Kamis, 30 Juli 2015

PARASYTE: PART I [2014]


“Parasyte : Part I” diadaptasi dari manga berjudul sama karya Hitoshi Iwaaki di tahun 1988 – 1995. Sebagian besar pengulas film Jepang adaptasi tidak pernah lepas dari mengkomparasikannya dengan versi aslinya, baik itu manga ataupun anime. Berhubung saya tidak pernah membaca versi manga ataupun menonton anime-nya, saya ingin mengulasnya hanya sebatas sudut pandang terhadap live-action ini saja. “Parasyte” yang bergenre body horror dan gore ini sangat banyak mengingatkan saya pada “The Thing”, (1982). Bedanya, “Parasyte” banyak menggunakan efek CGI untuk memvisualisasikan wujud parasyte-nya, seperti “The Thing” remake (2011), daripada practical effect pada versi asli. Tapi tetap saja efek disgusting yang dihasilkan begitu terasa, dan adegan berdarah-darahnya juga sangat mengasyikkan untuk ditonton.

Selasa, 28 Juli 2015

RAGING BULL [1980]

**FILM SUPER**
Saya tidak tahu banyak mengenai olahraga yang bernama tinju. Tidak pernah antusias dengan setiap pertandingannya, apalagi mengidolakan salah satu atletnya. Apa yang saya rasakan ini layaknya penolakan dari Martin Scorsese ketika pertama kali dimintai oleh Robert De Niro untuk membuat biopic dari Jake La Motta ini. Diangkat dari memoir berjudul “Raging Bull : My Story” yang ditulis sendiri oleh La Motta, film ini tidak hanya berkisah mengenai perjalanan karirnya saja, melainkan juga carut marut rumah tangganya. Segala aspek luar biasa dari film ini membuat saya begitu terkesan sehingga sejenak melupakan ketidakpahaman saya dengan olahraga adu jotos ini.

Senin, 27 Juli 2015

CONFESSIONS [2010]


Dalam film bertemakan balas dendam, kebanyakan cara terakhir yang digunakan untuk membalas perlakuan lawan adalah dengan membunuhnya. Sebagian besar penikmat film thriller akan menganggap cara tersebut sudah final dan tidak ada pilihan lain. Singkat, tapi kurang memuaskan. Begitulah kira-kira deskripsi dari saya terhadap kebanyakan film thriller bertemakan balas dendam. Tapi tidak dengan film yang diangkat dari novel tahun 2008 karya Kanae Minato ini. Membunuh dianggap terlalu mudah dan tidak memberikan hukuman berat pada lawan. Lalu dengan cara apa ?. Siksaan psikologis sehingga membuat lawan menderita seumur hidupnya, itulah cara dan premis yang ditawarkan dalam film ini. Serupa dengan karya dari Chanwook Park yang berjudul Oldboy (2003), kejam dan brutal. Tapi tidak mengurangi nilai keindahannya.

Sabtu, 25 Juli 2015

ANT-MAN [2015]

Berharap banyak kah untuk menonton superhero yang dapat mengecilkan tubuh ini ?. Jika saya mendapatkan pertanyaan tersebut, dengan tegas saya jawab “tidak”. Walaupun ekspektasi awal tidaklah besar, bukan berarti Ant-Man tidak layak tonton. Sebagai hiburan berupa popcorn movie, boleh saja. Bagi yang sering mengikuti Marvel Cinematic Universe, mungkin sosok Ant-Man dengan alter ego bernama Scott Lang ini masih sangat asing sekali. Padahal jika berdasar pada komik, bisa dibilang bahwa Ant-Man merupakan salah satu former dari The Avengers, bersama sang side-kick, The Wasp. Maka tidak heran bila pengembangan dari Ant-Man sendiri sudah dimulai sejak tahun 2006. Sayangnya, si manusia semut yang naskah awalnya ditulis oleh Edgar Wright dan Joe Cornish ini justru berakhir kurang ‘menggigit’. Berbanding terbalik dengan basic dari semut yang memang suka menggigit.

