Pecinta film crime-mystery-thriller dengan segala tetek bengeknya seperti : investigasi
berintelejensi tinggi sampai penemuan korban dengan menyisakan teka-teki; maka
“Memories of Murder” adalah rekomendasi yang tepat bagi mereka. Selesai
menonton “Memories of Murder”—reaksi yang hampir sama dengan “Guilty” (2015),
saya hanya bisa diam terpaku dengan cerita brilian yang ditawarkan. Mengejutkannya—seperti
halnya “Guilty”, “Memories of Murder” didasarkan pada insiden nyata yang pernah
menggemparkan Korea Selatan. Disebut dengan “The Hwaseong Serial Murders”,
pembunuhan berantai itu terjadi di Kota Hwaseong, Propinsi Gyeonggi, Korea
Selatan.
Menggemparkan, sebab pelakunya hingga saat ini belum pernah tertangkap.
Insidennya sendiri terjadi di bulan September tahun 1986 hingga 1991; tepat
seperti dalam film. Sutradara Bong Joon-ho; yang mungkin dapat Anda kenal lewat
karya Hollywood pertamanya, “Snowpiercer” (2013), adalah yang merekonstruksi
ulang kejadian itu ke dalam film ini.
Baik, beginilah ceritanya : Mayat seorang wanita ditemukan tergeletak
di bawah selokan dekat ladang pada Oktober 1986. Detektif setempat, Park
Doo-man (Song Kang-ho) yang bertanggung jawab dalam investigasinya. Namun tidak
berapa lama, mayat kedua ditemukan dalam kondisi yang sama; tangan terikat,
mulut disumpal, pakaiannya dilucuti. Salah satu hambatan yang dihadapi adalah
bahwa teknologi di bidang forensik masih belum menunjang ketika itu. Maka
datanglah Detektif Soo Tae-yoon (Kim Sang-kyung) dari Seoul. Dia sukarela
menawarkan diri membantu Det. Doo-man. Teorinya ternyata mampu membuktikan
penemuan korban ketiga.
Impresi pertama saya dalam menonton film ini adalah berfokus pada peran
dua detektif ini. Keduanya memiliki karakteristik yang cukup bertolak belakang
masing-masingnya. Det. Doo-man mengandalkan kepekaan dalam menganalisa watak
atau pun gelagat seseorang. Ia sangat percaya diri tapi juga sembrono. Cepat
tanggap tapi analisanya kerap melenceng. Apa pun akan ia lakukan demi mendapat
apa yang diinginkan—tersangka dalam kasus ini. Sebaliknya, Det. Tae-yoon lebih
tenang. Analisanya selalu akurat. Tapi tidak disangka akan ada ambisi begitu
besar dalam penuntasan kasus tersebut.
Sembari menikmati “Memories of Murder”, saya membuat catatan kecil di
pikiran tentang bagian-bagian yang selalu ada pada film-film crime. Dalam film whodunit semacam ini, khususnya yang menampilkan sepak terjang para
penegak hukum, “rivalitas” serta “ambisi” biasanya turut pula diangkat ke
dalamnya. “Memories of Murder” membawa dua hal tersebut lewat peran aktif kedua
karakter utamanya. Rivalitas antara Det. Doo-man dan Det. Tae-yoon bisa
dirasakan dengan kuat—lumrah memang. Begitu menginjak bagian kontemplasi,
biasanya salah satu karakternya menampilkan ambisi paling kuat. Apakah ambisi
merupakan bagian dari idealisme ? Saya ragu akan hal itu.
Bicara soal pihak-pihak berwenang, entah mengapa kritikan satir tidak
bisa dilepaskan pula dari sana. “Memories of Murder” lewat naskah tulisan Boo
Jong-hoo dan Shim Sung-bo memasukkan pula kritikan pada proses investigasi—khususnya
saat menginterogasi tersangka. Asumsi saya ini terkait rivalitas yang berujung
pada promosi (naik jabatan). Para oknum tidak berkompeten tersebut mencari
fakta dan kebenaran tapi justru malah mengabaikan hak dan keselamatan warga
sipil. Akibatnya, sipil yang tidak tahu apa-apa justru menjadi kambing hitam.
