Kehidupan ini berputar bagaikan roda pedati. Ada keadaan manusia berada
di atas, lalu kemudian berada di bawah, begitu juga sebaliknya. Berbeda dengan
profesi lainnya, maka para pelakon di dunia hiburan harus bersiap dengan segala
risiko “kejam”nya dunia itu. Premis itulah yang kemudian diangkat ke dalam film
Perancis - Amerika garapan Michel Hazanavicius ini.
George Valentin (Jean Dujardin) seorang aktor film bisu yang namanya
dikenal luas lewat film-filmnya. Ia selalu puas dengan setiap film yang dibuat
dan dibintanginya sendiri. Riuh tepuk tangan penonton tak pernah sepi mengapresiasi
karyanya. Pada hari dimana pemutaran perdana salah satu filmnya, ia nampak
dikerubungi banyak wartawan dan para penggemar. Salah seorang wanita di antara
kerumunan penggemar tersebut, menjatuhkan dompetnya dan hendak memungutnya
kembali. Siapa yang sangka, ketika ia akan mengambil dompetnya malah
bertabrakan dengan George dan sempat membuatnya hampir terjatuh. Semua orang di
sana tiba-tiba terdiam melihat ekspresi wajah George yang kesal terhadap wanita
tadi. Namanya juga artist, siapa yang sangka wajah kesal tadi hanyalah akting.
Begitu tahu bahwa George hanya berakting, para wartawan dan penggemar lainnya
langsung memberikan tepuk tangan yang meriah. Begitulah awal perkenalan George
dengan Peppy Miller (Bérénice Bejo), wanita yang menabraknya tadi.
Suatu hari, Peppy mengikuti audisi yang diadakan oleh Kinograph Studio,
tempat bernaungnya karya-karya George. Dengan mudahnya, Peppy lulus audisi
lewat tarian yang dibawakannya. Di dalam studio, George berdebat dengan Al Zimmer (John Goodman) yang
menjadi produsernya. Merasa tidak mempedulikannya, perhatian George
malah tertuju pada seorang wanita yang menari dengan indahnya. Ya, dialah
Peppy. Sejak saat itu, George semakin dekat dengan Peppy. Sesekali George
mengajak syuting Peppy, dan ia dapat melihat potensi yang dimilikinya. Ketika
George sedang syuting, Al memanggilnya untuk menunjukkan sesuatu yang dapat
menjadi masa depan bagi perfilman, yaitu film bersuara. George malah
meragukannya dan menertawakannya. Ke depannya, Al akan memproduseri film-film
bersuara dan membutuhkan artist-artist baru, salah satunya adalah Peppy. Melihat
hal tersebut, George keluar dari Kinograph dan akan tetap membuat film-film
bisu. Bagaimana kelanjutan karir George Valentin ke depannya ? Sanggupkah ia
menghadapi gebrakan baru dari film-film bersuara ?
Film ini bercerita sesuai dengan premis yang saya tuliskan di atas.
Pasang surut kehidupan seorang artist di dunia hiburan yang “kejam” dalam
menghadapi era baru. Memang dalam hidup ini kita pasti akan menghadapi proses
re-generasi, dan itu tidak bisa kita pungkiri. Contohnya mereka yang bekerja di
dunia hiburan, mereka harus bersiap untuk tersingkir dengan wajah-wajah baru
yang siap menghiasi berbagai media. Selain wajah-wajah baru, dunia hiburan juga
menuntut sesuatu yang bisa menyesuaikan dengan zaman. Dalam hal ini, George
Valentin yang karirnya terancam hancur atas gempuran jenis film baru, yaitu
film bersuara dan artis-artis baru yang lebih muda. Di dunia industri hiburan
memang semuanya juga terletak pada kekuatan publik. Apa yang diminta oleh
publik, itulah yang akan dijual. Tetapi ketika permintaan dari publik menurun,
maka sudah dipastikan akan tenggelam oleh zaman. Dari karakternya, George
adalah aktor yang sangat percaya diri akan karir di masa depannya yang tetap
moncer. Selain itu, George juga tipikal orang yang terlalu mengagumi diri
sendiri. Maka, ketika karirnya hancur berantakan karena tidak dapat bertahan di
era yang baru, ia merasa segala yang ia miliki di duniapun ikut hancur. Uang
dan ketenaran, semua lenyap tak tersisa. Sekiranya, anggapan terhadap dunia
hiburan yang “kejam” adalah benar adanya.
Menonton The Artist rasanya sama dengan menonton film-film bisunya
Chaplin, seperti The Great Dictator
(1940) tapi
yang sudah direstore. Saya suka sinematografi hitam putih film ini. Ditambah dengan rasio 4 : 3,
membuat The Artist persis dengan film bisu yang rilis di awal tahun 1900an. Ada
saat dimana saya sebenarnya kesal dengan karakter George, terutama sifatnya
yang terlalu mengagumi diri, tanpa memberikan yang lain kesempatan untuk
menunjukkan potensi, kecuali pada Peppy. Tapi, ada juga momen yang membuat saya
iba dan mata saya berkaca-kaca. Akting Jean Dujardin sukses memerankan George
Valentin yang berkharisma dan percaya diri. Ia juga sukses ketika menampilkan
wajah melas George. Peran karakter Peppy di sini juga memiliki pengaruh besar,
terutama dalam menyeimbangkan keberadaan George. Meskipun kemunculan Peppy di
industri hiburan banyak diapresiasi, tapi layaknya artis lainnya, maka sangat
memungkin datangnya masa kejatuhan. Ya itulah kehidupan artis. Ada saat mereka
dipuja, ada saat mereka ditinggalkan.
ATAU
9 / 10
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
AYO KITA DISKUSIKAN !