Minggu, 30 Agustus 2015

WHEN MARNIE WAS THERE [2014]


Akhirnya sempat juga menikmati karya terakhir dari Studio Ghibli sebelum masa hiatusnya ini. “When Marnie was There” ini diadaptasi dari novel karya Joan G. Robinson, dan disutradarai oleh Hiromasa Yonebayashi. Ia juga menjadi bagian dari penulisan naskahnya. Uniknya, dua nama besar dari Studio Ghibli, Hayao Miyazaki dan Isao Takahata yang terkenal lewat “Grave of The Fireflies” (1988) justru tidak menyutradarai karya perpisahan sementara ini. Tapi jauh sebelumnya saya sudah menonton karya dari Hiromasa Yonebayashi yang berjudul “The Secret World of Arrietty” (2010). Pertanyaannya adalah, layak kah “When Marnie was There” menjadi karya perpisahan hingga waktu yang belum pasti ini ?.

Sabtu, 29 Agustus 2015

COP CAR [2015]

Film terbaru yang dibintangi Kevin Bacon ini adalah contoh nyata bahwa jangan pernah sekali-kali mempermainkan polisi. Apalagi sampai mencuri mobilnya. Premis yang bagus ini kemudian diangkat menjadi film dengan sedikit sentuhan road dan black comedy. Sebelumnya, saya tidak ada pemikiran apapun mengenai film ini. Ditambah membaca judulnya yang membuat bertanya-tanya tentang apa film ini bercerita. Begitu membaca sinopsisnya sebentar, saya mulai tertarik sekali untuk menontonnya. Lagipula, rating yang bagus adalah salah satu alasan penguatnya.

Jumat, 28 Agustus 2015

ATTACK ON TITAN [2015]


<Mungkin Mengandung Spoiler>
Sebelum filmnya sendiri rilis sudah banyak menerima kecaman dari para fans, terutama pada perubahan cerita yang tidak banyak menganut dari manga dan anime-nya. Apalagi ditambah adegan ciuman antara Eren dan Mikasa yang tersebar lewat trailer beberapa waktu lalu. “Attack on Titan” versi live-action ini tentunya akan membagi dua kubu penontonnya, yaitu mereka yang setia mengikuti anime/manga dan mengkomparasikan keduanya, vice versa. Saya sendiri berdiri di kubu yang menilai film ini tanpa perlu membandingkan dengan cerita sumbernya. Sebelumnya memang saya sempat mengikuti anime-nya di musim pertama meski tidak saya lanjutkan hingga episode terakhir. Saat menonton live-action ini pun, tidak bisa saya hindari untuk tidak membandingkan keduanya. Namun saya harus hindari jalan tersebut untuk lebih fair dalam ulasan ini.

Rabu, 26 Agustus 2015

PIKU [2015]

Apa yang paling saya sukai dari kebanyakan film-film India adalah pada premis bagusnya yang banyak menanamkan nilai-nilai kehidupan. Sekalipun dengan dibumbui banyak komedi, tapi kesan dramatisnya tidak bisa hilang begitu saja. Adalah sebuah kemajuan bila film drama keluarga yang sebetulnya sanggup memancing emosi semacam ini, disuguhkan dengan komedi agar tidak melulu membuat penontonnya berisak tangis. Bagi tipikal penonton yang terlalu mudah ‘berair mata’, film seperti ini bisa menjadi alternatif utama. “Piku” yang disutradarai oleh Shoojit Sircar ini contohnya. Dengan komedi segar lewat dialog-dialognya yang mudah menggugah tawa, “Piku” masih tetap memiliki kehangatan drama yang kuat di dalamnya. Dan lagi, karakter-karakternya juga mampu mengundang simpati.

