Minggu, 17 Juli 2016

GREEN ROOM [2015]

“Green Room” adalah bingkisan berisi semangat musik punk dari sutradara Jeremy Saulnier. Dan juga, ini adalah film yang menggambarkan brutalitas kaum skinhead (semua anggotanya berkepala plontos) yang selalu didentikkan dengan kebangkitan Nazi. Banyak orang menyebutnya sebagai “Neo-Nazi.”

Skinhead adalah sub-kultur yang pertama kali lahir di Inggris di era tahun 60-an. Terdiri dari kaum kelas menengah hingga atas, mereka adalah komunitas yang memiliki gaya hidup dan pemikiran tersendiri. Banyak beranggotakan para pekerja kasar, seringnya mereka dipandang berperangai keras. Tidak heran mereka kemudian sering diasosiakan dengan Nazi.

Jeremy Saulnier memakai pandangan masyarakat tersebut dalam “Green Room.” Ia juga menampilkan bagaimana perpaduan antara skinhead dengan Neo-Nazi menghasilkan kekerasan amat liar. Tentu di sini kita akan melihatnya dalam wujud sebuah hiburan.

Sub-kultur skinhead memang dekat dengan aliran musik punk. Namun tidak menutup kemungkinan para penganutnya memilih aliran musik yang lebih bervariasi. Untuk film ini, Saulnier menggunakan sebuah band punk sebagai media penuturannya. Terdengar cukup menarik sepertinya.

Band punk ini terdiri dari empat anggota, Pat (Anton Yelchin), Sam (Alia Shawkat), Reece (Joe Cole), dan sang vokalis Tiger (Callum Turner). Mereka mengadakan promo melalui sebuah radio lokal, yang kemudian menuntunnya ke sebuah klub. Bukan sebuah klub biasa, rupanya. Berlokasi di tengah hutan terpencil di kawasan Oregon.

Selepas menampilkan performa, Pat kembali ke green room untuk mengambil ponsel milik Sam. Gila! Pat melihat seorang gadis tewas dengan tikaman pisau di kepalanya. Berusaha lari untuk menelepon polisi, Pat berhasil dihentikan si tukang pukul. Masalah besar tengah menimpa para pemuda ini.

Mereka kemudian ditawan di dalam green room itu. Bersama dengan mayat si gadis dan teman wanitanya, Amber (Imogen Poots). Mereka tak bisa keluar begitu saja. Tukang pukul yang lebih besar dan garang, menghadang di depan pintu. Dia menjaga Pat dan lainnya untuk tidak membeberkan pada polisi.  

Sang pemilik klub, Darcy (Patrick Stewart), datang. Ia muncul dengan wajah penuh kemarahan dan kekhawatiran. Dia tak ingin polisi ikut campur urusan ini. Tentu ini mengindikasikan ada sesuatu yang besar di baliknya. Sesuatu yang jauh lebih besar dari sekedar pembunuhan seorang gadis.

Perlu diketahui sebelumnya jika Darcy adalah pemimpin dari Neo-Nazi. Diperankan dengan sangat mengagumkan oleh Patrick Stewart, ia jauh dari kesan akan peran-perannya selama ini. Kejam, berdarah dingin, dan mengintimidasi. Lagipula Patrick Stewart adalah aktor Inggris, pilihan tepat sebagai karakter skinhead.

“Green Room” cukup menjanjikan dalam menghadirkan adegan gore. Darah berceceran hingga daging terkoyak; semua yang Anda butuhkan sebagai penggilanya ada di sini. Tapi sayangnya, “Green Room” lewat naskah yang juga ditulis Saulnier kurang mampu dalam mempertahankan intensitas keseruan. Ada momen dimana terasa menegangkan, di lain justru berakhir mengendor.

Salah satu penyebabnya menurut saya adalah pada kurang totalitasnya adegan gore. Untuk yang jarang menontonnya, “Green Room” mungkin sudah lebih dari cukup membuat ngilu. Sebaliknya, Anda yang mengaku penggila pasti masih merasa kekurangan. Tidak seperti apa yang saya dengar, “Green Room” kurang sadis walau sudah berusaha keras tampil brutal.

Di luar konteksnya, saya ingin mengatakan bahwa “Green Room” menjadi salah satu film terakhir yang dibintangi oleh Anton Yelchin. Paling tidak sejauh ini yang telah dirilis; sebelum “Star Trek Beyond” yang juga rilis di tahun ini. 

Kematian Anton Yelchin memang cukup mengagetkan saya, mengingat “Green Room” banyak didengungkan akhir-akhir ini. Dia banyak bermain dalam film-film independent, sedikit yang pernah saya tonton adalah “Odd Thomas” (2013) dan “Burying The Ex” (2014). Rest in Peace!

7 komentar:

  1. Neo-Nazi punk itu emang udah pergerakan yg semi-establish kok di Amrik, nyatanya ada lagunya Dead Kennedy (yg juga dicover di film ini), "Neo-Nazi Fuck Off!"

    BalasHapus
  2. iya bos, di paruh akhirnya emg terasa mengendur ya..ini saya juga baru ngereview film ini hehe https://horrorsekarepdewek.blogspot.co.id/2016/07/green-room-2016.html btw, tukeran link yak, punyamu sudah saya tambahkan

    BalasHapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus

AYO KITA DISKUSIKAN !