Kamis, 09 Juni 2016

JAMES WHITE [2015]

Ada fakta yang menarik di balik cerita yang disuguhkan dalam “James White.” Namun sisi menarik tersebut rupanya mengandung tragic story di dalamnya. Setelah mengetahui alur dari “James White,” kemudian membaca sedikit kisah di baliknya, saya tertegun.

Ada perasaan kekaguman akan performa dari para cast, memang. Semua luar biasa, khususnya Christopher Abbott yang mendapat peran sentral di sini. Selain itu, Cynthia Nixon yang memiliki pengalaman pahit layaknya karakter yang ia perankan dalam film ini juga sungguh mengagumkan. 

Untuk berbicara ke arah sana, tidak bisa untuk tidak saya tuliskan sinopsis dari “James White.” Tentang apakah film ini sebenarnya? Judulnya adalah nama karakter dalam film ini sendiri. Dari sana sangat sulit untuk ditangkap apa yang akan coba dikisahkannya.

“James White” boleh dikatakan sebagai semi-autobiografi dari sang sutradara sendiri, Josh Mond. Ia juga yang menulis naskah ceritanya. Sesuai judulnya, filmnya bercerita tentang seorang pemuda bernama James White (Abbott) yang banyak menghabiskan waktunya untuk bersama sang ibu, Gail (Nixon) yang mengidap kanker stadium 4.

James seorang pemuda bebas. Ia banyak luangkan waktunya sekedar minum-minum di bar dan terkadang membuat keonaran. Ia juga memiliki watak yang keras, serampangan, dan sering menyalahkan diri sendiri. Sahabatnya, Nick (Scott Mescudi—rapper yang turut pula menyumbang skoring musik), mungkin adalah yang paling bisa mengerti dirinya selain ibunya.
Kesan akan pandangan awal kita pada James seketika akan berubah saat ia disandingkan dengan ibunya dalam setiap adegan. Keduanya begitu saling menyayangi dan saling membutuhkan satu sama lain. Watak keras James berubah drastis menjadi sosok yang lembut dan mengasihi.

Bukan tanpa sebab James bertingkah laku seperti ini. Ia telah ‘kehilangan’ sosok ayah sejak kecil. Hanyalah sosok ibu tumpuan akan segala kesedihan dan kesepian yang ia alami. Sebuah alasan yang sangat jelas jika pada akhirnya James begitu dekat dengan ibunya. Seolah-olah keduanya tidak akan terpisahkan dengan sebab apa pun.

Sang sutradara Josh Mond menuangkan kisah hidupnya ke dalam “James White.” Ya benar, dia adalah James White itu sendiri. Apa yang Mond coba tuangkan ke dalam cerita adalah masa di mana seseorang menjadi lebih dewasa dan tangguh. Untuk mencapai level ke sana, dibutuhkanlah rasa tanggung jawab yang besar. Dalam hal ini, James ‘dibebankan’ untuk merawat ibunya yang sakit parah.
Setiap manusia pasti memiliki masa di mana ia merasa bebas tanpa beban. Namun pada suatu saat, pasti akan tiba masa ketika ia harus bergulat dengan tanggung jawab dan beban. Dengan adanya hal tersebut, manusia akan berlatih untuk menjadi pribadi yang lebih baik/kuat lagi. Semua itu tercemin pada karakter James White yang tengah bertarung dengan dirinya sendiri. Akankah ia masih seperti pribadi lamanya ataukah ia bersiap menuju perubahan.

James diperankan oleh Christopher Abbott, aktor yang begitu pas dan memang tercipta untuk memerankannya. Keduanya sama-sama berasal dari New York. Christopher Abbott memang belum menjadi aktor yang familiar bagi saya. Tapi perannya di “James White” ini benar-benar telah mencuri perhatian saya. Ia memainkan peran seorang serampangan namun berhati lembut dengan begitu sempurna.

Selain Abbott, Nixon juga memberikan performa cukup baik untuk menyeimbangkan lakonnya. Fakta menarik, atau mungkin lebih tepatnya adalah miris, Nixon rupanya kehilangan sosok ibu yang juga terserang kanker. Entah sebuah kebetulan atau tidak, ia memiliki nasib yang serupa dengan yang dialami Josh Mond. Lebih mirisnya lagi, Nixon juga pernah berjuang menghadapi kanker. Bisa jadi pengalaman pahitnya itu menjadi dorongan untuk menghidupkan karakter Gail dengan baik.

Bagi saya, kekuatan sesungguhnya dari “James White” terletak pada performa para cast yang outstanding. Tidak dapat dipungkiri, Abbott adalah pencuri perhatian di sini. Mungkin sebagai penonton, kita sudah mampu menebak bagaimana akhirnya. Tapi performa para aktor, sanggup menutupi kekurangan di sektor tersebut.

1 komentar:

  1. review Colonia dong mas iza, the best movie in 2016 menurut saya :)

    BalasHapus

AYO KITA DISKUSIKAN !