<Mungkin Mengandung Spoiler>
Dengan
ramainya film horror yang banyak
menampilkan jump scare, It Follows
karya sutradara David Robert Mitchell ini rupanya memiliki taste berbeda di tengah-tengah ramainya horror tipikal tersebut. Apalagi, ketegangan yang dihadirkan dalam It
Follows lewat terror-terror yang dialami karakter utamanya mampu dirasakan pula
oleh yang menontonnya, dalam hal ini adalah saya sebagai penilai.
Cerita
diawali dengan seorang gadis bernama Annie (Bailey Spry) yang berlari-lari
ketakutan keluar rumah tanpa sebab yang jelas. Melihat keadaan Annie, penonton tentunya
menyimpan pertanyaan dalam hati, “apa yang sebenarnya sedang terjadi?”. Kemudian,
pergilah Annie dengan mobilnya hingga berujung peristiwa tragis menimpanya. Cerita
berganti pada seorang gadis bernama Jay (Maika Monroe) yang menghabiskan
malamnya dengan sang kekasih, Hugh (Jake Weary). Malam itu, mereka berdua
berhubungan seks. Tidak disangka, tiba-tiba Hugh menyekap Jay hingga tidak
sadarkan diri. Setelah sadar, Hugh menceritakan bahwa hubungan seks yang baru
saja mereka lakukan adalah upayanya untuk bisa lepas dari terror makhluk
misterius yang mengejarnya.
Awalnya,
saya melihat plot film ini begitu konyol dan menggelikan. Berhubungan seks demi
menghilangkan terror dari makhluk misterius ?, yang benar saja. Dengan cerita
konyol tersebut, sudah dipastikan bahwa ini merupakan film horror-teenage yang tidak
perlu difikir serius, cukup ditonton saja. Ternyata saya salah menilai. Adegan
pembukaan yang begitu misterius dan mencekam dengan iringan skoring dari
Disasterpeace mampu meruntuhkan penilaian awal saya. Untuk film ‘sekelas’ ini,
It Follows boleh diperhitungkan sebagai film horror yang punya banyak cara jitu untuk menakuti penontonnya. Dengan
tempo penceritaan yang cukup lambat dan tone
yang gelap, David Robert Mitchell mampu membangun atmosphere yang mencekam, tanpa harus membumbuinya dengan banyak jump scare.
Sesuai
dengan judulnya, film ini bercerita tentang makhluk misterius yang selalu
meneror dengan mengikuti korbannya, yaitu Jay. Kegusaran semakin menjadi-jadi
ketika wujud dari makhluk misterius tersebut tidak dimunculkan, dan kesan
misterius pun semakin kuat. Kemudian, sedikit demi sedikit tabir misteri mulai
dibuka dengan perwujudan makhluk misterius tersebut. Tanpa banyak spesial efek
dan lebih mengandalkan teknik make-up,
wujud yang ditampilkan lumayan creepy,
meski ada salah satu yang menurut saya begitu menakutkan dibanding yang lain. Suasana
semakin ‘tidak nyaman’ ketika pengambilan gambar mengarahkan pada sosok yang
berjalan mendekat, membuat penonton berspekulasi bahwa itulah sosok misterius
tersebut. Meskipun pada akhirnya jawaban bisa “ya” dan “tidak”.
Sebenarnya
yang cukup mengganggu di sini justru adalah karakter dari Jay itu sendiri. Dengan
segala kekonyolannya, ia malah memilih lari menuju ke tempat sepi ketika sosok
misterius mengejarnya, daripada harus berkumpul bersama teman-temannya untuk
memberikan suasana aman. Tapi jelas sekali, hal tersebut merupakan bagian dari
strategi sang sutradara untuk ‘menggiring’ suasana yang jauh lebih mencekam. Bagi
saya, di situlah letak kekurangannya. Seakan-akan tidak ada cara lain yang lebih
cerdas untuk mengumbar suasana mencekam daripada sekedar membuat kekonyolan yang
tercipta dari karakternya.
Rasa
penasaran luar biasa yang dibangun di awal-awal rupanya mulai surut ketika
sosok “It” atau makhluk misterius itu digambarkan secara eksplisit sebagai
(katakanlah) setan yang dapat menyerang secara fisik, daripada setan yang
bersifat unknown atau yang hanya
dapat menyerang secara psikis. Terbukti, ketika Paul (Keir Gilchrist) mencoba melindungi
Jay, ia malah terlempar jauh oleh serangan makhluk tersebut. Bagian ini cukup
krusial sekali menurut saya, karena apa yang saya harapkan sebelumnya bahwa
makhluk peneror ini merupakan ancaman-ancaman yang bersifat psikologi dan hanya
menyerang Jay dan Hugh yang termasuk dalam lingkaran tersebut. Meski rasa
penasaran saya mulai turun di sini, tapi setidaknya ketegangannya masih terasa,
meski tidaklah sebesar di menit-menit awal.
Beberapa
kritik telah menginterpretasikan kata “It” sebagai penyakit AIDS yang melanda akibat
hubungan seks bebas. Memang boleh saja jika berinterpretasi dengan hal
tersebut. Tapi saya juga ingin menambahkan dengan interpretasi saya sendiri bahwa
sebenarnya ada sedikit unsur love &
sex yang terselip di sini, mungkin tidak terlalu terasa. Di bagian akhir,
kita akan melihat Jay bergandengan tangan dengan Paul, yang mengindikasikan
bahwa mereka berdua telah memiliki sebuah relationship,
dan sebelumnya mereka berdua telah melakukan hubungan seks. Dibandingkan dengan
Hugh dan Greg (Daniel Zovatto) yang sebelumnya juga telah berhubungan seks
dengan Jay, Paul adalah sosok yang tulus mencintai Jay. Dari sini, It Follows
mencoba untuk mengkritisi mereka yang sex
addict dengan berganti-ganti pasangan, dan mengarahkan untuk ke ‘jalur yang
benar’ dengan melampiaskannya hanya pada pasangan yang benar-benar dicintai. Mungkin
saja.
ATAU
7 / 10
Promo Bonus: UANG TUNAI
BalasHapus- Bonus UANG TUNAI Extra 10% (New Member)
- Bonus UANG TUNAI Extra 5% (Setiap harinya)
- Bonus UANG TUNAI RakeBack Tanpa Minimal T.O (HOT Promo)
- BONUS SAHUR UANG TUNAI
Bonus Sahur Khusus di jam 03.00 s/d 06.00
- BONUS NGABUBURIT UANG TUNAI
Bonus Ngabuburit Khusus di jam 17.30 s/d 20.30
WhastApp : 0812-9608-9061
Lnk : WWW. POKERAYAM. TOP
langsung bisa coba dahulu dengan nominal deposit Rp 10.000,-kamu tidak akan menyesal bergabung dengan VITAPOKER. Selamat Bergabung dan Salam Jackpot !
BalasHapusPromo Terbaru Poker Online – Promo Menjelang Ramadhan Pokervita 1440 Hijriah
KLIK SINI LANGSUNG!!!
Informasi Lebih Lanjut:
| Whatsapp : +62 812-222-2996
|lINK KAMI di : WWW.POKERVITA.VIP
Suka bgt sama film ini.hororx beda dgn film horor yg lain.pokoknya top abiss👍👍
BalasHapus