Senin, 01 Februari 2016

MARDAANI [2014]

Saya paling mengapresiasi dimana figur seorang wanita benar-benar ditinggikan selayaknya pria (disebut feminism). Entah itu dalam bidang sastra puisi, musik, atau film. Memang sudah seharusnya derajat wanita dibuat setara dengan pria dan bukan sebaliknya. Di lingkup film, saya cukup sering menemui karakter wanita digambarkan dengan maskulin serta pemberani. Dibanding sebagai objek yang selalu dieksploitasi, wanita di situ mampu menunjukkan bagaimana perannya dalam menjaga keseimbangan dinamika kehidupan.

Di sini saya perkenalkan kepada Anda film berjudul “Mardaani.” Dalam Bahasa Indonesia, kata “mardaani” memiliki arti “wanita maskulin.” Pengertiannya bukanlah wanita tersebut memiliki penampilan fisik dan garang layaknya pria. Akan tetapi ia memiliki kemampuan dan kelebihan yang membuatnya diakui sejajar dengan pria. 

“Mardaani” berkisah tentang seorang inspektur polisi wanita dari divisi kriminal. Ia adalah Shivani Shivaji Roy, diperankan dengan keren oleh aktris India kawakan Rani Mukerji. Mungkin Anda sudah tidak asing lagi dengan aktris yang satu ini. Di “Mardaani,” ia sebagai polisi yang pemberani, idealis, dan ‘bersih.’ Ia tinggal dalam keluarga yang sederhana bersama suami dan seorang keponakan. Sebuah tradisi dalam film, jika protagonisnya merupakan polisi jujur dan bersih, kira-kira konflik apa yang akan digambarkan ke depannya ?

Kasus atau skandal yang melibatkan jaringan besar atau orang-orang berpengaruh adalah jawabnya. Pradeep Sarkar selaku sutradara dan penulis naskah Gopi Puthran memang memasukkan unsur klise semacam itu. Tapi klise tidak lantas membuatnya buruk, bukan ? Di sini Inspektur Shivaji harus mengungkap kasus perdagangan narkoba yang ditengarai oleh sindikat besar. Satu nama telah diperoleh. Sunny Katyal (Anant Vidhaat), seorang pengusaha showroom mobil berhasul diciduk. Namun itu tidak lantas membuat pencarian usai. Ada orang yang lebih ‘tinggi’ mengendalikannya.

Permasalahan yang dihadapi Inspektur Shivaji tidak lantas berhenti di situ saja. Suatu ketika, sahabat keponakannya yang seorang yatim piatu, Pyaari (Priyankan Sharma) diculik. Berawal dari hilangnya Pyaari, Inspektur Shivaji mengungkap adanya perdagangan manusia. Sunny Katyal yang ditangkap sebelumnya juga menjadi bagian dari jaringan kriminal tersebut. Singkatnya, musuh yang tengah ia hadapi memegang bisnis narkoba dan perdagangan manusia.
Di bagian awal dituliskan bila film ini diangkat dari kejadian nyata. Saya tidak tahu kasus sebenarnya yang diangkat dalam film ini. Hanya saja dari apa yang saya resapi, film ini lebih pada mengangkat secara garis besar fenomena gunung es yang melanda India selama bertahun-tahun. Apalagi kalau bukan perdagangan manusia—khususnya wanita. Tidak hanya kali ini saja, bisa dibilang saya cukup sering menonton film India yang di dalamnya mengangkat kasus serupa. Ternyata memang benar, bila India merupakan ‘rumah’ bagi human trafficking. Ada data-data sebagai bukti yang ditampilkan di bagian akhir film sebagai penguat. 

Karena mengandung pesan yang berarti khususnya bagi kalangan wanita India yang masih dalam bayang-bayang teror, “Mardaani” mendapatkan bebas pajak pada pemutaran perdananya di beberapa kota. Adalah Kepala Menteri Shivraj Singh Chouhan yang memberikan kebijakan tersebut. India memang dalam posisi darurat menyoal human trafficking. Oleh karena itu, “Mardaani” berikut film-film yang mengangkat tema serupa, bisa memecut semangat masyarakat untuk tanggap dalam memerangi kejahatan biadab itu. 

Selain padat berisi dengan seruan menarik di dalamnya, “Mardaani” tidak lantas kehilangan unsur hiburannya. Sebagai sebuah film, “Maardani” sangat menghibur selayaknya film-film crime – thriller lainnya. Hanya bedanya di sini sosok wanita begitu dijunjung tinggi sekaligus menegaskan bahwa tidak hanya pria yang sanggup melakukan ini dan itu. Rani Mukerji sebagai Inspektur Shivaji mampu menunjukkan kebolehannya dengan aksi bela diri. Koreografinya ditata dengan stylish. Tapi tetap saja sisi feminim dan keanggunannya masih terpancar jelas. Selain itu, “Mardaani” juga mengajarkan kepada para wanita bahwa era kini sangat penting mempelajari bela diri.

1 komentar:

  1. Saya tidak mahir membahas film. Saya tertarik dengan kalimat Anda Iza Anwar) yang berbunyi: "Saya paling mengapresiasi dimana figur seorang wanita benar-benar ditinggikan selayaknya pria (disebut feminism)".

    Hmmm..(maaf) apakah Anda hidup dilingkungan yang merendahkan wanita?

    BalasHapus

AYO KITA DISKUSIKAN !