Ini kali keduanya SpongeBob diangkat
ke layar lebar setelah film pertamanya di tahun 2004. Apa yang membuat SpongeBob
Movie ini berbeda dari sebelumnya adalah penambahan fitur baru berupa karakter yang
diformat menjadi animasi 3D ketika crossover
dengan Live-Action. Mulai dari
lelucon khas SpongeBob hingga karakter dengan wujud absurd juga masih tetap dipertahankan di sini.
Semua berawal (lagi dan berulang kali)
ketika Plankton (Mr. Lawrence) mencoba mendapatkan formula rahasia Krabby Patty
dari Krusty Krabs. Perang antara Plankton dengan SpongeBob (Tom Kenny), Patrick
(Bill Fagerbakke) dan Mr. Krabs (Clancy Brown) pun tidak bisa terhindarkan.
Perang tersebut berakhir dengan kekalahan Plankton, yang ternyata hanya bagian
dari strateginya. Begitu Mr. Krabs lengah, Plankton berhasil mendapatkan
formula rahasia dari dalam brangkas. Tapi kemudian, formula rahasia tersebut
hilang begitu saja tanpa tahu siapa yang mengambilnya.
Plankton pun mendapat penghakiman dari
warga Bikini Bottom yang sebelumnya telah digerakkan oleh Mr. Krabs. Karena
Plankton tidak bersalah, SpongeBob pun memberikan pembelaannya. Bikini Bottom semakin
kacau oleh ulah warganya ketika tahu Krabby Patty benar-benar habis, dan SpongeBob
sendiri tidak hafal formula untuk membuatnya. Plankton kemudian mengajak
SpongeBob untuk membuat mesin waktu yang dapat mengembalikan mereka ke masa
beberapa jam sebelum akhirnya formula Krabby Patty menghilang.
Hampir tidak ada lagi yang baru di
SpongeBob Movie ini selain penambahan format animasi 3D-nya. Masih dengan
beberapa lelucon khas seperti permainan kata, lelucon slapstik repetitif,
hingga kemunculan karakter dari non-animasi atau non-3D. Untuk bagian yang
ketiga ini sebenarnya saya cukup sulit menjelaskannya. Jika Anda pernah
menonton serial tv SpongeBob, di salah satu episodenya terdapat karakter berupa
gorilla (suit actor) yang muncul di
situ, maka Anda akan mengerti dengan yang saya maksud. Di SpongeBob Movie
inipun juga muncul karakter seperti tersebut, hanya saja bentuknya adalah
lumba-lumba.
Saya memang bukan fans SpongeBob, tapi
saya tidak menyangkal bahwa saya cukup sering tertawa dengan lelucon khasnya.
Tapi tidak jarang juga saya merasa ‘garing’, atau memang saya tidak mengerti
dengan leluconnya tersebut. Saya sendiri menyadari bahwa tidak semua penonton
(terutama anak-anak) akan mengerti lelucon yang dilemparkan oleh para karakter
di SpongeBob ini, terutama dari lelucon ‘dewasa’ hingga permainan bahasanya.
Untuk anak-anak sendiri, mereka mungkin cenderung sering menertawai lelucon
slapstik nan konyol ala SpongeBob yang mudah dicerna.
Tidak ada yang baru dan tidak ada yang
dieksplorasi lebih dalam lagi. Semua masih sama, khususnya ketika menjadikan
pencurian resep oleh Plankton sebagai adegan pembuka, sama sekali tidak memancing
atensi saya untuk mengharapkan hal yang lebih spektakuler lagi. Seiring
berjalannya film, saya cukup merasa ada ‘harapan’ ketika konflik yang
dihadirkan terkait menghilangnya resep Krabby Patty, mampu memberikan kesan
misteri untuk terus diikuti. Tapi semua berubah tatkala segala konflik yang
dibangun ‘lumayan’ bagus itu, berubah menjadi ‘murahan’ ketika (lagi-lagi) time machine menjadi satu-satunya solusi
pemecahannya.
Tahun ini adalah tahunnya film
superhero. Para pecinta film benar-benar terjangkiti oleh demam superhero yang mewabah itu. Tidak terkecuali,
SpongeBob Movie ini. Tribute film
superhero, terutama The Avengers yang sebelumnya menjadi konsep Big Hero 6
(2014), juga diselipkan di SpongeBob ini. Dikisahkan ketika SpongeBob dkk. naik
ke daratan, mereka ingin menjadi superhero untuk menangkap pelaku pencurian formula
Krabby Patty. Maka di sini Anda akan menemui Hulk dan juga IronMan dari
karakter di SpongeBob yang sudah diformat 3D. Parodi film lain juga sempat
muncul, meski porsinya tidak terlalu banyak.
Dengan durasi hanya 92 menit, tidak
tahu mengapa SpongeBob Movie terasa cukup lama untuk ditonton. Bisa saja itu
merupakan efek yang muncul dari pikiran saya untuk segera check-out dari alam ‘keanehan’ SpongeBob. Secara keseluruhan,
SpongeBob Movie memang bukanlah film animasi komedi yang brilliant seperti The Lego Movie (2014), tapi setidaknya masih
memiliki unsur yang menghibur. Ya, saya cukup terhibur dan tertawa geli dengan
segala kebodohan dari lelucon yang disajikan. Terkadang, unsur menghibur itulah
yang banyak terlewat dari film dengan kualitas ‘biasa’.
ATAU
6,5 / 10
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
AYO KITA DISKUSIKAN !