Apa yang paling diingat ketika menonton film laga dari
Tiongkok ? Martial Art nya tentunya. Tapi sebenarnya tidak hanya martial art
nya saja yang mengagumkan, bisa jadi itu adalah tata suaranya, kostum,
koreografinya, landscape nya, dan masih banyak lagi tentunya. Saya salah satu
penggemar film-film laga dari Tiongkok, khususnya film laga lawas yang
dibintangi Jackie Chan atau Bruce Lee. Hingga kini pun, film-film lawas
tersebut masih saja asyik untuk ditonton. Ada perasaan khusus ketika
menontonnya, menjadi teringat masa kecil serta membayangkan berada di Tiongkok
dengan setting bangunan yang lawas pula. Yeah, saya memang penyuka old fashion.
Film-film Tiongkok mulai diakui secara internasional dengan
boomingnya Crouching Tiger Hidden Dragon (2000) karya sutradara Amerika kelahiran Taiwan, Ang Lee (Brokeback Mountain, Life of Pi). Tak
tanggung-tanggung, karyanya tersebut mendapat pengakuan sebagai film berbahasa
asing terbaik di Academy Award. Saya setuju mengingat CTHD adalah salah satu
film Tiongkok favorit saya.
Berikut ini ada film laga bagus meski sudah cukup lama
terdengar gaungnya. Dengan bintang yang sama di CTHD, Zhang Ziyi, yang berperan
sebagai mata-mata buta dari organisasi bawah tanah, House of Flying Daggers.
Bersettingkan Tiongkok tahun 859 M, dimana Dinasti Tang mengalami kemunduran
akibat merebaknya kasus korupsi serta kerusuhan dari kelompok pemberontak.
House of Flying Daggers lahir dari kebobrokan pemerintahan yang korup, memaksa
para anggotanya untuk berjuang secara gerilya ala Robin Hood.
Kapten Leo (Andy Lau) dan Kapten Jin (Takeshi Kaneshiro)
adalah petugas keamanan daerah yang mendapat tugas untuk menangkap salah satu
mata-mata dari HoFG yang menyaru sebagai penari di Pavilyun Peony. Keberadaan
sang mata-mata yang bernama Xiao
Mei (Zhang Ziyi) pun terbongkar dan berhasil ditangkap oleh Kapten Leo.
Untuk memuluskan rencana, Kapten Leo meminta Kapten Jin untuk berpura-pura
menyelamatkan Xiao Mei
serta mengikutinya menuju sarang HoFG. Benih-benih cinta pun muncul di antara
Kapten Jin dan Xiao Mei.
Selama pelarian tersebut, Kapten Jin dan Xiao Mei berkali-kali diserang oleh
pasukan yang dikirim oleh sang jendral dan sama sekali tidak menyadari
keberadaan Kapten Jin yang menyamar. Dalam keadaan terhimpit tersebut, muncul
seseorang yang tiba-tiba menolong mereka. Siapakah orang misterius yang
menyelamatkan mereka berdua tersebut ? Dan bagaimana kelanjutan perasaan dari
Kapten Jin dan Xiao Mei,
setibanya di markas HoFG ?
Setelah menikmati hampir 2 jam, saya merasakan pengalaman
luar biasa dalam menikmati film laga Tiongkok. Colourful, koreografi-set
decor-sinematografi indah dari landscape Ukraina nge-blend menjadi sajian yang
istimewa. Lihat bagaimana ketika Kapten Jin dan Xiao Mei bertarung melawan para prajurit
di padang bunga, sungguh indah dengan iringan skoring dari Shigeru Umebayashi
yang dapat memacu adrenalin, dipadu pula martial art yang di mix dengan Matrix
Style. Jangan lupa pula adegan pertarungan di hutan bambu yang mana menjadi
ciri khas sebagian besar film-film laga Tiongkok, mengingatkan saya pada salah
satu adegan dalam CTHD.
Bahkan, kisah romance yang dibangun di sini jauh lebih baik dari
CTHD, menurut saya. Cinta segitiga antara Kapten Jin-Mei-Kapten Leo berhasil
dieksekusi dengan apik. Faktor yang membuat HoFG menarik adalah bagaimana
membuat banyak plot twist dengan cerita tentang penghianatan dan saling tipu
sana dan sini berhasil mengaduk-aduk emosi penonton. Meski ada sedikit
kekurangan pada sebab mengapa Kapten Jin dan Kapten Leo bertempur terakhir
kali, tetap tidak mengurangi keindahan secara keseluruhan film ini. Bagaimana
akhir dari organisasi HoFG, tidak dijelaskan secara pasti. Jawaban kembali ke
penonton.
ATAU
9 / 10
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
AYO KITA DISKUSIKAN !