Interogasi pun diwarnai pula oleh kekerasan. Di sini, Det. Doo-man serta
asistennya, Det. Cho Yong-koo (Kim Roi-ha) mewakili karakter tersebut.
Meski pun konflik yang diangkat sangat pelik dan gelap, filmnya sendiri
juga menampilkan momen-momen lucu lewat komedi hitam. Salah satu sekuen
menceritakan bagaimana Det. Doo-man menggunakan jasa paranormal demi membongkar
identitas pelaku pembunuhan berantai. Bekerja ? Jelas saja tidak. Saya tidak
tahu apakah Boo Jong-hoo berniat mengangkat kepercayaan lokal yang masih kuat
atau tidak. Hanya saja dari interpretasi saya, Boo sepertinya menggali sifat
alamiah manusia ketika putus asa atau depresi berlebihan—jalan keluar yang
tidak logis menjadi opsi. Sebagai contoh bisa kita ambil dari kepercayaan
masyarakat kita. Begitu permasalahan berat dihadapi, kembalinya ke dukun. Putus
cinta—ke dukun. Keuangan sulit—ke dukun.
Inti dari “Memories of Murder” sebenarnya bukan soal mencari si pelaku.
Bila film ini berkaca pada kasus yang terjadi pada 1986-91, jelas saja tidak
akan ada pelaku yang ditemukan. Sebab kasusnya sendiri belum terpecahkan hingga
saat ini. Fokus “Memories of Murder” adalah pada dua tokoh sentral di sini.
Karakter keduanyalah yang digali secara mendalam. Ini semua tentang manusia;
perubahan wataknya, iri, ambisi, hingga kehilangan kontrol atas diri
sendiri—menyebabkan pengaburan antara mana yang baik dan mana yang buruk. Ujung-ujungnya
adalah pembalasan dendam. Det. Doo-man dan Det. Tae-yoon memiliki demon di masing-masingnya.
“Memories of Murder” rilis di tahun yang sama dengan “Oldboy” milik
Park Chan-wook. Keduanya adalah sekian dari film asal Korea Selatan yang
benar-benar menarik atensi saya secara mendalam. Keduanya mahakarya. Mana yang
lebih baik ? Saya tidak bisa memilihnya sebab itu tidak penting. Bagian
terpentingnya adalah bagaimana kedua film itu begitu sangat saya sukai. Berpengaruh
juga tentunya. Dalam hal ini, perasaan adalah hal yang tidak bisa dibohongi
saat menilai sebuah film.
Salah satu film KOrea favorit nih dari sutradara favorit juga!
BalasHapustapi serius, endingnya ngeselin.....really??? Tapi gw suka bagaimana film ini dikemas, thrillingnya dapet, dark comedy nya juga ada (ya kaya The Host sih ada lucunya, and even Snowpiercer)
And Song Kang-ho membuktikan betapa versatile-nya akting dia disini...
Ni film Recomended lah,,, uda banyak ulasan diatas
BalasHapusfilmnya recomended, dan memang bener endingnya ngeselin+merinding+penasaran.....
BalasHapusKeren banget.. breathless buat endingnyaa
BalasHapusMenurutku sih justru gak recomended. Film detective identik dengan kejeniusan detective dalam memecahkan kasus. Kalo endingnya si ditective gak bisa mecahin kasus si percuma buang2 waktu nonton 2 jam melihat aksi jerih payah sang polisi tapi ujungnya gak bisa nangkap si pelaku. Sama seperti film mafia dimana pemerannya bersusah payah untuk jadi bos tapi ujung2nya pemerannya mati. Gak guna. Hehe cuman pendapt aja.
BalasHapusGabisa di bilang ,percuma juga sih bang . karena disini, kan ini kejadian nyata yang ada di korea. Gabisa sesuai kemauan , mau ending nya detektif selalu mecahin kasus ��
HapusTrus lu bilang ga rekomen , pendapat sendiri sendiri sih ya.
Kalau lu cuma rekomen sma film ,yang endding bagus . ya wajar sih lu ngmng gitu :3
Terlepas dari endding nya , memang diluar ekpetasi . ini film alur cerita nya bagus , detektif susah payah mecahin kasus . dengan perlatan seadanya di jaman 80-an udah keren menurut gue ��
Udah pernah non ton zodiac Belum yaa masnya?
