Dalam film fantasi banyak
tersaji kisah yang yang seru dan imajinatif. Selain itu, didukung pula aspek seperti
kostum yang unik, spesial efek canggih, atau set decor indah seperti taman-taman dan istana. Lalu, bagaimana
dengan film fantasi yang dibuat sekitar 76 tahun yang lalu ? Pasti dalam benak
Anda, kisah yang dihadirkan sangat biasa saja, begitu juga dengan aspek yang
membungkusnya. Jika Anda berpikir seperti itu, Anda salah besar. Nyatanya, The
Wizard of OZ ini benar-benar film fantasi yang sangat luar biasa bagusnya. Di tahun
itu pula menjadi pertarungan 2 great
movies yang memperebutkan kursi film terbaik di Academy Awards, The Wizard
of OZ ini dengan Gone with The Wind. Siapa yang menang dari keduanya, sebaiknya
Anda cari tahu sendiri.
Dorothy (Judy Garland) begitu
kesal sekali karena anjing kesayangannya, Toto, disakiti oleh Ny. Gulch (Margaret
Hamilton) yang
terkenal sangat galak. Tidak terima, Dorothy kemudian melaporkannya pada Paman
Henry (Charley Grapewin) dan Bibi Em (Clara Blandick). Karena mereka sibuk, Dorothy diabaikannya begitu saja,
dan pergi mencari orang lain yang mau mendengar curhatannya. Didatangilah 3
orang yang bekerja pada Paman Henry, mereka adalah Zeke (Bert Lahr), Hunk (Ray Bolger), dan Hickory (Jack
Haley), berharap
mereka bertiga mau mendengarnya. Tapi apa yang terjadi, Dorothy malah menjadi
bahan tertawaan mereka bertiga. Hari itu, mereka semua sangat sibuk dan tidak
ada waktu untuk mendengar segala curhatan Dorothy. Kemudian Bibi Em berkata
dengan nada bercanda bahwa akan mencarikan sebuah tempat untuk Dorothy di mana
tempat tersebut ia tidak akan mendapatkan masalah. Dorothy beranggapan bahwa
tempat seperti memang benar-benar ada dan ia ingin sekali pergi ke sana.
Esoknya, Ny. Gulch datang ke
rumah Dorothy sambil mengadukan pada Paman Henry dan Bibi Em bahwa dia telah
digigit oleh Toto. Dia meminta supaya Toto disingkirkan, karena telah
mengganggu ketenteramannya. Dorothy kemudian mendapatkan pembelaan dari Bibi Em
dan dia terlibat pertengkaran dengan Ny. Gulch. Dengan terpaksa, dibawalah Toto
oleh Ny. Gulch, meski akhirnya ia bisa melarikan diri. Tidak ingin Toto
disakiti lagi, Dorothy berniat untuk pergi dari rumah bersama Toto demi mencari
tempat tanpa masalah yang dimaksud oleh Bibi Em. Ditemuilah seorang pemilik
sirkus bernama Professor Marvel (Frank Morgan). Melalui kristal kaca, dia
memberitahukan Dorothy bahwa Bibi Em sedang sakit keras. Dorothy berpikir bahwa
kepergiannya telah membuat Bibi Em jatuh sakit. Ia kemudian memutuskan untuk
kembali pulang ke rumah. Dalam perjalanan ke rumah, tornado besar datang
meluluh lantakkan Kansas, kota di mana Dorothy tinggal. Ketika sudah sampai,
rumah Dorothy tiba-tiba melayang-layang terbawa oleh tornado tadi dan sampailah
ia di sebuah taman indah penuh bunga dan ada jalan kuning di tengahnya.
Di sana, Dorothy berkenalan
dengan seorang penyihir baik dari utara, bernama Glinda (Billie Burke). Dia memberitahu, bahwa
Dorothy telah berhasil mengalahkan penyihir jahat dari timur. Tapi kemudian
datanglah ancaman penyihir jahat dari barat, yang tidak terima dengan kematian
saudaranya. Karena takut, Dorothy berharap pulang kembali ke Kansas meski tidak
tahu harus lewat mana. Atas saran penyihir Glinda, dimintalah Dorothy untuk
pergi ke Emerald City menemui pemimpin di sana, penyihir OZ. Hanya penyihir OZ
yang bisa tahu caranya agar Dorothy bisa kembali pulang. Untuk bisa ke sana,
Dorothy harus mengikuti jalan kuning menuju istana di Emerald City. Bagaimana
kelanjutan petualangan seru Dorothy dengan Toto ? Serta bertemu dengan siapa
sajakah ia dalam perjalanan tersebut ?
Saya rasa, tidak ada kata lain
yang pantas disematkan bagi The Wizard of OZ selain fantastic, great, incredible, dan kata-kata pujian lainnya untuk
film ‘ajaib’ ini meski dibuat sektiar 70 tahun yang lalu. Segala aspek mulai
cerita, set decor, kostum, hingga
spesial efek benar-benar memukau saya yang menontonnya di era millennium ini.
