Rabu, 30 September 2015

THE MURDER CASE OF HANA AND ALICE [2015]


“The Murder Case of Hana and Alice” adalah prekuel dari “Hana and Alice” yang dibuat tahun 2004. Bedanya untuk prekuel ini, Shunji Iwai yang sebelumnya juga menyutradarai sekuel tersebut kini menggunakan media animasi untuk menuangkan ide cerita yang juga ia tulis sendiri. Uniknya lagi, Anne Suzuki (Initial-D, 2005) dan Yū Aoi (Honey & Clover dan Rurouni Kenshin) yang sebelumnya bermain di versi 2004 tersebut kini kembali hadir untuk menyuarakan karakter Hana dan Alice yang dulu mereka perankan. Dengan cerita berbumbu misteri, prekuel ini bisa dibilang cukup menarik perhatian bila dibanding sekuelnya yang lebih ke arah teenage romcom. Lingkup high school yang digunakan pun mengisyaratkan bahwa sajian yang satu ini bakal terasa seru, ringan, dan kocak di dalamnya.  

Senin, 28 September 2015

CREEP [2014]

Apakah Anda salah satu dari sekian yang sudah jenuh dengan film found footage ?. Jika “ya”, berarti kita sama. Namun apakah film semacam itu sudah tidak memberikan kepuasan lagi bagi penontonnya, terutama dalam ranah horror ?. Sedikitnya mungkin masih ada yang memuaskan dengan kualitas bagus. Contohnya kemarin “Unfriended” (2014) tetap memberikan tontonan yang menyegarkan dan menghibur meski di beberapa bagiannya ada ide lama yang masih dibawa. “Creep” ternyata juga salah satu dari kesekian found footage baru-baru ini yang tampil tidak ‘murahan’ meski filmnya jelas berbiaya murah. Filmnya sendiri dikemas dengan begitu rapi penuh nuansa yang mencekam meski hanya berdurasi 82 menit.

Sabtu, 26 September 2015

'71 [2014]

Alangkah menariknya bila karakter dalam suatu film mampu menjerat penonton ke dalamnya sehingga ia juga merasakan apa yang juga dirasakan oleh karakter tersebut. Salah satu komponen favorit saya dalam sebuah film tersebut dihadirkan dengan sangat apik oleh Yann Demange lewat film yang berlatarkan sejarah ini. Sebagai penonton, saya begitu terikat sekali dengan karakter utama dalam film bertajuk “71” ini. Segala rasa sakit yang dialami baik itu fisik maupun psikis hingga rasa takut berimbas traumatik, seakan-akan juga menimpa pada saya. “71” rupanya tidak hanya memberikan impact yang besar di bagian ‘luka’ itu saja melainkan juga pembangunan atmosfir yang menegangkan lewat peristiwa kerusuhan yang sebelumnya tidak pernah terpikirkan.

Kamis, 24 September 2015

MONSTER HUNT [2015]


Melihat posternya yang dipenuhi deretan monster berwarna warni yang terlihat begitu menarik, “Monster Hunt” yang disebut-sebut sebagai film dengan pendapatan terbesar sepanjang masa di Tiongkok ini memiliki banyak pengharapan untuk ditonton. Dari tampilan luarnya, pastinya banyak action menarik yang bisa ditonton. Melihat desain para monster-nya, unsur komedi pastilah ada di dalamnya. Syarat-syarat tersebut kemudian disempurnakan lewat pendapatan besar yang tentunya merupakan bukti bila film ini sangat menjanjikan. Mungkin sudah terbaca bila substansi ceritanya tidaklah begitu kuat, namun balutan visual ditambah koreografinya yang menarik tentulah diharapkan bisa menambal kekurangan tersebut. Raman Hui selaku sutradara memang sadar diri membuat “Monster Hunt” sebagai film yang style over substance, jadi bila penonton merasa tidak sampai terikat ke dalam kisahnya memang bukanlah sesuatu yang perlu dipermasalahkan lagi.

