Jumat, 11 Desember 2015

BAJRANGI BHAIJAAN [2015]

Terhitung sejak menulis ulasan ini, saya sudah menonton “Bajrangi Bhaijaan” hingga tiga kali. Bukan tanpa alasan bahwa Bajrangi Bhaijaan” sebagai feel good movie memang mudah menarik perhatian, ceritanya ringan, lucu, dan tidak membosankan. Dengan mengedepankan isu sosial sebagai bahan dalam memperkuat ceritanya, pantas saja bila film yang disutradarai oleh Kabir Khan ini banyak meraih pendapatan luar biasa hingga disebut sebagai film India terlaris kedua setelah “PK” (2014). Ketertarikan pada film ini dimulai pada pertengahan November lalu ketika teman saya sedang menontonnya dalam laptop dan saya pun mengikutinya meski tidak secara keseluruhan. Baru setelah itu saya memutuskan untuk menonton ulang dan menikmati keasyikan dari petualangan bercampur komedinya.

Sinopsis : seorang gadis Pakistan dari wilayah Azad Kashmir, Shahida (Harshaali Malhotra) harus terpisah dari ibunya sekembalinya dari India. Tujuan mereka ke India dalam rangka mengunjungi tempat suci di Delhi demi menyembuhkan kemampuan bicara Shahida. Ketika terpisah di India, Shahida bertemu dengan Pawan Kumar Chaturvedi (Salman Khan) yang dikenal sebagai “Bajrangi”, seorang penganut Dewa Hanuman. Persahabatan mereka pun dimulai meski ada ganjalan-ganjalan yang menghiasi seperti masalah perbedaan agama hingga konflik kedua negara. Pawan yang seorang taat bertekad untuk memulangkan Shahida (kemudian dipanggil “Munni”) kembali ke Pakistan dimana rintangan berat pun menanti mereka.

Seperti yang telah saya kemukakan di paragraf pertama, bahwa salah satu kunci kesuksesan “Bajrangi Bhaijaan” sendiri terletak pada pengangkatan isu-isu yang masih relevan hingga kini, seperti pada lingkup agama di India serta konflik eksternal dengan Pakistan. Dari informasi yang saya dapat, “Bajrangi Bhaijaan” sendiri memiliki rating sangat tinggi di stasiun tv lokal sebagai film yang paling sering ditonton bahkan mengungguli “3 idiots” (2009). Ini semua kembali pada apa yang disajikan dalam “Bajrangi Bhaijaan” memang masih kental dengan permasalahan yang kini dihadapi, khususnya di India. Masalah yang saya maksud tersebut tidak lain berhubungan dengan India yang dikenal multi-religion dan konflik dengan Pakistan yang dilatarbelakangi SARA. Sangat berbeda dengan “3 Idiots” yang menggunakan tema yang lebih universal

Lagu yang menjadi pembukaan sekaligus perkenalan pada karakter utama di sini adalah “Selfie Le Le Re”. Saya tidak hanya melihat lagu ini terasa mutakhir lewat selfie yang menjadi isinya, tapi juga menggaris bawahi soal keanekaragaman agama di India. Itu belum terhitung pada banyaknya aliran di tiap agama yang berbeda. Di sinilah fungsi karakter Pawan itu untuk mempertegas. Ia seorang yang beragama Hindu dalam aliran yang mengkhususkan sebagai penyembah Dewa Hanuman. Ini adalah sedikit bukti yang kuat bahwa di India begitu banyaknya agama beserta alirannya. Perlu saya ingatkan lagi bahwa saya tidak bermaksud SARA selain memang memaparkan apa yang coba disampaikan lewat naskah yang ditulis oleh K. V. Vijayendra Prasad, Parveez Shaikh, dan Kabir Khan. 

Setelah lagu “Selfie Le Le Re” yang diikuti dengan pertemuan awal antara Pawan dengan Shahida, barulah flashback menceritakan sedikit kisah Pawan serta hubungan asmaranya dengan kekasihnya, Rasika (Kareena Kapoor). Berkumandanglah lagu “Tu Chahiye” yang dinyanyikan oleh Atif Aslam sebagai lagu yang easy listening dan telah saya putar berkali-kali sampai satu bulan terakhir ini. Memang, inilah salah satu keunggulan dan jualan tambahan dalam film-film India. Bagi Anda yang sudah paham betul dengan film dari industri Bollywood, pastinya lagu dan tarian adalah sebuah kewajiban. Tapi Anda jangan kaget bila “Life of Pi” (2012) atau “Slumdog Millionaire” (2009) nihil lagu dan tarian, sebab keduanya bukan produksi Bollywood. Meski begitu, Danny Boyle tetap memberikan tribute di bagian akhir “Slumdog Millionaire”.

Ada salah satu adegan dimana Pawan bercakap-cakap dengan Maulana (Om Puri); seorang ulama Pakistan, bahwa ia bisa menemukan tempat Shahida di daerah Kashmir. Pawan bertanya, “Kashmir ?, haruskah kembali ke India ?”. “Tidak, kami juga punya sebagian kecil di sini”, jawab Maulana. Apa maksud dari perkataan Maulana tersebut ?. Kita kembali ke sejarah lagi bahwa perang antara India dan Pakistan telah berlangsung empat periode. Diawali pada tahun 1947 yang berakhir pada pembagian wilayah Kashmir untuk kedua negara, dan terakhir pada tahun 1999. Sebagian besar, hasil peperangan kedua negara berujung pada pembagian atau pelepasan wilayah. Salah satunya adalah lepasnya provinsi East Pakistan dan berdiri sendiri sebagai negara yang kini dikenal sebagai Bangladesh. Sedangkan seting Kashmir yang digunakan dalam film ini sebagian besarnya diambil di teritori India.        