Minggu, 23 Agustus 2015

PHOENIX [2014]

**FILM SUPER**

Perang adalah gambaran nyata dari horror yang begitu ditakuti, dibenci, dan dikutuk. Namun, bagaimana dalam konflik berupa perang ‘fisik’ tersebut semakin diperparah dengan perang ‘batin’ ?. Mungkin sudah tidak mampu tergambarkan lagi betapa mengerikannya perang semacam itu. Dua hal mengerikan itu rupanya dapat dihadirkan dengan begitu ‘indah’ oleh Christian Petzold dalam filmnya yang berjudul “Phoenix” ini. “Phoenix” nyatanya sungguh lengkap dalam menyuguhkan segala konfliknya, tidak hanya terasa miris semata, tapi juga terasa ‘menyentuh’ lewat romansanya. Saya sebagai penonton pun mampu dibawa masuk ke dalam cerita, memahami dan merasakan dengan sungguh-sungguh segala permasalahan yang tengah dialami oleh para pelakunya. Jika diperhatikan lebih seksama, “Phoenix” ini sedikit memiliki DNA dari “Vertigo” (1958) milik Alfred Hitchcock.

Sabtu, 22 Agustus 2015

SOUTHPAW [2015]

Melihat jauh-jauh hari info beserta posternya tanpa perlu membaca sinopsisnya, “Southpaw” seolah magnet yang mudah menarik banyak kalangan khususnya di bagian jajaran cast-nya. Ya, di sana ada Jake Gyllenhaal yang juga dikenal jago menaik turunkan berat badan demi peran-perannya. Ia juga termasuk aktor yang pintar dalam memilih-milih peran kecuali jika “Prince of Persia” (2010) tidak masuk dalam hitungan. Memilih “tinju” sebagai tema film, mengingatkan kita pada beberapa film dengan tema serupa bahwa betapa mudah sekali untuk dilirik oleh berbagai penghargaan bergengsi. Namun, apakah benar dengan pemilihan tema yang terlihat ‘menggiurkan’ itu benar-benar sanggup menarik hati para juri dari penghargaan bergengsi untuk memasukkannya dalam daftar “film terbaik” ?.

INSIDE OUT [2015]

Pete Docter yang sebelumnya dikenal lewat karyanya “Up” (2009) kini membawa kita menuju petualangan jauh dalam pikiran seorang gadis kecil. Seperti banyak karya-karya keluaran studio Pixar sebelumnya, “Inside Out” masih menghadirkan kisah seru nan imajinatif, penuh pesan moral, dan tentunya tidak lupa mengedepankan unsur entertaining & fun. Apa yang membuat animasi Pixar satu ini terlihat begitu berbeda dengan lainnya adalah pada penggunaan dua seting yang berbeda, antara inside dengan peranan lima emosi dan outside dengan kehidupan sehari-hari gadis kecil asal Minnesota bernama Riley Anderson. Dua seting berbeda tersebut nyatanya mampu berjalan dengan berkesinambungan dan tetap mudah untuk diikuti.

Kamis, 20 Agustus 2015

THE CANAL [2014]


Saya sebenarnya tidak tahu alasan pastinya mengapa “The Canal” yang sudah rilis sejak tahun kemarin baru bisa menginjakkan kaki di tanah air. Tapi saya cukup lega bagaimana film dari Irlandia ini banyak mendapat ulasan positif dan tentunya semakin menguatkan keinginan untuk menontonnya. Tidak ingin berlama-lama menunggu, akhirnya tibalah saatnya bagi saya sendiri untuk membuktikan seberapa menakutkannya film horror yang disutradarai oleh Ivan Kavanagh ini. Begitu selesai, rupanya “The Canal” masih cukup jauh dari ekspektasi awal saya. Bicara soal ‘menyeramkan’, “The Canal” cukup mampu menghadirkan rasa tersebut. Namun, “The Canal” telah kehilangan daya cengkeram di pertengahan hingga akhir.

Selasa, 18 Agustus 2015

PAPER PLANES [2014]

Film dengan konsep cerita mimpi seorang anak memang sudah banyak bertaburan. Salah satunya adalah film dari Australia arahan Robert Connolly ini. Hanya bedanya, “Paper Planes” menggunakan tema yang cukup langka, yaitu lomba menerbangkan pesawat kertas. Ya, saya sendiri pun baru kali ini mengetahui bahwa pesawat kertas pun mampu dilombakan. Tipikal film family semacam ini mudah ditebak akan berakhir dengan happy ending, tapi dalam pengembangannya tentunya sanggup memunculkan nuansa yang begitu hangat dan ceria. Cara penyampaiannya yang juga ringan membuat feel-good movie seperti ini mudah untuk dicerna dan disukai.   