Rabu, 23 September 2015

SHARKNADO 3 : OH HELL NO! [2015]

Dalam lingkup B-Movie, mungkin hingga kini belum ada yang sampai menyamai ‘kehebatan’ dan ‘kemustahilan’ yang dimiliki oleh franchise “Sharknado” ini. Film yang menjadi ‘perkawinan’ antara “Jaws” dengan “Twister” ini nyatanya mampu menarik perhatian khalayak untuk menontonnya dan jumlahnya pun tidak tanggung-tanggung bila mengingat ini adalah film dengan grade rendah. Bahkan pada salah satu channel di Youtube pun, film ini pernah menjadi bahan olok-olokan, baik lewat CGI maupun kualitas aktingnya. Namun itu semua hanya dimaksudkan untuk bahan candaan semata karena kita semua juga tahu bahwa “Sharknado” sedari awal murni dibuat sebagai hiburan ringan. Dari sub-judul yang berbunyi “Oh Hell No!”, jelas sekali installment ketiga ini menawarkan sesuatu yang jauh lebih konyol, lebih bodoh, dan tentunya di luar logika manusia normal.

Senin, 21 September 2015

TRUE MASKED RIDER : PROLOGUE [1992]

Yup, inilah ulasan pertama saya tentang tokusatsu (superhero Jepang). Mungkin bagi sebagian besar yang mengaku suka dengan tokusatsu, “Masked Rider” (Kamen Rider) tentunya salah satu serial yang sangat tidak asing. Bahkan bisa dikatakan bahwa “Masked Rider” memiliki fanbase paling besar jika dibanding dengan tokusatsu serupa, sebut saja seperti “Super Sentai”, “Ultraman”, “Metal Hero”, dan lain sebagainya. Khusus untuk “Masked Rider” yang akan diulas ini, saya mungkin tidak menjamin besar bahwa seri yang satu ini banyak diketahui oleh mereka yang mengaku menyukai “Masked Rider”. Mungkin ada yang tahu dari namanya, tapi sedikit yang mengenal lebih dalam dengan seri yang satu ini. Oke, langsung saja saya akan bahas termasuk maksud dari “prologue” dalam judulnya.

Sabtu, 19 September 2015

LA SAPIENZA [2014]

**FILM SUPER**

Saya tahu kalau “La Sapienza” memang film yang sangat sulit untuk diikuti dan dipahami keseluruhan alur ceritanya. Saya pula amat sangat awam bila berhubungan dengan art dan sejarahnya serta memaknai definisi film yang bagus itu sendiri. Namun dengan kacamata awam yang saya miliki, saya melihat bahwasanya “La Sapienza” adalah film yang sangat bagus sekali, indah, dan luar biasa. Eksplorasi karakter adalah salah satu hal yang selalu saya favoritkan dalam setiap film dan itu juga turut menjadi bagian dalam film garapan Eugène Green ini. Butuh dua kali menontonnya bagi saya untuk kemudian dituangkan dalam ulasan ini. Tentunya saya juga yakin bila belum sepenuhnya memahami film ini namun ‘sedikitnya’ telah membuat saya terkagum-kagum. Rupanya saya telah kehilangan ‘pegangan’ sewaktu pertama kali hingga tidak tahu cara menikmatinya.

I'LL SEE YOU IN MY DREAMS [2015]

Film sederhana ini semakin meyakinkan saya bahwa tiada waktu yang terbaik selain meluangkannya dengan orang-orang yang dicintai. Sekiranya itulah yang mungkin saya dapatkan dari senior romance atau apapun Anda menyebut film ini. “I’ll See You in My Dreams” adalah drama romance yang menyenangkan, fresh, ada momen lucunya juga, dan momen sedih bila Anda mengharapkan itu. Film yang disutradarai Brett Haley ini memiliki nilai keunikannya lewat fokus karakter dengan problematika saat melewati usia tengah baya. Dan hey...ini bukan hanya film romansa biasa yang berisi kencan semata di dalamnya. Tapi lebih dari itu, ada nilai-nilai persahabatan juga yang dikandung lewat interaksi yang menarik dari tiap karakternya. Sangat manis lewat penuturan dialognya hingga tiada terasa juga menyelipkan rasa haru di dalamnya.

