Tidak
ada salahnya bila ingin mencari hiburan lain berupa film animasi yang jauh dari
kesan candaan bergaya Hollywood serta tidak dikemas dengan skala masiv pula.
Untuk ukuran film animasi, saya sering menyukai yang mengangkat tidak jauh-jauh
dari tema keluarga atau persahabatan tanpa menambahkan unsur-unsur seperti robotic
dan action penuh kekerasan. Film animasi seperti itu banyak saya temukan dari
karya-karya Miyazaki Hayao atau dari film animasi Perancis yang indah ini,
Ernest et Célestine.
Di
dalam asrama bawah tanah, terdapatlah tikus-tikus kecil yang setiap malam
selalu menunggu dongengan dari Grey One (Anne-Marie Loop), sang penjaga mereka.
Seolah sudah menjadi doktrin, dongeng yang selalu diceritakan oleh Grey One hanyalah seputar kejahatan beruang yang perlu
diwaspadai oleh para tikus. Para tikus-tikus kecil lainnya mendengarkan dengan
penuh khidmatnya, sesekali diliputi rasa takut ketika Grey One menceritakan
sosok beruang yang terkenal jahat. Di antara para tikus kecil tadi, mungkin Célestine
(Pauline Brunner) yang paling berbeda. Dia asyik sendiri menggambar beruang dan
tikus yang bersahabat, tanpa mempedulikan cerita Grey One yang mungkin sudah
membuatnya bosan karena menjadi rutinitas tiap hari tanpa henti.
Di tempat lain, seekor beruang yang hidup sendiri pagi itu nampak sibuk sekali mencari sarapan dengan mencoba menangkap burung-burung kecil. Sarapan tidak didapat, beruang yang bernama Ernest (Lambert Wilson) tadi malah menyakiti tangannya sendiri ketika hendak menangkap burung kecil tadi. Meski tidak sarapan, berangkatlah ia ke kota untuk mengamen (one man band) sebagai mata pencahariannya. Apesnya, ia malah kena razia dan semua perlengkapan mengamennya disita oleh polisi.
Di tempat lain, seekor beruang yang hidup sendiri pagi itu nampak sibuk sekali mencari sarapan dengan mencoba menangkap burung-burung kecil. Sarapan tidak didapat, beruang yang bernama Ernest (Lambert Wilson) tadi malah menyakiti tangannya sendiri ketika hendak menangkap burung kecil tadi. Meski tidak sarapan, berangkatlah ia ke kota untuk mengamen (one man band) sebagai mata pencahariannya. Apesnya, ia malah kena razia dan semua perlengkapan mengamennya disita oleh polisi.
Seperti
tikus-tikus lainnya, malam itu Célestine mendapat tugas dari dokter
gigi (tikus) untuk mencuri gigi-gigi anak beruang. Dipilihlah rumah seorang anak
beruang yang giginya tanggal di malam itu. Apes juga Célestine, ia ketahuan oleh orang
tua anak tadi dan bersembunyi di dalam tong sampah hingga ketiduran. Paginya,
Ernest yang kelaparan dan tidak bisa mencari uang lagi karena alat mengamennya
disita polisi, berniat mencari ganjal perut di dalam tong sampah. Didapatilah Célestine
yang sedang tidur pulas dan hendak menelannya. Begitu Célestine bangun, dia melarang
Ernest untuk memakannya, dan menunjukkan toko yang penuh dengan permen. Saking laparnya,
Ernest pun menerobos masuk toko tadi dan memakan habis semua permennya hingga
kekenyangan. Pemilik toko permen yang juga ayah dari anak yang giginya akan
dicuri Célestine,
sangat marah begitu melihat Ernest menghabiskan permen di tokonya. Dipanggillah
polisi dan kesialan Ernest bertambah. Dengan melepaskan Ernest, Célestine
berharap Ernest mau membantunya untuk mencuri gigi-gigi yang ada di klinik
dokter gigi, istri dari si pemilik toko permen. Masuklah Célestine
ke dalam mobil polisi tadi, dan melepaskan seluruh ikatan di tubuh Ernest. Bagaimana
kisah mereka berdua selanjutnya ? Bisakah mereka menjadi sahabat sejati yang
awalnya hanya saling memanfaatkan satu sama lain ?
Kisah
yang dihadirkan di Ernest & Célestine sungguh sederhana sekali dan
benar-benar heartwarming menurut
saya. Célestine
adalah sosok tikus kecil yang menginginkan perombakan pemikiran mengenai para
tikus yang selalu menganggap beruang adalah hewan yang ganas dan kejam, begitu
juga dengan Ernest. Célestine selalu menyukai menggambar seekor beruang yang
bersahabat dengan seekor tikus, meski dalam keadaan Grey One sedang
mendongengkan kekejaman para beruang, yang mana keadaannya sangat kontras
sekali.