Senin, 17 Agustus 2015

FANTASTIC FOUR [2015]

Setiap film-film superhero, selalu menarik khalayak ramai untuk menontonnya, meski sudah banyak diketahui sebelumnya lewat banyaknya ulasan negatif. Benar, saya bicara mengenai “Fantastic Fool/Four” terbaru ini. Dalam ulasan ini, saya tidak akan lagi mengungkit-ungkit masalah yang sama terkait kontroversi pemilihan cast dan lain sebagainya. Cast baik-baik saja, tidak ada masalah berarti di bagian ini. Kesalahan terletak pada nihilnya pengembangan cerita dan karakter, pengemasan, hingga sampai pada penyia-nyiaan para cast yang bertalenta tinggi. Dan yang tidak kalah parah, “Fantastic Fool/Four” telah melenceng jauh dari apa yang disebut dengan film superhero.

Minggu, 16 Agustus 2015

QUICK REVIEW #2

Sembari menunggu untuk mengulas film-film baru, Quick Review #2 cukup lumayan untuk mengisi kesenggangan waktu. Penulisan Quick Review inipun saya selesaikan dengan cukup tergesa-gesa pada malam hari di saat mata pun sudah mulai minta untuk dipejamkan. Oke, tanpa basa-basi lagi, berikut lanjutan dari Quick Review edisi minggu lalu yang telah saya urutkan sesuai abjad.

Sabtu, 15 Agustus 2015

ZOMBEAVERS [2014]


Di weekend ini, saya mencoba mencari tontonan yang benar-benar ringan, fun, dan sangat menghibur, terlepas dari kualitasnya yang baik atau buruk. Maka saya dapatkanlah “Zombeavers” yang merupakan kepanjangan dari “zombie” dengan “beaver” (berang-berang). Memang nampaknya sudah menjadi tren di kalangan pembuat B-Horror dengan menamai judul filmnya melalui penggabungan dua kata, seperti “Sharknado” yang merupakan gabungan dari “Shark” dan “Tornado”. Ya, saya tahu ini bukan film bagus atau berkelas. Tapi, saya justru sangat terhibur sekali lewat kebodohan-kebodohan para karakternya, animatronic yang menggelikan, hingga CGI yang amat buruk tapi sanggup memancing tawa. Apalagi, rasa penasaran saya juga didorong untuk melihat cameo dari John Mayer di sini.

Jumat, 14 Agustus 2015

CLOUDS OF SILS MARIA [2014]

“Clouds of Sils Maria” adalah film yang bercerita mengenai ‘ego’ manusia, terutama ketakutannya menjadi ‘tua’ dan memilih untuk terjebak di masa lalu. Tentunya, hal itu merupakan perspektif saya pribadi dalam memahami film ini secara keseluruhan. Sebab, “perspektif” itulah yang memang dijadikan amunisi oleh Olivier Assayas (sutradara dan penulis naskahnya), dalam menggiring penonton ke arah tersebut. Olivier Assayas di sini juga secara tidak langsung melemparkan pertanyaan bahwa apakah usia atau waktu mampu mempengaruhi perspektif seseorang terhadap sesuatu. Jika diminta untuk menyamakan, “Clouds of Sils Maria” ini dapat saya sebut sebagai female version dari “Birdman” (2014) karya Alejandro G. Iñárritu. 

Kamis, 13 Agustus 2015

UNFRIENDED [2014]

Mungkin masih belum banyak film bertemakan cyber-bullying, dan “Unfriended” telah sukses mengusung tema yang sangat menarik tersebut. Sebuah tema yang hingga sampai saat ini masih marak terjadi dan butuh penanganan serius. Pesan yang terkandung di dalamnya pun juga penuh arti dengan mengajak banyak orang, terutama para remaja, untuk segera menghentikan tindakan cyber-bullying yang pada akhirnya berakibat fatal. Berbeda dengan film found footage lainnya yang ramai menggunakan shaky cam, “Unfriended” menawarkan sesuatu yang bisa dibilang baru dan inovatif melalui laptop’s screen-nya. Film arahan Levan Gabriadze ini rupanya berhasil membuat merinding dan menakut-nakuti saya.