Kamis, 16 Juli 2015

WE ARE STILL HERE [2015]

Jangan berpikir bahwa ini adalah film drama family murni. Memang, elemen ‘keluarga’ ada dalam film ini, bahkan itulah yang coba ditekankan. Sang sutradara, Ted Geoghegan, mengaku terinspirasi oleh Lucio Fulci yang dijuluki sebagai The Godfather of Gore. Dari situ, tentunya Anda sudah bisa menebak apa genre dari film ini. Ya, benar sekali, gory horror. Film ini cukup memberikan efek seram dan kaget pada saya, ditambah penggunaan gaya old-school khas era 70-an, membuat nuansa lebih terasa suram. Apa yang membuat saya begitu mengapresiasi Geoghegan dalam film adalah terletak pada kehebatannya dalam membangun aura yang mencekam, sekalipun menggunakan setting yang tidak lazim.

Rabu, 15 Juli 2015

TOP 5 AIRPORT SCENE


<Mungkin Mengandung Spoiler>

Saat menonton film, saya sering memperhatikan beberapa adegan menarik lengkap dengan latar yang juga familiar digunakan di film-film lainnya serta mengumpulkannya. Seperti toilet scene dengan Full Metal Jacket (1987) atau Psycho (1960). Karena untuk toilet scene belum selesai sepenuhnya saya kerjakan, maka alternatif lainnya adalah airport scene yang telah terkumpul sesuai dengan yang saya favoritkan (dan yang masih ingat jelas tentunya). Saya sengaja menggunakan kata “terfavorit” daripada “terbaik”, karena ini sepenuhnya sesuai dengan pilihan subjektif. Lagipula, masih banyak lagi film yang belum sempat saya tonton. Berikut 5 airport scene terfavorit beserta honorable mentions-nya :

Selasa, 14 Juli 2015

SPRING [2014]

Sebenarnya cukup sulit menuliskan ulasan tentang film ini. Kesulitannya terletak pada bagaimana saya harus menyajikannya dengan informatif dan menarik, atau tanpa saya sadari justru menyerempet ke arah spoiler yang tentunya akan merusak keindahan dari film ini sendiri. Film garapan Justin Benson dan Aaron Moorhead ini memiliki multiple genre yang dikemas dengan begitu rapi dan unik. Ya, sangat unik. Di saat Anda telah hanyut pada salah satu genre yang terasa, film ini langsung saja menarik Anda dengan keras untuk merasakan genre  yang lain pula. Tiap genre yang ada, tidak dibuat hanya sekedar tempelan semata, melainkan dibangun dengan kuat sehingga atmosfir dari masing-masing genre terasa pekat. Tapi tetap hanya satu genre saja yang menjadi pondasi paling kuat dari kesemuanya.

Senin, 13 Juli 2015

SLOW WEST [2015]

Bicara soal film western, inilah genre yang begitu tegas menampakkan sisi kerasnya kehidupan. Semakin keras lagi ketika latar berupa hamparan rumput yang tandus, gurun yang panas, dan tebing-tebing bebatuan. Sesuai dengan latar yang digunakan, western tidak luput dari aksi brutal manusia yang saling tembak, kejar-kejaran dengan kuda, atau justru ganti dikejar oleh suku lokal. Karya debut dari John Maclean yang berjudul Slow West ini adalah bentuk pengemasan baru dari western dengan ditambah coming-of-age romance menjadikannya lebih stylish tanpa mengubah pakem dari western itu sendiri. Walaupun ada unsur romance, Slow West tidak tampil begitu melodramatis. Para pria macho dengan pistol pun masih banyak berkeliaran di sini.

