Kamis, 16 Juli 2015

WE ARE STILL HERE [2015]

Jangan berpikir bahwa ini adalah film drama family murni. Memang, elemen ‘keluarga’ ada dalam film ini, bahkan itulah yang coba ditekankan. Sang sutradara, Ted Geoghegan, mengaku terinspirasi oleh Lucio Fulci yang dijuluki sebagai The Godfather of Gore. Dari situ, tentunya Anda sudah bisa menebak apa genre dari film ini. Ya, benar sekali, gory horror. Film ini cukup memberikan efek seram dan kaget pada saya, ditambah penggunaan gaya old-school khas era 70-an, membuat nuansa lebih terasa suram. Apa yang membuat saya begitu mengapresiasi Geoghegan dalam film adalah terletak pada kehebatannya dalam membangun aura yang mencekam, sekalipun menggunakan setting yang tidak lazim.

Anne (Barbara Crampton) dan Paul (Andrew Sensenig) pindah ke rumah baru yang terletak di New England, sebagai jalan untuk menghilangkan kesedihan setelah putranya, Bobby, meninggal akibat kecelakaan. Selama di rumah baru, Annie selalu merasakan kehadiran Bobby, meskipun Paul selalu mencoba menyangkalnya. Perasaan yang tidak tenang, ditambah cerita-cerita aneh dari warga sekitar, membuat Anne menghubungi sahabatnya yang memiliki kemampuan dalam menangani roh halus, May (Lisa Marie) dan suaminya yang seorang hippie, Jacob (Larry Fassenden). Semakin lama, kejadian buruk banyak mereka alami.
Haunted house, jump scare, hingga demonic possession adalah beberapa elemen yang masih membumbui film ini. Tapi saya mencoba untuk mengesampingkan hal-hal jamak tersebut untuk menggali potensi lebih dalam yang dimiliki film ini. Jika berhubungan dengan haunted house, mana bagian yang paling menyeramkan menurut Anda ?. Mungkin basemen atau loteng. Ted Geoghegan masih memanfaatkan cara klasik tersebut, tapi tidak kuno. Ia tahu bagaimana caranya menciptakan suasana yang mencekam, sekalipun setting pada siang hari yang digunakan. Benar, Geoghegan sangat lihat dalam menciptakan perasaan ‘tidak nyaman’ itu dengan permainan curiosity dari karakternya, supaya penonton juga merasa ikut diajak ‘uji nyali’.

Tidak butuh lama, Geoghegan bergegas memperkenalkan kepada penonton wujud dari si ‘penghuni’ asli dari rumah baru yang ditempati Anne dan Paul. Dan yang lebih ekstrimnya lagi, Geoghegan secara eksplisit menunjukkan wujudnya. Pada bagian ini, mungkin tidak semua penonton akan menerimanya dengan rasa kepuasan. Bagi saya pribadi, Geoghegan terlalu ‘berani’ sehingga berpotensi mengurangi tingkat keseraman dan membuatnya harus memutar otak untuk tetap bisa menakuti penonton di bagian pertengahan hingga akhir. Tingkat keseraman memang sedikit berkurang, tapi saya berani menjamin bahwa penonton akan tetap merasakan kekagetan yang ‘menyenangkan’.  

“Tumbal”, kata ini pasti sangat familiar bagi Anda. Geoghegan juga menyelipkan hal tersebut pada karyanya ini. Anda mungkin sudah mulai memahami kaitan dari clue  yang sudah saya berikan, antara haunted house  dengan “tumbal”. Apa yang sedang terjadi di sini, bisa Anda simpulkan sendiri. Bagi saya pribadi, We Are Still Here memang masih jauh dari kesempurnaan. Rentetan tiap adegannya juga terlalu mudah ditebak dan terasa cheesy. Tapi bukan berarti dengan mudahnya film ini akan dicap ‘murahan’. Tidak, sama sekali tidak. Mengapa ?. Sebab Geoghegan bakal menunjukkan amunisi terakhirnya lewat lautan darah di bagian klimaks yang super duper menghibur.

Jika sudah puas dengan perasaan merinding di bagian pertama hingga tengah, maka sudah saatnya Anda diajak untuk lebih gila-gilaan di bagian akhirnya. Tubuh terbakar sampai hangus, kepala gepeng, hingga darah mengalir deras bak air kran akan menghiasi penuntasan film ini. Seru dan mengasyikkan, perpaduan antara CGI dan practical effect-nya dimanfaatkan dengan baik meskipun kita tahu film ini berbujet rendah. Saya akui bahwa film ini memang cukup memuaskan di bagian pembangunan atmosfir dan gory scene-nya, meski tidak bisa dipungkiri masih banyak plot hole yang membuatnya terasa hambar. Sebagai penutup, saya tetap ingin merekomendasikan film ini untuk ditonton. Dan silakan nikmati kejutan-kejutan mengagetkan berupa suara teriakan manusia kesakitan yang akan membuat Anda orgasme.
6,5 / 10

1 komentar:



  1. BAYAR PAKAI OVO GO-PAY PULSA XL = AXIS = TELKOMSEL

    || POKER | DOMINOQQ | CEME | CAPSA | SAKONG||


    Merdeka Deposit Min Rp.50.000 Bonus 4.500 || Merdeka Deposit Min Rp.100.000 Bonus 8.000

    Merdeka Deposit Min Rp.200.000 Bonus 17.000 || Merdeka Deposit Min Rp.500.000 Bonus 45.000


    WhastApp : 0812-9608-9061

    BalasHapus

AYO KITA DISKUSIKAN !