The Wizard of OZ adalah salah satu dari sekian film yang timeless, dan tidak akan pernah bosan untuk ditonton berkali-kali.
Diangkat dari novel karya L. Frank Baum tahun 1900, The Wizard of OZ ini sendiri telah
sering sekali di-remake maupun
diadaptasi lagi menjadi serial kartun dan animasi. Sejak kecil, saya sendiri
sudah familiar dengan nama karakter dari Dorothy, meski saya awalnya mengira
bahwa nama tersebut merupakan judul dari filmnya. Tapi seingat saya, film yang
pernah saya tonton saat masih kecil tadi bukanlah The Wizard of OZ versi
original besutan Victor Fleming ini. Untuk film se ‘kuno’ ini, saya rasa sangat jarang berkesempatan diputar
di salah satu stasiun TV di Indonesia.
The Wizard of OZ sendiri
berkisah tentang petualangan seorang gadis kecil asal Kansas di sebuah negeri
dongeng bernama OZ. Dalam perjalanannya untuk menemui sang pemimpin negeri
tersebut, penyihir OZ, Dorothy menemui banyak sekali rintangan, dan yang utama
ia mendapatkan teman baru yang tidak kalah serunya dengan Toto, anjingnya.
Mereka adalah Scarecrow, Tin Man, dan Lion. Mereka bertiga memiliki masalah
masing-masing, dan kedatangan Dorothy tanpa disangka telah membantu
menyelesaikan masalah mereka. Entah Anda sadari atau tidak, 3 teman baru
Dorothy tersebut diperankan oleh orang yang sama sebagai 3 orang pekerja di rumah
Paman Henry. Pun juga pemeran penyihir jahat dari barat, diperankan oleh Margaret
Hamilton, yang
juga berperan sebagai Ny. Gulch. Konsep tersebut mungkin bagi Anda bukan baru
lagi, tapi untuk film lama seperti The Wizard of OZ, itu merupakan sesuatu yang
sangat brilliant. Tidak hanya pemeran
yang sama, karakter yang dimainkan juga memiliki sifat yang sama.
Semua hal yang dilihat oleh
Dorothy di negeri OZ tidak lain merupakan dari refleksi apa yang terjadi di
dunia nyata. Perasaan kesalnya pada Ny. Gulch yang galak menciptakan karakter
penyihir jahat dari barat. Zeke, Hunk, dan Hickory juga merupakan bagian
dari refleksi imajinasi Dorothy ke dalam negeri OZ tersebut. Dunia anak-anak
yang indah seperti yang dirasakan oleh Dorothy mampu menciptakan sesuatu yang
bersifat imajinatif dan terbawa seolah-olah menjadi nyata. Para penonton
sebenarnya boleh memiliki interpretasi sendiri dengan apa yang dilihat oleh
Dorothy itu benar-benar murni sebuah imajinasi atau memang nyata ia terbawa ke
negeri dongeng bernama OZ.
Selain dibangun dengan kisah
yang seru nan imajinatif, The Wizard of OZ juga berisikan pesan moral yang
kental dengan kehidupan anak-anak, yaitu tiada tempat yang seindah dengan rumah
sendiri. Seorang anak biasanya dengan mudahnya memutuskan sesuatu tanpa tahu
hal tersebut baik atau buruk bagi ke depannya. Begitupun dengan Dorothy, dengan
mudahnya ia memutuskan untuk pergi dari rumah karena takut Toto akan diambil
oleh Ny. Gulch. Dengan berbagai petualangannya yang menyenangkan tapi juga
penuh banyak rintangan dan bahaya, Dorothy semakin menyadari bahwa seindah
apapun di luar, tiada yang lebih baik selain di rumah bersama dengan
orang-orang yang dicintai. Dari analisis saya sendiri,
The Wizard of OZ sebenarnya juga mengandung pesan bahwa seindah apapun yang
kita imajinasikan, tiada yang lebih indah lagi dari kenyataan. Wow, film yang
luar biasa dengan pesan moral yang luar biasa pula.
ATAU
10 / 10
wah reviewnya bagus sekali jadi mau coba noton yang versi lawasnya
BalasHapussusu kental manis
Di Pokervita berkerja sama dengan OVO dan Go-Pay demi memberikan kemudahan deposit dan withdraw akun taruhan Poker V anda mulai tahun 2019.
BalasHapusBenefit-benefit tersebut antara lain:
– Mudah dan cepat
– Pembuatan rekening/akun sangat mudah dan tidak ribet
– Tidak ada biaya transfer antar bank
– Tidak ada jam offline untuk transfer ke sesama akun OVO/GO-PAY
Bagus bukan? tentunya pilihan pembayaran menggunakan OVO atau GO-PAY ini hanya sebagai opsi, jika anda masih tetap ingin menggunakan rekening bank seperti biasa
Informasi Lebih Lanju:
Bbm : D88B0154
Whatsapp : +62 812-222-2996
|lINK KAMI di : POKERVITA.LIVE