tapi lebih dari cukup demi membangkitkan aura ketegangan.
Membicarakan soal performa dalam “Drishyam” memang sebuah keputusan
yang tepat, mengingat apa yang membedakannya dengan remake lainnya adalah di bagian itu. Namun kembali lagi saya tidak
berusaha mengkomparasikan keduanya. Dari referensi yang saya dapat, “Drishyam”
versi Nishikant Kamat ini disebut terlalu mirip versi asli tanpa ada
pengembangan sedikitpun. Maka tidak ada cara lain menilainya (bagi yang sudah
menonton keduanya), selain lewat performa, pengarahan, maupun sinematografi. Tanpa
dibayang-bayangi oleh film aslinya, “Drishyam” adalah thriller yang benar-benar thriller.
Menegangkan, breathtaking, serta
mengacaukan pemahaman kita antara siapa yang benar dan siapa yang salah. Sebab,
di akhir pun, “Drishyam” tidak mencoba mengadili para tokohnya.
Tulisan yang menunjukkan keluwesan menulis dari penulisnya. Salut!
BalasHapusbaru nonton film ini tadi malam..
BalasHapusbener-bener keren!
Film yang bikin mules, dan tangan keringat dingin keren bgt
BalasHapusFilm yg bagus,sosok ayah yg hebat yg bisa melindungi keluarga
BalasHapusKeren banget film nya.. Gak gampang ditebak.. Tegang, nangis, campur aduk nonton filmnya.. salut sama si ayah yang begitu besar cinta dengan keluarganya
BalasHapusluar biasa.... teraduk2 perasaannn nontn film ini..
BalasHapusKeren nih film.. Bagus bgt.
BalasHapusMantul
BalasHapusGue baru nemu nih film tadi pagi dan ini sudah January 2020,😱
BalasHapusDan gue baru komen 😔
Sebelum sahur nyempetin nonton ni film. Gilaaak...🤓 Gue Ama suami Ampe taruhan gmn ending ceritanya.. bener2 gak ketebak..
BalasHapus