Minggu, 14 Juni 2015

HEROES OF THE EAST [1978]


Butuh penyegaran ekstra dalam mengatasi kejenuhan akan film-film Hollywood yang cukup sering saya tonton. Saya luangkan khusus untuk hari ini menikmati film-film non-Hollywood demi mencari nuansa, style, dan taste yang baru. Di hari yang cerah ini, pilihan jatuh pada film dari Tiongkok yang dibintangi salah satu aktor legenda martial art-nya, Gordon Liu. Seru, menegangkan, astounding, bahkan lucu di beberapa momennya. Seperti yang sering saya tulis di tiap ulasan, classic martial arts dari Tiongkok selalu memiliki tempat tersendiri di hati saya. Karena dengan menontonnya, saya merasa kembali ke masa kecil yang penuh hiburan seru ini di beberapa stasiun tv.

Seorang pemuda ahli beladiri, Ho Tao (Gordon Liu) menolak keras perjodohan yang dilakukan ayahnya untuk menikahkannya dengan gadis Jepang bernama Yumiko Koda (Yuka Mizuno). Yumiko sendiri merupakan puteri dari rekan bisnis ayah Ho Tao di Jepang. Tapi begitu melihat Yumiko secara langsung, tiba-tiba Ho Tao langsung merasa suka dan pernikahan mereka pun tidak lama digelar. Di awal pernikahan, Ho Tao dan Yumiko nampak rukun-rukun saja. Permasalahan awal muncul ketika Yumiko yang ahli karate ini mulai salah tempat dalam mempraktekkan keahliannya. Adu argumen antara Ho Tao dengan Yumiko pun sering terjadi. Yang membuat Ho Tao begitu kesal adalah Yumiko sering menjelek-jelekkan seni bela diri Tiongkok dan lebih banyak mengunggulkan bela diri Jepang. 

Permusuhan Ho Tao dengan Yumiko awalnya terlihat sepintas seperti bermain-main saja. Tapi lama kelamaan, Yumiko mulai berlaku sangat kasar hingga sempat melukai Ho Tao. Kesombongannya membuat Ho Tao begitu sebal. Yumiko pun kembali ke Jepang, dan di sana ia bertemu kembali dengan teman masa kecilnya yang seorang ahli Ninjutsu, Takeno (Yasuaki Kurata). Berharap Yumiko kembali, Ho Tao mengirimkan surat padanya. Tapi, surat tersebut malah direspon Takeno sebagai tantangan dan penghinaan akan bela diri Jepang. Tidak terima, Takeno bersama 7 ahli bela diri lainnya datang ke Tiongkok untuk beradu kekuatan dengan Ho Tao. Berhasilkah Ho Tao menang dan meluruskan kesalahpahaman tersebut ? Serta akankah Yumiko kembali ke pelukan Ho Tao ?

Untuk urusan martial-art, saya beranggapan bahwa yang ada di film-film Tiongkok klasik (70an-80an) jauh lebih memukau, keren, dan begitu mengena. Bahkan sering, unsur komedi slaptick-nya juga terselip di adegan action tersebut. Hal itulah yang mulai jarang saya temukan di film-film Tiongkok dewasa ini. Misalkan, seperti adegan pertarungan para pendekar di kedai, pasti melibatkan destruksi besar-besaran mulai dari meja dan kursi (sering juga mempermainkan 2 benda ini), tapi kesannya tidak sampai fatal brutal. Meski sedikit, tetap ada saja unsur lucu di dalamnya. Begitu pula yang ada di Heroes of The East ini, sungguh klasik, lucu, dan sangat memorable. Selain itu tidak lupa pula banyak menggunakan pemandangan indah sebagai background tiap adegan pertarungannya yang semakin menambah kesan anggunnya para petarung dari Timur ini. Pemandangan indah yang saya maksud bukanlah pemandangan alam asli, melainkan penggunaan set decorative yang banyak dikerjakan di studio. Berbeda dengan film Tiongkok sekarang yang lebih banyak manipulasi CGI, tapi masih terlihat sangat kasar dengan hasilnya.

Heroes of The East bercerita tentang pertarungan seorang pemuda ahli bela diri bernama Ho Tao dengan sekelompok ahli bela diri dari Jepang. Dalam film-film Tiongkok klasik, saya sangat sering sekali menemui tema pertarungan yang mengkaitkan 2 rumah besar martial-art ini, Tiongkok dan Jepang. Keduanya selalu menjadi rival abadi (bahkan hingga sekarang dari berbagai bidang). Biasanya, cerita yang sering diangkat adalah penjajahan bangsa Jepang yang kemudian membuat para ahli bela diri Tiongkok memberikan perlawanannya dengan berbagai macam jurus dalam kung fu. Dari banyak yang saya tonton, mungkin yang paling saya ingat sampai sekarang adalah Shaolin vs. Ninja (1983) atau The Legend of Fist Fury (1994).  Heroes of The East bisa dibilang memiliki cerita yang tidak cheesy, serta kuat dengan filosofi 2 bangsa yang dibawa ke dalamnya, berbeda dengan film-film lainnya yang cenderung lebih ‘memojokkan’ pihak Jepang sebagai tyrannical conqueror. Memang benar, tapi film ini lebih mengajak berfikir dengan sudut pandang yang lebih luas mengenai keanekaragaman bela diri.

Untuk urusan bela dirinya sudah tidak perlu dikomentari lagi, yang pasti super keren. Apalagi jurus Japanese Crab Fist milik Takeno yang begitu totally awesome!. Tidak mau kalah, Ho Tao pun mengeluarkan jurus Chinese Crane Fist sebagai pesaingnya, meski saya pribadi jauh lebih memilih ‘si kepiting’ yang lucu tapi mematikan. (Maaf) Perlu saya spoiler sedikit bahwa di film ini sama sekali tidak ada karakter yang mati karena pertarungan. Tidak ada pembalasan dendam pula di sini. Karena seperti yang saya tulis sebelumnya, bahwa pertarungan yang diangkat ke dalam film ini memang murni berdasar tantangan antara perwakilan 2 bangsa yang memiliki kelebihan dalam hal bela diri. Meskipun awalnya, tantangan tersebut merupakan sebuah kesalahpahaman. Segala perbedaan akibat pandangan awal antar jenis bela diri itu, mampu disatukan dan saling memberi pengertian satu sama lain.

Kebanyakan, film-film Tiongkok klasik lebih massive di bagian action, daripada harus mengeksplorasi lebih dalam lagi mengenai storyline-nya. Tapi, mayoritas penonton (kemungkinan Indonesia) tidak mau ambil pusing terkait cerita yang dihadirkan, karena yang paling penting action­-nya seru, penonton puas. Nah, Heroes of The East ini adalah segelintir yang memiliki pondasi kuat di cerita, serta seimbang dengan action-nya. Komposisi keduanya begitu pas, tidak hanya menjadikannya seru, lucu, tapi juga penuh meaning untuk selalu menghargai perbedaan dan jangan terlalu ‘mendewakan’ kelompok sendiri. Best Scene dalam film ini tentu saja saat ahli kendo (Riki Harada) berhasil dikalahkan Ho tao, lalu ia serahkan pedangnya sebagai perwujudan semangat bushido. Arti dari Heroes of The East sendiri tidaklah merujuk pada Ho Tao seorang, melainkan juga bagi para penantang dari Jepang. Karena sesungguhnya, keduanya merupakan pahlawan dari masing-masing bangsanya. Adegan ditutup dengan begitu keren dan penuh respect.

ATAU
8,5 / 10

1 komentar:

AYO KITA DISKUSIKAN !