Jika saya ditanya apa film
genre sci-fi terbaik yang pernah saya lihat, maka akan saya jawab 2001 : A
Space Odyssey (1968) yang mana merupakan karya besar seorang Stanley Kubrick.
Tapi lebih dari itu, 2001 sudah ‘melebar’ menjadi ‘film terbaik’ bagi saya, jadi
tidak hanya di genre sci-fi. Benarkah, jika film terbaik bagi saya itu menjadi
inspirasi bagi sutradara yang dikenal membuat film-film berkonsep rumit,
Christopher Nolan, dalam membuat Interstellar ?
Di masa depan, bumi dalam
keadaan yang sangat kritis. Wabah hawar menghancurkan berbagai macam tanaman,
terutama jagung, okra, dan gandum yang mana merupakan sumber pangan manusia. Dalam
keadaan yang sulit seperti itu, perkembangan populasi manusia diambang
kehancuran. Aspek perkembangan teknologi dan sains sudah bukan merupakan fokus
utama lagi, melainkan bagaimana meningkatkan jumlah populasi manusia melalui
aspek agrikultur. Intinya, para insinyur sudah beralih menjadi petani. Cooper
(Matthew McConaughey) adalah mantan pilot uji coba NASA, ia kini menjadi
seorang petani jagung sebagai imbas ditutupnya NASA. Bersama dengan kedua
anaknya, Tom (Timothée Chalamet) dan Murphy
(Mackenzie Foy) dan ayah mertuanya, Donald (John Lithgow), mereka hidup dengan
damai di sebuah rumah kecil dekat ladang jagungnya. Sesekali, mereka harus melindungi
diri dari badai pasir yang tiba-tiba saja menyerang.
Suatu ketika setelah badai
pasir datang, Cooper mendapati sebuah bilangan biner di depan rak buku milik
Murphy. Awalnya, Murphy mempercayai itu merupakan perbuatan dari ‘hantu’,
bahkan beberapa bukunya tiba-tiba jatuh sendiri dari rak. Tapi pernyataan itu kemudian
disanggah oleh Cooper yang selalu berpikiran rasional dan mengatakan bahwa
‘hantu’ bukanlah hal ilmiah. Dari bilangan biner tadi, Cooper mendapatkan
sebuah koordinat. Bersama dengan Murphy, ia berangkat menuju tempat yang
ditunjukkan oleh koordinat tadi. Awalnya, Cooper dianggap penyusup oleh robot
bernama TARS, tapi kemudian datanglah Dr. Amelia Brand (Anne Hathaway) yang
kemudian mengajaknya ke ruang pertemuan yang di sana ada ayahnya, Prof. Brand
(Michael Caine). Prof. Brand sengaja membangun NASA secara rahasia dalam proyek
peluncuran pesawat Ranger untuk mencari planet yang penuh dengan sumber daya
yang dapat digunakan dan ditempati oleh manusia. Cooper pun dipilih oleh Prof.
Brand untuk terlibat dalam misi Lazarus. Meski awalnya Cooper sedikit keberatan,
tapi Prof. Brand berhasil meyakinkannya. Bagaimanakah
kelanjutan petualangan Cooper dan lainnya di luar angkasa ? Serta apa yang
terjadi dengan Murph dan Tom ketika harus ditinggalkan oleh Cooper ?
Dari aspek cerita, jelas
Interstellar tidak ‘menyinggung’ 2001 sama sekali. Interstellar sendiri
bercerita tentang perjuangan beberapa pilot NASA dalam mencari planet baru demi
masa depan peradaban manusia. Sedangkan 2001 sendiri menurut saya lebih ke
perjalanan ‘spiritual’ (seperti Prometheus) dan beberapa tambahan konsep
lainnya, seperti evolusi. Tapi, tidak bisa dipungkiri ada beberapa momen pada
Interstellar yang mengingatkan saya pada 2001, seperti saat Cooper melewati
celah Black Hole mirip dengan Dave
Bowman di 2001 saat terjatuh dan kemudian melewati Star Gate (Trippy Effect ?). Ada lagi, penampakan pesawat Ranger
dan Endurance yang sangat mirip sekali dengan pesawat Orion dan Space Station 2001. Ketika pertama kali saya menonton trailernya, betapa kagetnya
saya ketika melihat penampakan dari Endurance ketika berputar dan benar-benar
sangat mirip sekali dengan Space Station 2001. Terbesit pertanyaan dalam diri,
mungkinkah Interstellar akan dibuat surealis
seperti 2001 ? Pikir saya ketika itu.
Banyak kritik yang dilayangkan
kepada Nolan, terutama dari mereka yang tahu banyak mengenai ilmu fisika. Saya
sendiri sebenarnya tidak ingin mengaitkan unsur yang benar-benar real fisika dengan fisika ala Nolan di
Interstellar. Lagipula memang saya juga bukan orang yang ahli di fisika. Saya
hanya ingin melihatnya sebagai sebuah sajian berupa film dan dari sudut pandang
itulah saya akan menilai.
Dilihat dari aspek visual dan set decor, Interstellar memang sudah
mumpuni di bagian itu, meskipun untuk di era ini saya sudah tidak merasakan
keterkejutan yang berlebih. Bahkan, saya sebenarnya jauh lebih terkesan dengan
visual CGI yang ditampilkan di Inception (2009) daripada di Interstellar ini. Tapi,
aspek drama yang ditonjolkan Nolan di sini patut diacungi jempol. Benar-benar
luar biasa. Drama yang dibuat benar-benar heartwarming
dan mempermainkan emosi dengan mengangkat tema cinta yang kuat dari ayah dan
anak meski harus melintasi perbedaan ruang dan waktu. Hal yang sama sebenarnya
sudah ada di Contact (1997) karya Robert Zemeckis, film sci-fi yang juga
menonjolkan kedekatan hubungan ayah dan anak, di mana McCounaghey juga turut
berperan di situ.
Dialog yang ditulis sendiri
oleh Nolan bros. juga sangat bagus, dipadu pula dengan sound yang saya rasa sangat familiar
dengan 2001. Bahkan, menjelang menit-menit akhir, fitur dari Inception seperti Distorting The City kembali lagi
ditampilkan oleh Nolan di sini. Satu hal yang sedikit membuat kekecewaan saya adalah
bagaimana Nolan menampilkan twist di
akhir yang dirasa tidak terlalu ‘gila’ untuk sutradara sekelasnya. Memang pasti
banyak yang menganggap twist ouroboros
tadi merupakan twist yang sangat mind-blowing
dan membingungkan banyak orang, tapi bagi saya sendiri sangat standart dan
sudah bukan merupakan hal yang baru lagi untuk mempermainkan nalar para
penontonnya. Tapi di luar itu, Interstellar sudah ‘menang’ dalam hal
pengangkatan humanisme yang sangat
kuat, di mana sangat jarang sekali ditemui di film-film sci-fi. Saya sendiri
pun hingga kini terkadang masih terharu jika mengingat perpisahan jarak antara
Murphy dan Cooper. Sungguh kekuatan cinta yang kuat dari ayah dan anak yang
tidak dapat diputus sekalipun harus terpisah jauh baik ruang maupun waktu.
ATAU
8,5 / 10
Kalau udah baca teori relativitas Einstein, ini film benar2 luar biasa. Kalau yg belum pernah tahu teori relativitas Einstein pasti dibilang biasa aja. Karena saya sudah baca teori itu, saya kasi rate 9.5/10
BalasHapus