“About
Elly” ditulis dan diarahkan oleh Asghar Farhadi. Namanya mungkin tidak asing
bagi Anda. Ya, benar. Dia adalah sutradara dari “A Separation” (2011); drama
tentang perceraian yang begitu kompleks. Hingga saat ini, baru dua film Asghar
Farhadi inilah yang baru saya tonton. Alhasil, saya tidak bisa untuk melepas
akan kaitan keduanya. “About Elly” adalah drama thought-provoking, begitu juga dengan “A Separation”. Keduanya
menitikberatkan pada pertanyaan-pertanyaan penuh keambiguan antara “benar” atau
“salah” dalam sebuah problematika yang dihadapi. Pastinya tidak di antara kedua
jawaban tersebut. “About Elly” memang memiliki komposisi yang sama dengan film
berbahasa asing terbaik Oscar itu; walau faktanya telah dibuat dua tahun
sebelumnya.
Asghar
Farhadi sepertinya memang memiliki ketertarikan dalam menyoroti kehidupan warga
kelas menengah di Iran. Di sini, ia memperkenalkan pada kita keluarga
bersahabat yang menghabiskan tiga hari berlibur di Laut Kaspia. Sepideh
(Golshifteh Farahani) datang bersama suaminya, Amir (Mani Haghigi) dan seorang
putrinya. Ialah yang memiliki ide liburan ini. Peyman (Peyman Moaadi) bersama
istrinya, Shohreh (Merila Zarei) dan kedua anaknya. Kemudian ada Manouchehr
(Ahmad Mehranfar) dan istrinya, Nazzie (Rana Azadivar). Dalam acara itu,
Sepideh ingin memperkenalkan guru anaknya, Elly (Taraneh Alidoosti) kepada
temannya yang baru saja bercerai, Ahmad (Shahab Hosseini). Sepideh berharap,
keduanya bisa saling mengenal dengan baik dan berjodoh.
Sampai
di sini, kira-kira di benak Anda akan bertanya-tanya tentang apakah film ini
bercerita. Filmnya sendiri memang belum mengungkapkan jati dirinya hingga
setengah jam pertama. Saya suka bagaimana cara Asghar Farhadi membangun bagian setup dengan mengalun secara pelan namun
menyisakan misteri di balik semuanya. Misteri tersebut muncul pula pada sosok
Elly. Ia adalah seorang gadis muda nan cantik, ramah, dan ceria. Sesekali, ia
menampakkan ekspresi penuh kekosongan serta ada rahasia yang ia sembunyikan. Pandangan
matanya serta bentuk kediamannya adalah sebuah misteri. Meskipun begitu, tidak
bisa ditampik bila ia terlihat memiliki ketertarikan dengan Ahmad; begitu pun
sebaliknya.
Konflik
memuncak tatkala Elly lenyap seakan ditelan oleh bumi. Sebelumnya, putra dari
Peyman yang bernama Arash, ditemukan tenggelam di laut. Meski nyawanya sempat
terselamatkan, Elly yang bersamanya saat-saat terakhir telah menghilang. Semua
berasumsi bila Elly tewas tenggelam saat berusaha menyelamatkan Arash. Saksi
mata dari anak-anak kecil yang lain menimbulkan keraguan. Kemanakah Elly
sebenarnya berada ?. Pesan terakhirnya adalah ia ingin pulang sesegera mungkin.
Drama keluarga yang di awal penuh keceriaan pun berubah tiba-tiba menjadi
misteri.
Kepergian
Elly pada akhirnya menimbulkan berbagai macam asumsi-asumsi. Hingga kemudian,
permasalahan semakin memuncak tatkala setiap anggota keluarga mempertanyakan
identitas Elly dan kewenangan Sepideh turut serta mengajaknya.
Perdebatan-perdebatan siapa yang benar dan salah dalam masalah ini tidak bisa
dihindarkan; hal sama yang dapat kita temukan pula dalam “A Separation”. Bila
kita coba telaah dengan baik, “About Elly” jelas saja tidak berusaha untuk
mencari jawaban soal mana pihak yang benar dan salah di sini. Walau berbalutkan
misteri, “About Elly” juga tidak serta merta mencoba memfokuskan diri terkait kebenaran
akan keberadaan Elly.
Baik
itu “A Separation” maupun “About Elly”, keduanya memiliki ‘kunci’ dari konflik
yang ada. Kunci tersebut memiliki peran besar bagaimana satu masalah dapat
merembet menjadi masalah-masalah baru yang muncul kemudian. Dari yang saya
rasakan, bahwa Asghar Farhadi lewat naskah yang ditulisnya sepertinya berusaha
mengangkat besarnya ego manusia. Ketika
ego telah menguasai sepenuhnya, maka manusia
kemudian mencari pembenaran dan pembelaan akan dirinya. Kebohongan adalah
sekian dari contoh ego tersebut.
Saya
sangat mengagumi performa jajaran cast-nya
yang sangat luar biasa. Sungguh begitu natural,
seolah-olah kesemuanya tidak sedang berakting; melainkan layaknya percakapan
tanpa naskah. Kekuatan dari sisi aktingnya mampu menarik saya ke dalam
rangkaian cerita dan konflik rumitnya. Begitu saya telah masuk ke dalam,
timbullah kebimbangan kepada siapa saya harus berdiri membela. Bila saya
perhatikan dengan detil, Asghar Farhadi juga mengundang cast yang dapat pula kita jumpai dalam “A Separation”. Sejauh yang
saya ingat, di sini ada Peyman Moaadi, Shahab Hosseini, serta Merila Zarei.
Selain
cast yang kesemuanya mempersembahkan
performa dengan sangat apik, sinematografi juga patut diapresiasi pula. Sang
sinematografer, Hossein Jafarian, dengan begitu dinamis dan berenergi dalam
menangkap setiap gambar para karakternya. Detil, mengikuti setiap
gerak-geriknya. Menggabungkan antara cerita dan gaya penceritaan yang khas,
performa, serta sinematografinya, “About Elly” adalah nyata sebuah mahakarya.
Bila diminta untuk memilih, jujur saja saya lebih menyukai “About Elly” dari “A
Separation”. Namun hal tersebut bukan berarti membuat film kelima yang
disutradarai Farhadi itu bukan merupakan sebuah karya besar. Hanya saja, saya
memilih “About Elly” karena tingkat orijinalnya.
Jadi pengen rewatch film ini lagi.. Love this movie~
BalasHapusSaya awam dan baru saya menonton film ini, jengkelnya film ini tidak mampu memuaskan rasa penasaran dan menjawab pertanyaan2 dikepala, gantung. Jadi kesimpulannya.."film paan neh???"
BalasHapusSepertinya semua film Farhadi endingnya menggantung, bikin penonton mati penasaran.
BalasHapusIni endingnya gmn, ga ngerti mati, it beneran mayat elly?
BalasHapusGabrung bgtt dehh jd gmna itu elly??mati kah??trus identitas dia sbnrny bagaimana???
BalasHapusItu Mati bener Elly. Ini ttg bagaimana manusia jaga kehormatan Elly yg udah mati. Kejujuran tp selamat harga dirinya sendiri atau kebohongan tp harftp harga diri elly selamat. Quote nya
BalasHapus