Rabu, 12 Agustus 2015

MENJAWAB "BLOGATHON : THE FILM EMOTIONS"

Postingan ini saya buat untuk menjawab “Blogathon : The Film Emotion” dari Paskalis Damar, author dari blog sinekdoks yang keren abis. Dalam Blogathon yang diposting kali ini, ia mengajak untuk memilih film yang merepresentasikan 5 emotions dalam “Inside Out”, film animasi terbaru dari Pixar. Untuk keterangan lebih lengkap beserta aturan memilihnya, silakan kunjungi langsung blognya di sini.   

Selasa, 11 Agustus 2015

DARK PLACES [2015]

Film mystery “whodunit” atau “Who [has] done it” selalu menyajikan cerita yang mengasyikkan karena penuh dengan teka-teki dan kompleks. Sesuai namanya, film “whodunit” menggunakan tema berupa misteri dari pelaku utama dalam setiap konflik yang dihadirkan dalam film tersebut. Kebanyakan, genre lain seperti crime dan thriller ikut bersanding untuk memaksimalkan kompleksitas dari keseluruhan cerita. Tentu saja, dalam tipikal film seperti ini akan banyak sekali plot twist yang disebar sepanjang durasi, baik itu yang bersifat cerdas maupun sebaliknya. “Dark Places” banyak menyajikan hal tersebut, tapi cukup disayangkan tidak dikemas dengan rapi dan cenderung overplotting.

Senin, 10 Agustus 2015

MISSION : IMPOSSIBLE - ROGUE NATION [2015]

Pertama-tama saya harus membuat pengakuan bahwa “Rogue Nation” ini adalah seri kedua dari “Mission Impossible” yang baru saya tonton setelah “Ghost Protocol” (2011). Dari keduanya, saya menangkap bahwa film espionage ini menawarkan hal-hal menarik yang mungkin tidak ada dalam film-film espionage lainnya, seperti team work  yang terjalin rapi hingga misi-misi menegangkan yang jauh dari kata ‘masuk akal’. Tidak hanya itu, franchise ini juga semakin mengukuhkan seorang Tom Cruise sebagai aktor yang benar-benar ‘gila’. Dengan kata lain, semakin ia menua semakin ia menjadi-jadi. Dengan melihat banyaknya ulasan positif dari mereka yang sudah menontonnya, maka kini giliran saya untuk membuktikannya. 

Minggu, 09 Agustus 2015

QUICK REVIEW #1

Selamat datang di Quick Review atau Ulasan Singkat pertama di blog ini. Mungkin sudah banyak yang mengetahui bahwa blog ini sendiri pertama kali saya buat di awal bulan Mei tahun ini. Sebelum blog ini lahir, saya sudah banyak menonton film-film tahun 2015 tapi belum sempat saya ulas. Selain itu ada juga beberapa film yang sengaja saya khususkan untuk ulasan singkat. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini saya akan mengulas film-film tahun 2014 hingga 2015 (khusus ditonton pada tahun ini) secara singkat dan padat. Dengan berbekal daya ingat seadanya, semoga ulasan singkat ini bisa dinikmati banyak pembaca (jika ada) meski mungkin jauh dari kata akurat. Berikut ulasan singkat yang sudah saya urutkan sesuai dengan abjad.

Sabtu, 08 Agustus 2015

PRINCESS MONONOKE [1997]

**FILM SUPER**


Dari segi cerita, “Princess Mononoke” memang tidak terlalu fokus pada kehidupan anak-anak layaknya karya Hayao Miyazaki lainnya, seperti Spirited Away (2001), Kiki’s Delivery Service (1989), atau My Neighbor Totoro (1988). Bahkan, Grave of The Fireflies (disutradarai Isao Takahata, 1988) yang begitu tragis saja masih mengangkat soal anak-anak, hanya saja pengemasannya memang paling gelap di antara yang lain. Sedikit perbedaan tersebut tidak lantas membuat Miyazaki menghilangkan unsur fantasy-nya begitu saja. “Princess Mononoke” sangat kental dengan fantasy lewat banyaknya creature imajinatif dan menurut saya paling indah dari segi visualnya. Di sini Miyazaki terlihat sekali dalam memaksimalkan grafisnya yang tidak hanya halus, melainkan juga terlihat sangat hidup.