Minggu, 12 Juli 2015

MAGGIE [2015]

Zombie Apocalypse masih menjadi favorit bagi sebagian besar penikmat film horror. Adegan berdarah-darah dan kejar-kejaran dengan mayat hidup ini seakan tidak pernah lekang oleh waktu, meski berapa kalipun diolah menjadi sebuah film. Di situlah letak kesulitan dalam membuat film-film zombie, yaitu bagaimana menciptakan ritme agar tidak membosankan bagi penontonnya, walaupun harus berpegang pada pakem yang selalu pasti ada. “Maggie”, mencoba untuk memberikan taste yang berbeda pada film zombie dengan lebih menekankan pada unsur drama yang begitu kuat dan meminimalisir adegan keroyokan para zombie. Demi mengikat atensi, nama-nama besar pun turut digandeng seperti Arnold Schwarzenegger dan Abigail Breslin yang sebelumnya bermain di Zombieland (2009).  

STUNG [2015]

Apa yang ada dalam pikiran Anda ketika mendengar film kelas B yang bertemakan hewan hasil mutasi serta pemangsa manusia ?. Cerita yang konyol dan akting kacangan, mungkin menjadi salah satu jawabannya. Tapi jangan salah, di balik film tipikal seperti itu, ada semacam guilty pleasure  di dalamnya. Kelucuan demi kelucuan tidak sedikit hadir dari tingkah bodoh karakter di dalamnya yang mampu mengundang tawa renyah. Apalagi dipadu practical effect yang mengagumkan dan tampak nyata jika dibanding dengan CGI, meski terkadang memunculkan perasaan jijik bagi yang tidak terbiasa menontonnya. Sesuai judulnya yang berarti ‘tersengat”, film ini bercerita tentang serangan tawon hasil mutasi yang memangsa banyak manusia.

Jumat, 10 Juli 2015

MONSTER [2003]

Zodiac (2007), Vengeance is Mine (1979), dan Monster ini adalah sebagian dari film yang diangkat dari kisah nyata seorang serial killer yang pernah saya tonton. Monster berkisah tentang serial killer bernama Aileen Wuornos yang telah membunuh sekitar tujuh orang dan dieksekusi mati pada tahun 2002, tidak berapa lama kemudian biopic-nya ini pun rilis. Dari referensi yang saya dapat dan kemudian saya bandingkan, banyak beberapa hal yang memang berbeda, termasuk nama-nama karakternya. Apa yang ingin saya ulas di sini hanyalah berdasar dari sudut pandang saya terhadap film arahan Petty Jenkins ini saja, tanpa mengkaitkannya dengan kemurnian ceritanya. Pastinya, banyak adegan didramatisir untuk mendapatkan unsur entertaining-nya.

Rabu, 08 Juli 2015

LIKE FATHER LIKE SON [2013]


Sutradara kenamaan asal Jepang, Hirokazu Koreeda, memiliki ciri khas yang kuat dengan karya yang family oriented, termasuk dengan poster film rilisannya. Karya sebelumnya yang pernah saya tonton, Still Walking (2008), cukup menjadikan pembuktian bahwa Koreeda banyak mengangkat dilema yang terjadi dalam lingkungan keluarga dan tidak lupa turut menekankan karakterisasi yang kuat di dalamnya. Like Father Like Son memiliki konsep cerita yang sangat mungkin membuat Anda mengernyitkan dahi, yaitu tentang seorang anak yang tertukar. Anda mungkin sangat familiar dengan cerita seperti ini. Tapi, di tangan Koreeda, film ini dikemas dengan sangat baik dan konflik yang hadir dieksplorasi lebih dalam lagi.

THE BABADOOK [2014]


Belakangan ini, sepertinya film horror mulai berkembang dengan sedikit-sedikit mengurangi jump scare murahan yang mulai usang. Seperti beberapa waktu lalu, It Follows (2014) berhasil memberikan nuansa baru sebagai film horror yang tidak hanya menyeramkan, tapi juga fresh meski kita sadari konsepnya cukup konyol. Film asal Australia karya Jennifer Kent yang berjudul The Babadook ini mengulangi hal yang sama dengan meminimalisir penggunaan jump scare  dan lebih banyak bermain dengan creepy sound. Dalam beberapa aspeknya, The Babadook bahkan jauh mengungguli It Follows, terutama dari aspek karakterisasinya.

analisa poster HARD CANDY [2005]

Berikut ini adalah analisa saya mengenai poster film HARD CANDY yang dapat ditinjau dari aspek visual, tipografi, dan warna. Dari hasil analisa tersebut, nantinya kita akan mencari tahu genre atau bercerita tentang apa film dalam poster tersebut.