Keindahan Ernest & Célestine juga seimbang dengan aspek visual berupa goresan-goresan gambar yang indah bak lukisan cat air. Kesederhanaan cerita dituturkan dengan format seperti cerita dongeng, tanpa perlu mengumbar banyak adegan kekerasan. Hal-hal kecil yang seringkali dimunculkan di sini adalah seperti merawat gigi dengan menggosoknya atau menghindari makan-makanan yang manis. Hal-hal kecil itu tidak serta merta hanya menjadi nasihat bagi anak-anak yang menontonnya, tapi juga ke semua kalangan, karena pada dasarnya Ernest & Célestine memang dapat disasarkan bagi siapa saja tanpa memandang usia. Kelucuan-kelucuan dari sepak terjang Ernest & Célestine memang tidak mengundang tawa sampai tingkatan terbahak-bahak, tapi setidaknya senyuman kecil dari para penonton sudah lebih dari membuktikan bahwa film ini penuh dengan komedi yang menghibur dan tidak dipaksakan.
Keindahan Ernest & Célestine juga seimbang dengan aspek visual berupa goresan-goresan gambar yang indah bak lukisan cat air. Kesederhanaan cerita dituturkan dengan format seperti cerita dongeng, tanpa perlu mengumbar banyak adegan kekerasan. Hal-hal kecil yang seringkali dimunculkan di sini adalah seperti merawat gigi dengan menggosoknya atau menghindari makan-makanan yang manis. Hal-hal kecil itu tidak serta merta hanya menjadi nasihat bagi anak-anak yang menontonnya, tapi juga ke semua kalangan, karena pada dasarnya Ernest & Célestine memang dapat disasarkan bagi siapa saja tanpa memandang usia. Kelucuan-kelucuan dari sepak terjang Ernest & Célestine memang tidak mengundang tawa sampai tingkatan terbahak-bahak, tapi setidaknya senyuman kecil dari para penonton sudah lebih dari membuktikan bahwa film ini penuh dengan komedi yang menghibur dan tidak dipaksakan.
Mungkin
nilai yang terkandung di dalam Ernest & Célestine dan dapat dipetik adalah
bahwa tidak selayaknya menilai hanya dari stereotype yang berkembang saja.
Seperti para tikus yang selalu menganggap bahwa para beruang sebagai makhluk
yang buas dan kejam. Tindakan tersebut tentu saja mengeneralisasi suatu
kelompok tertentu. Padahal, mereka sendiri tidak pernah saling mengenal, tapi
bagaimana bisa hanya menilai dari sudut pandang yang begitu dangkal tersebut. Perkenalan
Ernest dengan Célestine adalah titik awal untuk menghapuskan segala
permusuhan yang telah terjadi tanpa diketahui asal muasalnya tersebut. Memang di
sini tidak dijelaskan secara rinci apa yang melatar belakangi kaum tikus dan
beruang begitu bermusuhan. Tapi, sepertinya Benjamin Renner, Vincent Patar, dan
Stéphanie
Aubier selaku sutradara, tidak menginginkan lebih dalam lagi penggalian masa
lalu yang kelam tersebut, melainkan adalah bagaimana menatap masa depan
sehingga hubungan antara kaum tikus dan beruang bisa akur.
Selain memfokuskan pada penyatuan 2 kaum, film ini juga menyoroti latar belakang dari main characternya yang memilih untuk mencari jalan hidupnya sendiri. Seperti Célestine yang bercita-cita sebagai pelukis, tetapi dipaksa harus menjadi dokter. Ia harus membuang waktu berharganya yang semestinya dapat ia alihkan untuk menggambar, malah harus mencuri gigi-gigi di malam hari. Begitu juga dengan Ernest, seluruh keluarganya mengharapkan ia untuk menjadi seorang hakim, tapi dia sendiri memiliki passion di bidang musik. Dengan menekankan pada pencarian jalan hidup tadi, Ernest & Célestine semakin sempurna menjadi sajian bermutu bagi siapa saja yang tengah dalam pencarian jati diri. Semua itu tidak lain juga berupa kritikan bagi mereka, terutama orangtua yang ‘otoriter’, selalu memaksakan anaknya untuk menjadi apa, tanpa tahu hati nurani mereka berjalan di mana. Singkatnya, Ernest & Célestine adalah animasi ringan, heartwarming, dan dapat dinikmati oleh semua kalangan.
Selain memfokuskan pada penyatuan 2 kaum, film ini juga menyoroti latar belakang dari main characternya yang memilih untuk mencari jalan hidupnya sendiri. Seperti Célestine yang bercita-cita sebagai pelukis, tetapi dipaksa harus menjadi dokter. Ia harus membuang waktu berharganya yang semestinya dapat ia alihkan untuk menggambar, malah harus mencuri gigi-gigi di malam hari. Begitu juga dengan Ernest, seluruh keluarganya mengharapkan ia untuk menjadi seorang hakim, tapi dia sendiri memiliki passion di bidang musik. Dengan menekankan pada pencarian jalan hidup tadi, Ernest & Célestine semakin sempurna menjadi sajian bermutu bagi siapa saja yang tengah dalam pencarian jati diri. Semua itu tidak lain juga berupa kritikan bagi mereka, terutama orangtua yang ‘otoriter’, selalu memaksakan anaknya untuk menjadi apa, tanpa tahu hati nurani mereka berjalan di mana. Singkatnya, Ernest & Célestine adalah animasi ringan, heartwarming, dan dapat dinikmati oleh semua kalangan.
ATAU
8 / 10
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
AYO KITA DISKUSIKAN !