Alur cerita “Bajrangi Bhaijaan” sangatlah sederhana, yaitu misi menyelamatkan seorang gadis Pakistan yang tertinggal di India. Sangat sederhana sekali. Kemudian peran karakter si gadis tersesat, Shahida, adalah sebagai penghubung antara konflik yang ditampilkan oleh Kabir Khan. Wajah imutnya yang pasti mengundang simpati dan iba bagi penonton itu adalah nilai tambahan; sebuah pemilihan cast yang sangat tepat. Berbeda dengan Salman Khan dan Kareena Kapoor yang sangat familiar karena kerap kali mengikuti film-filmnya, kehadiran Nawazuddin Siddiqui sangat mencuri perhatian saya di sini. Ia memerankan karakter seorang reporter dari Pakistan, Chand Nawab. Tampil komikal dan menyegarkan, karakter yang terinspirasi dari tokoh nyata ini sungguh mencuri perhatian. 

Lupakan soal plotnya yang sederhana atau karakter Pawan yang kelewat baik. Ataukah mungkin terlalu bodoh ?. “Bajrangi Bhaijaan” adalah film sederhana yang bagus dengan selipan isu sosial yang meski tidak baru lagi di lingkup film, tapi tetap bisa diterima hingga kini. Konflik agama dan negara memang terkesan berat, tapi Kabir Khan mengemasnya secara ringan namun tetap berbobot. Tema yang sebenarnya sangat sensitif pun berubah menjadi menyenangkan lewat petualangan penuh gelak tawa antara Pawan, Shahida, dan Chand. “Bajrangi Bhaijaan” juga memiliki sebuah shot yang sangat indah serta penuh makna. Akhir tahun ini jika saya jadi untuk membuat annual list, pastilah akan saya masukkan dalam “shot terbaik tahun 2015”.   
7,5 / 10

25 komentar:

  1. Ah, Bajrangi Bhaijaan. Pengen menontonnya lagi, tapi suka malu kalau matanya harus berkaca2... :D

    Oh iya, sedikit menambahkan pada paragraf terakhir. Karakter Pawan sepertinya mencoba menguatkan Bajrangi yang ortodoks, seorang Hanumanist yang taat, sehingga ada pertanyaan, "Hari gini, masih ngomong komitmen? Aneh!"

    Pasca menonton ini, hanya 'Faith in humanity restored' yang bisa saya katakan.

    Mantap mas ulasannya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kapan film ini tayang lagi di tv? sampe nangis nonton film ini tayangin lagi dong ka

      Hapus
    2. Sudah tayang tadi baru saja selesai di indosiar

      Hapus
  2. Saya Telat nonton nya... Keren banget... Disajikan dengan ringan... Isu yg sederhana namun mengandung begitu banyak nilai2... sosial kemanusian, agama, ras dll... Faith in humanity restored

    BalasHapus
  3. I think this movie is overrated.
    Apalagi scene di endingnya, terlalu berlebihan dan 'lebay' menurut saya.

    BalasHapus
  4. Mau tanya, film bajrangi bhaijaan diangkat dari kisah nyata, ?

    BalasHapus
  5. Bagusss banget filmnya sangat banyak pelajaran yang didapat

    BalasHapus
  6. Bagusss banget filmnya sangat banyak pelajaran yang didapat

    BalasHapus
  7. Bagusss banget filmnya sangat banyak pelajaran yang didapat

    BalasHapus
  8. Malay dah, ini mah pelem paporit orang-orang di negara berkembang. Datar dan boring abis, you knowlah sebelas dua belas ama cerita-cerita asma nadia.

    BalasHapus
  9. Lumayan suka sama film ini, tapi tetep lebih suka PK & Kaahani.

    BalasHapus
  10. Bagus bngt.ending nya sangat menyentuh hati.

    BalasHapus
  11. Nangis berulang - ulang nontongnya 😢😭

    BalasHapus
  12. nonton filmnya sampai lupa waktu sampai jam 1 malem

    BalasHapus
  13. Sampai keluar air mata ,hadeh -_-

    BalasHapus
  14. Penasaran gue sama filmnya..besok gue downloadlah ne film..

    BalasHapus
  15. Bagus bagus bagus....
    Semua jumpol gua kasih dah buat nih pilm...
    Ulasan yang bagus min...

    BalasHapus
  16. Kalau menurut saya peran pawan bukan sekedar terlalu baik, apalagi bodoh, pawan merepresentasikan seorang yang teguh dan berpasrah kepada Tuhan, diperjelas dalam dialog pawan dengan penjaga perbatasan, bahwa pawan adalah orang yang kehilangan akal sehat... makna kehilangan akal sehat di sini bukan berarti bodoh atau gila, tetapi orang yang sudah meninggalkan naluri manusia nya yang kotor, sehingga gerak langkahnya sudah dibimbing Tuhan lantaran jiwanya yang penuh cinta dan kasih sayang kepada sesama manusia...

    BalasHapus
  17. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  18. Ini film terbaik yang pernah saya saksikan . Auto buat nangisssss tapi keren banget film ini . Thebest!!!

    BalasHapus

AYO KITA DISKUSIKAN !