Senin, 06 Juli 2015

THE AGE OF ADALINE [2015]

Kisah seorang manusia yang tidak mengalami penuaan pernah saya tonton dalam film yang dibintangi Chloë Moretz, Let Me In (2010). Karakter dalam komik Marvel, Wolverine, juga mengalami hal yang sama. Tapi, penceritaan drama romansa Age of Adaline ini tentu tidak bisa disamakan dengan film superhero tersebut. Konsepnya sama, manusia yang tidak bisa menua, kemudian terjebak cinta dengan sosok yang sangat jauh lebih muda. Terdengar klise ?. Boleh saja jika berfikir seperti demikian, tapi Age of Adaline tidak lantas dikemas dengan cheesy. Meski fiksi ilmiahnya (atau fantasi, mungkin) terasa lemah, lika-liku kisah romansanya lah yang menjadi kekuatannya.

TIMBUKTU [2014]

Kelompok agama radikal adalah kelompok-kelompok penebar teror yang dengan seenaknya mengatas namakan dirinya dengan suatu agama tertentu. Tidak hanya satu agama saja bahkan, banyak agama yang ada telah dicemarkan oleh kelompok radikal tersebut. Berbagai aturan yang ada dalam agama pun disalahgunakan tanpa memiliki pengetahuan lebih akan hal itu. Dengan cermatnya, Abderrahman Sissako memanfaatkan isu yang sedang marak tersebut untuk membuat film ini. Sesuai judulnya, film ini bersettingkan Kota Timbuktu yang ada di Mali. Pada tahun 2012, kota ini sempat dikuasai oleh kelompok radikal bernama Ansar Dine.     

Minggu, 05 Juli 2015

FLASH GORDON [1980]

Flash Gordon diangkat dari komik strip karya Alex Raymond tahun 1934. Flash Gordon versi movie ini dibuat dengan camp style, gaya penceritaan yang memiliki kesamaan dengan Batman TV Movie yang dibintangi oleh Adam West. Meski menggunakan style yang sama, Flash Gordon tidak lantas dengan totalnya menampilkan kekonyolan dan kebodohan secara eksplisit seperti apa yang sebelumnya dicontohkan oleh Batman TV Movie di tahun 1968. Unsur keseruan dan ketegangan masih menyelimuti kuat sci-fi adventure ini, walaupun akting yang dihadirkan jauh dari kata ‘bagus’.

Jumat, 03 Juli 2015

THE KILLING [1956]

**FILM SUPER**

Pernah melihat perampok dirampok ?, mungkin hanya ada di film feature-length ketiga dari Stanley Kubrick ini. The Killing adalah film crime noir yang diangkat dari novel berjudul Clean Break karya Lionel White. Seperti ulasan saya sebelumnya tentang film noir dari Alfred Hitchcock, Strangers on a Train (1951), The Killing juga banyak mengangkat aspek ambigu moral dan motivasi seksual (sebagai tujuan dari tindak kriminal) di dalamnya. The Killing menceritakan tentang lima orang yang berencana merampok uang sebesar $2 juta dari arena pacuan kuda, dan hanya ada satu dari kelimanya yang merupakan perampok profesional.

Kamis, 02 Juli 2015

MOMMY [2014]

Xavier Dolan punya cara unik dalam menampilkan hubungan yang hangat antara seorang ibu dengan anaknya. Bukan lewat tutur kata santun seperti seharusnya, melainkan lewat kata-kata kasar dan tidak jarang pertengkaran-pertengkaran yang tidak lazim dilakukan antara ibu dan anak pada umumnya. Tapi di balik itu, sosok ibu dan anak yang diciptakan Dolan ini begitu saling menyayangi dan melindungi, bahkan mungkin melebihi hubungan ibu dan anak yang ‘normal’ di luar sana. Dengan rasio gambar 1 : 1, semakin menambah keunikan dalam film ini.