Terhitung sejak menulis ulasan ini,
saya sudah menonton “Bajrangi Bhaijaan” hingga tiga kali. Bukan tanpa alasan bahwa
Bajrangi Bhaijaan” sebagai feel good
movie memang mudah menarik perhatian, ceritanya ringan, lucu, dan tidak
membosankan. Dengan mengedepankan isu sosial sebagai bahan dalam memperkuat
ceritanya, pantas saja bila film yang disutradarai oleh Kabir Khan ini banyak
meraih pendapatan luar biasa hingga disebut sebagai film India terlaris kedua
setelah “PK” (2014). Ketertarikan pada film ini dimulai pada pertengahan
November lalu ketika teman saya sedang menontonnya dalam laptop dan saya pun
mengikutinya meski tidak secara keseluruhan. Baru setelah itu saya memutuskan untuk
menonton ulang dan menikmati keasyikan dari petualangan bercampur komedinya.
Sinopsis : seorang gadis Pakistan dari
wilayah Azad Kashmir, Shahida (Harshaali Malhotra) harus terpisah dari ibunya
sekembalinya dari India. Tujuan mereka ke India dalam rangka mengunjungi tempat
suci di Delhi demi menyembuhkan kemampuan bicara Shahida. Ketika terpisah di
India, Shahida bertemu dengan Pawan Kumar Chaturvedi (Salman Khan) yang dikenal
sebagai “Bajrangi”, seorang penganut Dewa Hanuman. Persahabatan mereka pun
dimulai meski ada ganjalan-ganjalan yang menghiasi seperti masalah perbedaan
agama hingga konflik kedua negara. Pawan yang seorang taat bertekad untuk
memulangkan Shahida (kemudian dipanggil “Munni”) kembali ke Pakistan dimana
rintangan berat pun menanti mereka.
Seperti yang telah saya kemukakan di
paragraf pertama, bahwa salah satu kunci kesuksesan “Bajrangi Bhaijaan” sendiri
terletak pada pengangkatan isu-isu yang masih relevan hingga kini, seperti pada
lingkup agama di India serta konflik eksternal dengan Pakistan. Dari informasi
yang saya dapat, “Bajrangi Bhaijaan” sendiri memiliki rating sangat tinggi di
stasiun tv lokal sebagai film yang paling sering ditonton bahkan mengungguli “3
idiots” (2009). Ini semua kembali pada apa yang disajikan dalam “Bajrangi Bhaijaan”
memang masih kental dengan permasalahan yang kini dihadapi, khususnya di India.
Masalah yang saya maksud tersebut tidak lain berhubungan dengan India yang
dikenal multi-religion dan konflik dengan
Pakistan yang dilatarbelakangi SARA. Sangat berbeda dengan “3 Idiots” yang menggunakan
tema yang lebih universal.
Lagu yang menjadi pembukaan sekaligus
perkenalan pada karakter utama di sini adalah “Selfie Le Le Re”. Saya tidak
hanya melihat lagu ini terasa mutakhir lewat selfie yang menjadi isinya, tapi juga menggaris bawahi soal
keanekaragaman agama di India. Itu belum terhitung pada banyaknya aliran di
tiap agama yang berbeda. Di sinilah fungsi karakter Pawan itu untuk
mempertegas. Ia seorang yang beragama Hindu dalam aliran yang mengkhususkan
sebagai penyembah Dewa Hanuman. Ini adalah sedikit bukti yang kuat bahwa di
India begitu banyaknya agama beserta alirannya. Perlu saya ingatkan lagi bahwa
saya tidak bermaksud SARA selain memang memaparkan apa yang coba disampaikan
lewat naskah yang ditulis oleh K. V. Vijayendra Prasad, Parveez Shaikh, dan
Kabir Khan.
Setelah lagu “Selfie Le Le Re” yang
diikuti dengan pertemuan awal antara Pawan dengan Shahida, barulah flashback menceritakan sedikit kisah Pawan
serta hubungan asmaranya dengan kekasihnya, Rasika (Kareena Kapoor).
Berkumandanglah lagu “Tu Chahiye” yang dinyanyikan oleh Atif Aslam sebagai lagu
yang easy listening dan telah saya
putar berkali-kali sampai satu bulan terakhir ini. Memang, inilah salah satu
keunggulan dan jualan tambahan dalam film-film India. Bagi Anda yang sudah
paham betul dengan film dari industri Bollywood, pastinya lagu dan tarian
adalah sebuah kewajiban. Tapi Anda jangan kaget bila “Life of Pi” (2012) atau “Slumdog
Millionaire” (2009) nihil lagu dan tarian, sebab keduanya bukan produksi
Bollywood. Meski begitu, Danny Boyle tetap memberikan tribute di bagian akhir “Slumdog Millionaire”.
Ada salah satu adegan dimana Pawan
bercakap-cakap dengan Maulana (Om Puri); seorang ulama Pakistan, bahwa ia bisa
menemukan tempat Shahida di daerah Kashmir. Pawan bertanya, “Kashmir ?,
haruskah kembali ke India ?”. “Tidak, kami juga punya sebagian kecil di sini”,
jawab Maulana. Apa maksud dari perkataan Maulana tersebut ?. Kita kembali ke
sejarah lagi bahwa perang antara India dan Pakistan telah berlangsung empat
periode. Diawali pada tahun 1947 yang berakhir pada pembagian wilayah Kashmir
untuk kedua negara, dan terakhir pada tahun 1999. Sebagian besar, hasil
peperangan kedua negara berujung pada pembagian atau pelepasan wilayah. Salah
satunya adalah lepasnya provinsi East Pakistan dan berdiri sendiri sebagai
negara yang kini dikenal sebagai Bangladesh. Sedangkan seting Kashmir yang
digunakan dalam film ini sebagian besarnya diambil di teritori India.