Kamis, 17 September 2015

SELF/LESS [2015]


Setelah karya terbaiknya yang rilis sekitar 9 tahun yang lalu, “The Fall” (2006), Tarsem Singh tampaknya masih belum kembali memaksimalkan potensi lewat kekreatifitasan yang ia miliki. Dua film setelahnya itupun juga gagal untuk menarik hati meskipun bila dikatakan ‘buruk’ juga tidaklah tepat. Namun setidaknya ia masihlah menghadirkan film dengan kelebihan di bagian aspek visual yang begitu indah meski lemah di substansi cerita. Lantas bagaimana dengan film terbarunya ini ?. Dengan mengusung tema sci-fi thriller ditambah konsep cerita yang lumayan bagus, sangat diharapkan bila karya terbarunya ini dapatlah memikat bagi mereka yang kini sudah rindu akan Tarsem Singh yang dulu.

Rabu, 16 September 2015

TALE OF TALES [2015]


Bahwasanya bila fairytale tidak selalu berakhir dengan bahagia memang ada benarnya juga. Saya pun terkadang juga berfikir seperti itu. Dewasa ini fairytale pun sudah tidak lagi identik dengan dunia anak-anak yang menyenangkan. Bahkan jauh dari bayangan kebanyakan anak-anak bahwa fairytale dipenuhi dengan aneka macam keindahan, yang ada adalah justru setiap bagiannya berisikan kesedihan, kekejaman, dan nuansa yang kelam. Mungkin itulah yang sedikit saya tangkap dari karya Guillermo del Toro berjudul “Pan’s Labyrinth” (2006). Senada dengan film tersebut, karya sutradara Itali Matteo Garrone bertajuk “Tale of Tales” ini setidaknya juga mempergunakan premis menarik tersebut.

TOP 5 MASTURBATION SCENE

<Mungkin Mengandung Spoiler>
Tulisan ini mungkin adalah bentuk dari bingungnya saya dalam mengisi postingan di blog khusus untuk hari ini. Hampir seharian ini belum ada film baru yang saya tonton. Atau mungkin lebih tepatnya adalah kehilangan mood dalam menonton film, padahal gairah dalam menulis sedang bagus-bagusnya. Dari koleksi film dalam “gudang persediaan” juga tidak ada yang sanggup menjadi mood-booster. Maka sekilas terpikirkanlah ide untuk melanjutkan TOP 5 yang sempat terbengkalai ini.

TOP 5 BENCH SCENE


Kira-kira dalam sebuah film, lokasi apa yang biasa terdapat adegan paling ikonik ?. Banyak, baik itu bar, kamar tidur, restoran, bahkan hingga toilet. Dari sekian lokasi yang sering digunakan dalam film, saya paling menyoroti mengenai bench (bangku) ini. Tidak sedikit memang saya menemukan beberapa film yang berisi adegan percakapan karakternya sambil duduk di atas bangku. Di antaranya juga sampai mendapat predikat paling ikonik sebab adegan itu seolah memiliki daya magis yang luar biasa.

TYRANNOSAUR [2011]

Jangan terjebak akan judul hingga poster dari film ini. Meski menggunakan nama salah satu dari dinosaurus, tapi film ini sama sekali tidak bercerita mengenai kadal besar tersebut. Semua akan kembali pada interpretasi penonton bagaimana menerjemahkan judulnya. Meski di dalamnya filmnya disebut beberapa kali, tapi saya pribadi lebih suka bila judulnya merupakan arti secara metafora. “Tyrannosaur” karya debut dari Paddy Considine ini sebetulnya merupakan drama yang bercerita mengenai pergolakan batin seorang manusia. Di mana ketika mereka menahan amarah hingga di ambang batas, hal-hal yang tidak terduga nyatanya mampu terjadi.

Senin, 14 September 2015

REAR WINDOW [1954]

**FILM SUPER**

Satu lagi karya besar dari seorang “Master of Suspense” yang wajib ditonton dan begitu dikenal luas ini. Sama dengan karya Alfred Hitchcock yang lainnya, “Rear Window” tentunya tidak lepas dengan unsur thriller dan suspense. Tidak hanya itu, film yang dibintangi aktor legendaris James Stewart ini bahkan memiliki ciri khas yang unik bila dibanding film-film Hitchcock lainnya terutama dari penggunaan set lokasi. Eksplorasi karakter yang menarik terutama dari relasinya dengan karakter yang lain membuat saya begitu menyukai film ini. Itu memang salah satu keahlian yang dimiliki oleh Hitchcock selain kelihaiannya dalam menciptakan atmosfir menegangkan bagi penonton hingga permainan dari sisi psikologis.