Kamis, 06 Agustus 2015

TIME LAPSE [2014]

Bicara soal film bertemakan time machine, kita sering disuguhkan dengan sebuah konsep cerita yang begitu rumit dan cukup memusingkan. Sebut saja “Predestination” (2014) dengan paradox-nya atau “Project Almanac” (2015) lewat space-time continuum-nya. Selain dua film tersebut, tentunya masih banyak lagi film-film bernafaskan ‘waktu’ yang seakan tidak ada habisnya dibuat. Memusingkan memang, tapi di baliknya tertanam sebuah teki-teki yang penuh dengan keasyikan untuk terus diikuti. “Time Lapse” karya debut Bradley King ini merupakan salah satu yang patut ditonton. Perkawinan antara sci-fi dengan thriller-nya melebur menjadi sajian yang menegangkan sekaligus menghibur.

Rabu, 05 Agustus 2015

KISAHKU DALAM "WALTER MITTY"


Sembari mengisi waktu luang di hari ini dan belum ada film yang diulas, maka terciptalah tulisan sederhana ini. Selain itu, saya ingin mencoba lari sejenak dari rutinitas harian dalam menonton film lalu memeras otak untuk menulis ulasan. Apakah bosan dengan film ?. Tentu tidak, menonton film adalah hobi yang sudah mendarah daging dan dari situlah saya mendapatkan banyak kesenangan-kesenangan dan sekaligus mempelajari hal-hal baru. 

Selasa, 04 Agustus 2015

WHITE GOD [2014]


“White God” mungkin dapat disamakan dengan “Rise of The Planet of The Apes” (2011) atau ‘saudaranya’ yang lain sebagai film yang mengangkat tema penjajahan oleh sekelompok hewan liar. Hanya bedanya, “White God” adalah versi yang lebih ‘berat’ dan dramatis. Film dari Hungaria ini banyak memanfaatkan peran dari ratusan anjing yang terlatih dengan begitu baik. Hal tersebut merupakan salah satu nilai lebih yang tidak dimiliki oleh film-film bertemakan serupa yang lebih banyak memanfaatkan penggunaan CGI. Hasilnya, kemasan yang begitu realistis dan secara emosional dapat dirasakan dengan baik.

Senin, 03 Agustus 2015

DARK WAS THE NIGHT [2015]


Film horror dengan subjek utama American Folklore memang sudah tidak terhitung banyaknya. Baik itu yang digarap dengan hasil memuaskan hingga membosankan sekalipun. Saya akui bahwa film horror semacam ini memang sukses dalam menghidupkan atmosfir yang mencekam, terutama dalam penggunaan setting seperti kota terpencil ditambah bumbu-bumbu berupa mitos setempat. Kalau ‘mencekam’ sudah didapat, akankah semua sudah terpenuhi menjadi sajian yang bagus ?. Memang tidak semuanya. ‘Dark was The Night” mungkin adalah salah satu contohnya.

Sabtu, 01 Agustus 2015

NOSFERATU: A SYMPHONY OF HORROR [1922]

**FILM SUPER**

Di awal bulan Agustus ini, saya sengaja mencari film klasik yang sesuai dengan mood untuk ditonton. Maka, pilihan saya jatuh pada film horror ekspresionis dari Jerman ini. Memang tidak mudah untuk bisa benar-benar menikmati film klasik, apalagi yang masih belum memiliki suara alias silent movie. Seringkali dalam menilai film-film klasik macam ini, saya berusaha untuk memposisikan diri sendiri sebagai orang yang hidup di era film tersebut berjaya. Dengan begitu, besar harapan untuk mendapatkan feel dalam menikmatinya. Sebab, akan banyak sekali beberapa adegan yang mungkin terasa ‘konyol’ untuk dinikmati di era saat ini. Dibandingkan film klasik ‘bersuara’ lainnya, silent movie memang lebih berpotensi membuat bosan di tengah-tengah menontonnya.