Alur cerita “Bajrangi Bhaijaan”
sangatlah sederhana, yaitu misi menyelamatkan seorang gadis Pakistan yang
tertinggal di India. Sangat sederhana sekali. Kemudian peran karakter si gadis
tersesat, Shahida, adalah sebagai penghubung antara konflik yang ditampilkan
oleh Kabir Khan. Wajah imutnya yang pasti mengundang simpati dan iba bagi
penonton itu adalah nilai tambahan; sebuah pemilihan cast yang sangat tepat. Berbeda dengan Salman Khan dan Kareena
Kapoor yang sangat familiar karena
kerap kali mengikuti film-filmnya, kehadiran Nawazuddin Siddiqui sangat mencuri
perhatian saya di sini. Ia memerankan karakter seorang reporter dari Pakistan,
Chand Nawab. Tampil komikal dan menyegarkan, karakter yang terinspirasi dari
tokoh nyata ini sungguh mencuri perhatian.
Lupakan soal plotnya yang sederhana
atau karakter Pawan yang kelewat baik. Ataukah mungkin terlalu bodoh ?. “Bajrangi
Bhaijaan” adalah film sederhana yang bagus dengan selipan isu sosial yang meski
tidak baru lagi di lingkup film, tapi tetap bisa diterima hingga kini. Konflik
agama dan negara memang terkesan berat, tapi Kabir Khan mengemasnya secara
ringan namun tetap berbobot. Tema yang sebenarnya sangat sensitif pun berubah
menjadi menyenangkan lewat petualangan penuh gelak tawa antara Pawan, Shahida,
dan Chand. “Bajrangi Bhaijaan” juga memiliki sebuah shot yang sangat indah serta penuh makna. Akhir tahun ini jika saya
jadi untuk membuat annual list, pastilah
akan saya masukkan dalam “shot terbaik tahun 2015”.
7,5 / 10
Ah, Bajrangi Bhaijaan. Pengen menontonnya lagi, tapi suka malu kalau matanya harus berkaca2... :D
BalasHapusOh iya, sedikit menambahkan pada paragraf terakhir. Karakter Pawan sepertinya mencoba menguatkan Bajrangi yang ortodoks, seorang Hanumanist yang taat, sehingga ada pertanyaan, "Hari gini, masih ngomong komitmen? Aneh!"
Pasca menonton ini, hanya 'Faith in humanity restored' yang bisa saya katakan.
Mantap mas ulasannya
Kapan film ini tayang lagi di tv? sampe nangis nonton film ini tayangin lagi dong ka
HapusSudah tayang tadi baru saja selesai di indosiar
HapusThankyou, min.. :)
BalasHapusSaya Telat nonton nya... Keren banget... Disajikan dengan ringan... Isu yg sederhana namun mengandung begitu banyak nilai2... sosial kemanusian, agama, ras dll... Faith in humanity restored
BalasHapuskereennn
BalasHapusI think this movie is overrated.
BalasHapusApalagi scene di endingnya, terlalu berlebihan dan 'lebay' menurut saya.
Mau tanya, film bajrangi bhaijaan diangkat dari kisah nyata, ?
BalasHapusBagusss banget filmnya sangat banyak pelajaran yang didapat
BalasHapusBagusss banget filmnya sangat banyak pelajaran yang didapat
BalasHapusBagusss banget filmnya sangat banyak pelajaran yang didapat
BalasHapusMalay dah, ini mah pelem paporit orang-orang di negara berkembang. Datar dan boring abis, you knowlah sebelas dua belas ama cerita-cerita asma nadia.
BalasHapusLumayan suka sama film ini, tapi tetep lebih suka PK & Kaahani.
BalasHapusBagus bngt.ending nya sangat menyentuh hati.
BalasHapusNangis berulang - ulang nontongnya 😢😭
BalasHapusnonton filmnya sampai lupa waktu sampai jam 1 malem
BalasHapusFilm yang menginspirasi
BalasHapusSampai keluar air mata ,hadeh -_-
BalasHapusPenasaran gue sama filmnya..besok gue downloadlah ne film..
BalasHapusBagus bagus bagus....
BalasHapusSemua jumpol gua kasih dah buat nih pilm...
Ulasan yang bagus min...
Kalau menurut saya peran pawan bukan sekedar terlalu baik, apalagi bodoh, pawan merepresentasikan seorang yang teguh dan berpasrah kepada Tuhan, diperjelas dalam dialog pawan dengan penjaga perbatasan, bahwa pawan adalah orang yang kehilangan akal sehat... makna kehilangan akal sehat di sini bukan berarti bodoh atau gila, tetapi orang yang sudah meninggalkan naluri manusia nya yang kotor, sehingga gerak langkahnya sudah dibimbing Tuhan lantaran jiwanya yang penuh cinta dan kasih sayang kepada sesama manusia...
BalasHapusKlo mau download film nya dimana?
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusBagus sekali ulasannya👍
BalasHapusIni film terbaik yang pernah saya saksikan . Auto buat nangisssss tapi keren banget film ini . Thebest!!!
BalasHapus