Senin, 14 Maret 2016

VERTIGO [1958]

**FILM SUPER**


Bila mendengar nama Alfred Hitchcock, maka yang teringat adalah “Psycho” (1960) yang sering disebut sebagai karya terbaiknya. Tapi di luar “Psycho”, jangan lupakan pula “Vertigo” yang bercokol di posisi atas dan layak disebut pula sebagai karya besarnya. Baik untuk “Psycho” atau pun “Vertigo,” keduanya adalah karya ternama dari Alfred Hitchcock. Keduanya juga memberi pengaruh yang besar bagi dunia perfilman di masanya. Maka jika disuruh memilih, manakah dari keduanya yang pantas untuk menjadi film terbaiknya?

“Vertigo” adalah suspense – thriller yang sudah menjadi maskot bagi Hitchcock. Di dalam banyak film-filmnya, ia sering mengangkat hubungan romansa yang tidak jarang berakhir tragis atau kepahitan di sisi lainnya. Mungkin istilah “noir” lebih mudah diambil untuk menggambarkan keadaan itu. Yah, itulah yang juga ada dalam “Vertigo.”
Film ini ditulis naskahnya oleh Alec Coppel dan Samuel Taylor. Diangkat dari novel Prancis berjudul “D’entre les Morts” tulisan Pierre Boileau dan Thomas Narcejac. Bercerita mengenai pensiunan detektif yang terjebak dalam hubungan cinta dengan istri dari kliennya. Ia adalah John Ferguson (James Stewart)—kerap dipanggil “Scottie” oleh orang-orang terdekatnya. Ia pensiun dari tugasnya setelah kematian rekan kerjanya yang jatuh dari atap bangunan. Ia merasa bersalah tidak bisa menolongnya karena mengidap acrophobia

Rasa bersalah Scottie tertanam kuat di kepalanya. Akibatnya, ia kini sering merasakan vertigo. Sebagai pelipur lara, ia sering berkunjung ke apartemen Midge Wood (Barbara Bel Gedes)—sahabat sekaligus mantan kekasihnya. Di tengah masa pensiunnya, Scottie mendapat panggilan dari teman kuliahnya, Gavin Elster (Tom Helmore). Ia meminta Scottie untuk mengawasi istrinya. 

Scottie sudah memantapkan hati untuk pensiun. Otomatis, ia menolak. Namun tekanan dari Elster membuatnya luluh juga. Esok harinya ia mulai memantau istri Gavin Elster yang bernama Madeleine (Kim Novak). Awalnya tidak ada yang aneh dengan Madeleine. Ia berkunjung ke musem yang berhubungan dengan sejarah San Fransisco. Lantas ia juga ke pemakaman kuno, membeli bunga, hingga tinggal sementara di apartemen kuno. 

Segala informasi yang dimiliki Scottie telah disampaikan kepada Gavin. Scottie merasa tidak ada yang aneh dengan Madeleine. Lalu, untuk apa mengawasinya? Gavin kemudian bercerita bahwa sosok dari “masa lalu” berhasil mengendalikan Madeleine seutuhnya. Ketika terbangun di pagi hari, ia menjadi sosok yang sepenuhnya berbeda. Tapi Scottie adalah orang yang rasional, tidak mudah baginya memercayai hal semacam itu. 

Puncak dari kegiatan memata-matai itu adalah tenggelamnya Madeleine di bawah jembatan Golden Gate. Diceritakan bahwa “hantu masa lalu” yang bernasib nahas telah memaksa Madeleline untuk menghabisi nyawanya sendiri. Beruntung, Scottie berhasil menyelamatkannya. Dari gelagatnya, percikan asmara keduanya sudah mampu terbaca.
Sebenarnya, bercerita tentang apakah “Vertigo” ini? Ini adalah film tentang penyesalan dan rasa bersalah di masa lalu. Menjelang akhir, “Vertigo” memiliki twist yang mengejutkan dalam membongkar rahasia karakter di dalamnya. Saya tidak ingin terlalu banyak lagi menuliskannya karena berpotensi menghancurkan kenikmatan dalam menonton film ini. Dan lagi, “Vertigo” juga bercerita tentang seseorang yang terjebak cinta dalam skema permainan.  