Sabtu, 12 September 2015

AWAL SUKA FILM

Bagi saya, dua hari tidak menulis merupakan waktu yang cukup lama, mengingat seringnya saya dengan hobi baru ini terhitung sejak membuat blog. Tidak tahu mengapa, saya merasa mulai nyaman sekali dengan tulis menulis, meskipun kualitasnya tidaklah sebagus blog ulasan film lainnya. Rasanya jari-jari ini gatal sekali bila sehari tidak menulis. Baik, cukuplah curhatan singkatnya. Dalam tulisan kali ini saya hanya sekedar ingin berceloteh mengenai awal perjalanan bisa mengenal film. Saya memang cukup sering menonton film, meski tidak bisa disebut juga sebagai freak, sebab jumlah yang saya tonton pun masihlah sedikit. Apalagi pengetahuan lebih rinci mengenai sejarahnya, orang-orang terkenal di baliknya, hingga judul-judulnya sendiri mungkin masih amat sangat sedikit.

Rabu, 09 September 2015

TED 2 [2015]

Sejak perkenalan pertama lewat si boneka beruang yang doyan mengumpat ini, saya langsung sangat menyukai karakter ini. Tidak tanggung-tanggung, tiga kali menonton filmnya pun masih membuat saya tertawa terbahak-bahak dengan ulah menggemaskan Ted. Tapi tidak untuk sekuel ini. Ya, saya memang masih tertawa di beberapa momennya, tapi saya akui malas untuk menontonnya lagi. Sekalipun jika harus mengunduh dengan cara gratisan. Melihat kesuksesan luar biasa dari seri pendahulunya (baik komersial maupun kritik), bukan tidak mungkin kalau Ted diharapkan sanggup menjadi ‘mesin pencetak uang’ lagi. Sayangnya, hasilnya adalah masih tetap sama dengan film pertama, dan yang berbeda hanya terletak pada penambahan angka “2” di judulnya dan hengkangnya Mila Kunis.

Selasa, 08 September 2015

EVERLY [2014]


“Everly” tidak ubahnya film female vigilante dengan aroma grindhouse seperti layaknya film-film milik Quentin Tarantino. Benar saja, “Everly” memiliki senyawa dari “Dwilogy Kill Bill” (2004) yang keduanya juga bercerita mengenai seorang wanita yang memberontak pada kelompok yang telah menaunginya. Joe Lynch mengusung kembali konsep tersebut ke dalam film ini namun tidak lantas mengulang sepenuhnya yang pernah ada. Dengan kreatifnya ia menggunakan single location berupa ruang apartemen sebagai battlefield untuk sekuen aksinya. Salma Hayek yang memiliki kharisma wanita seksi pun sangat pantas disematkan di posisi leading role.

Senin, 07 September 2015

LOVE AND MERCY [2014]

“Love and Mercy” merupakan biopic dari Brian Wilson, musisi dan produser rekaman ternama dari California. Ia juga merupakan co-founder dari band terkenal, “The Beach Boys” yang telah menelurkan salah satu album terbaik sepanjang masa berjudul “Pet Sounds” tahun 1966. Apa yang membuat Brian Wilson begitu diakui sebagai musisi jenius adalah dari caranya yang tidak biasa dalam mengaransemen lagu. Baik itu dari komposisi nada maupun penambahan sound tidak lazim di tiap lagunya, seperti bunyi hewan, bel sepeda, hingga klakson mobil. Inspirasi dalam bermusiknya pun unik dimana ia sering mendengarkan lantunan bunyi-bunyi ajaib yang tiba-tiba terdengar di telinganya.

Minggu, 06 September 2015

A SERBIAN FILM [2010]


Apa yang membuat saya begitu ingin sekali menonton film ini adalah demi membuktikan apa yang sering didengungkan oleh banyak orang yang menganggapnya sebagai film ‘sakit, gila, menjijikkan, dan tidak beradab’. Tentunya alasan lainnya adalah karena memang saya pribadi penikmat tipikal film semacam ini. Meski begitu sejujurnya sebelum menonton film ini, saya sendiri sempat mewanti-wanti apakah saya benar-benar ingin menontonnya. Walau sempat ragu, akhirnya keputusan pun bulat untuk menontonnya dan hasilnya....?. Mengecewakan. Film debut dari Srđan Spasojević ini rupanya masih jauh dari ekspektasi saya yang mengharapkan film yang benar-benar gila.