HapusZodiac film apa gan?
HapusCeritanya hampir sama kek pelem ni
HapusYa elah mas sasta kan udh dijelasin di awal klo pilem.ini berdasarkan kisah nyata klo kisah nyatanya aja mpe.skrg blm ditemuin pembunuhnya mosok pilemnya meh bikin crita sndri dgn ditemukan pembunuhnya,lah nek.gt si.bon joon.ho gak usah bikin pilem berdasarkan kisah nyata krn itu bs melenceng dr knyataan
Hapuslu kebanyakan nton film alay sih,endingnya kebaca. emng tiap film hrus menang pemeran utamanya? kn in film nyeritain kejadian aslinya tong . payah lu
BalasHapusYah, film ini emang bagus, tapi serius gw expect nya tinggi. Ngarep terpecahin kan gemes juga. Malah gw habisin waktu bobo siang gw demi ni film karena ratingnya tinggi. Agak kecewa sih tp bagus kok
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
HapusJadiii gak ketemu ne ya pemnunuhnya. Ngeselin juga ne film. Pensaran bngt
BalasHapusFilm ni mmnk btul" bgus, tp trlepas tu smua, coba klian hayalkan sjenak sprti pa sbnrnya sosok pembunuh ni....
BalasHapusBuat temen-temen yg suka karakteristik film semacam ini.. Apanih film recommended kalian??.
BalasHapusSalut buat sutradaranya.. Berusaha mengangkat Budaya lokal itu penting
Menarik diikuti ceritanya, sayang memang endingnya ga sesuai ekspektasi, tp ya memang itu cerita aslinya, ya sudahlah, but kesel jg sama pelaku nya
BalasHapusGua kesel karena langsung nonton aja tanpa baca sinopsisnya karena ratingnya tinngi, kalo baca sinopsisnya kan gak terlalu berharap kasus terpecahkan... ternyata emang dari aslinya tersangka tidak pernah tertangkap... Kalo gitu lebih bagus oldboy donk, balas dendam hitam tersadis, dari cinta terlarang
BalasHapusMenurutku pelakunya ya yg bekerja dipabrik.,digambar awal jg udah ada fotonya.,tampangnya agak polos tangannya lembut.
BalasHapusPendapat aja sih
Bs jadi gan..saya jg brpikiran sprti itu..
HapusJawaban hanya ada di koo hee-bong
BalasHapusDan sampai sekarang hanya si pembunuh dan Tuhan yang tau.
BalasHapusLanjutannya di memoir of a murderer itu kan?
BalasHapussudah nonton s7en yg saya anggap thriller terbaik samapai akhirnya saya nonton film ini.
BalasHapusPembunuhnya park gyu hun (yg hampir ditembak di rel kereta),setelah kematian korban terakhir bocah smp tidak ada pembunuhan lagi.
BalasHapusByk bukti yg mengarah ke tersangka, dia hidup sendiri nge kost, suka dengar radio, keluyuran tiap malam, matanya juga sama kyk detektif yg jarang tidur.diakhir film sianak sekolah mengatakan di seperti orang biasa (tersangka), makanya mantan detektif itu kaget karna melepaskannya saat akan ditembak rekannya di rel.ini analisa saya, saya sangat yakin.
Tapi pas tes DNA , gk terbukti
HapusMenurut gw ini film nya kurang,gk ada bagian yg susah ditebak,gk kaya film Focus yg diperankan Will Smith,coba deh dibandingkan,klo gw lebih suka film Focus,soalnya pas nonton film Focus,pikiran gw kek dipermainkan banget,gk kaya film memories of murders yg b aja
BalasHapusGue balik lagi kesini setelah pagi ini baca berita KASUS PRMBUNUHAN BERANTAI HWASEONG ini mulai menemukan titik terang. Identifikasi awal mulai mengarah thdp seseorg sbg pelaku pembunuhan ini.... Cuma, ada kemungkinan kasus ini ga bisa berlanjut ke pengadilan gegara udh kadaluwarsa. Terduga pelaku adalah seorang terhukum utk kasus pemerkosaan lain dan sdg dipenjara
BalasHapus