Jika Anda kerap membaca latar belakang Alfred Hitchcock, pasti Anda akan mengetahui fakta bahwa setiap aktris yang berperan dalam filmnya memiliki rambut pirang. Bukan begitu? Membicarakan hal itu, “Vertigo” memiliki pesan tersembunyi mengenai seorang pria yang memiliki fetish berupa gaya berbusana seorang wanita. Anda akan menemukannya dalam karakter Scottie. Jika saya pikir lagi, mungkinkah Hitchcock sengaja menanamkan kepribadiannya dalam karakter Scottie? 

Sejauh ini, “Vertigo” adalah film dari Hitchcock yang memiliki pace paling lambat dengan tingkat thriller yang tidak begitu menggebrak. Bagi sebagian besar yang kerap menonton filmnya Hitchcock, “Vertigo” mungkin terasa tidak sebegitu spesial karya lainnya. Butuh kesabaran tingkat tinggi untuk mengikuti alurnya yang cenderung lambat dengan peminimalisiran setiap adegan menegangkan.

Kelebihan yang dimiliki oleh “Vertigo” ada pada beberapa teknik pengambilan gambar canggih di dalamnya. Teknik yang saya maksudkan adalah “the vertigo effect” yang mampu membuat gambar serasa zoom in and out seolah penonton sedang merasakan sakit vertigo. Dan ada lagi sebuah sekuen ketika Scottie mendapat mimpi buruk, beberapa teknik animasi dan spesial efek diterapkan dengan sangat baik. Mengejutkannya, sekuen mimpi buruk itu cukup mampu membuat saya merasakan pusing dan lebih memilih untuk melewatinya.

Meski “Vertigo” menyandang predikat sebagai salah satu film besar yang pernah dibuat, saya merasakan sedikit cacat di film ini. Ada sebuah adegan dimana Judy Barton (diperankan juga oleh Kim Novak—seorang gadis muda yang kemudian dikencani Scottie) menuliskan surat sebagai pembuka rahasia karakter, tidak seharusnya dimasukkan ke dalam film. Walau adegan itu asli dalam novel, bagi saya kemunculannya sedikit mengurangi ketegangan dalam film.

Alfred Hitchcock awalnya sudah menolak untuk memotong adegan tersebut—salah satu bukti kejeniusannya. Saya pun setuju dengan pendapat awalnya itu. Tapi karena permintaan dari banyak pihak yang terlalu “mengatur,” ide cemerlang itu urung dilaksanakan. Biar bagaimana pun, cacat kecil itu tidak cukup membuat “Vertigo” menurun kualitasnya. Namun dari kekurangan itu, setidaknya saya bisa dengan mudah memilih “Psycho” sebagai film terbaik Alfred Hitchcock.     

3 komentar:

  1. ZOOTOPIA
    to watch online at
    http://movielive.pe.hu/?id=2948356


    DEADPOOL
    to watch online at
    http://movielive.pe.hu/?id=1431045

    BalasHapus
  2. ZOOTOPIA
    to watch online at
    http://movielive.pe.hu/?id=2948356


    DEADPOOL
    to watch online at
    http://movielive.pe.hu/?id=1431045

    BalasHapus
  3. Vertigo salah satu film kesukaan saya, begitu juga Physcho. Pas nyari2 info, produsernya ternyata sama, Alfred Hitschcock. Saya gak kebayang ada film2 yg diliris tahun 1958 dan 1960 itu masuk dalam jajaran kategori the greatest movie all of time dibandingkan sama film2 thriller zaman skarang yang kebanyakan menarik hanya karena kebanyakan visual effect tapi tidak didukung dgn alur cerita yg menarik.

    BalasHapus

AYO KITA DISKUSIKAN !