MICHAEL BAY ?

Ada apa dengan Michael Bay ?. 

Pertanyaan tersebut pastilah terlintas di pikiran Anda tatkala membaca judul tulisan ini. Ataukah Anda sedang berpikir bahwa saya pengagum berat Michael Bay ?. Emm....tidak juga. Bukan berarti juga saya membencinya. Tidak, untuk apa pula saya membencinya. Toh film-film karyanya sangatlah menghibur, jadi itu tidak mungkin. Lantas, apa maksud dari tulisan mengenai Michael Bay ini ?. Yah, hanya sekedar tertarik saja sebenarnya dengan salah satu sutradara terkenal Hollywood satu ini. Di saat mungkin blogger lainnya tengah menuliskan opininya mengenai sutradara-sutradara ternama lainnya macam Christoper Nolan, Quentin Tarantino, Martin Scorsese, dan lainnya, saya justru menulis mengenai sutradara yang selalu panen kritik negatif atas karya-karyanya ini.

Jumat, 04 September 2015

AS THE GODS WILL [2014]


“As The Gods Will” yang diadaptasi dari manga karya Muneyuki Kaneshiro, “Kami-sama no Iu Tōri”, merupakan salah satu bentuk kesenangan dari Takashi Miike lewat adegan gila-gilaan layaknya film-filmnya terdahulu seperti “Ichi The Killer” ataupun “Crows Zero”, tapi tidak termasuk “Ninja Kids” dan “Hara-kiri : Death of Samurai” di dalamnya. Bagi yang setia mengikuti karya-karyanya dan tahu betul bagaimana film-filmnya, mungkin tidak akan percaya bahwa ia sempat menyumbangkan tenaganya dalam dua episode “Ultraman Max”. “As The Gods Will” mungkin masih kalah ‘gila’, tapi berhubung ini adalah karya Miike, sangat menjanjikan tentunya bahwa kita akan menikmati berbagai macam kebrutalan fatal nan menghibur.

Kamis, 03 September 2015

THE SEARCHERS [1956]

**FILM SUPER**
Sebagai penikmat film western, tentunya sangat menggembirakan bila memiliki kesempatan untuk bisa menonton versi klasiknya. Terutama film yang dibintangi oleh aktor ikonik western seperti John Wayne ini. “The Searchers” yang disutradari oleh John Ford (beberapa kali berkolaborasi dengan John Wayne) ini tampak semakin istimewa lagi mengingat dibuat dengan format Technicolor yang bisa dibilang dapat dihitung jari untuk film-film keluaran era tersebut. Hasilnya tampak sangat mengagumkan dari segi visual (berwarna), begitupun dengan kualitas cerita berikut aksi seru yang disuguhkan. Maka tidak mengherankan bila “The Searchers” menjadi salah satu film ­western terbaik yang pernah dibuat. Tanpa membedakan menurut genre, tidak diragukan lagi “The Searchers” adalah satu dari sekian film terbaik yang pernah ada.

Rabu, 02 September 2015

DRAGON BALL Z : RESURRECTION 'F' [2015]


“Resurrection F” sendiri adalah kelanjutan dari movie “Dragon Ball” sebelumnya, “Battle of Gods” (2013). Apa yang membedakan dua movie ini dibandingkan dengan pendahulunya adalah ditangani sendiri oleh sang kreator, Akira Toriyama. Dengan campur tangannya sang mangaka (komikus), tentunya akan diharapkan sebuah sajian super seru lewat pertarungan-pertarungan maha dahsyat seperti yang sering kita lihat di tv series-nya. Jika dalam “Battle of Gods” kita diperkenalkan dengan dua sosok baru yang masih asing, Beerus dan Whis, maka saatnya kita bernostalgia dengan salah satu villain legendaris dari anime “Dragon Ball” ini. Siapakah dia ?. Tentunya sudah terjawab melalui poster dan bahkan judulnya sendiri.