Berbeda dengan film perang
lainnya yang ingin menawarkan kesan bahwa perang itu hanya membawa kerugian dan
kesengsaraan, maka The Hurt Locker garapan Kathryn Bigelow ini justru
berlawanan arah, dimana perang dapat membuat ketagihan bagaikan candu. Kathryn Bigelow
sendiri berhasil memenangi kategori sutradara terbaik dan film terbaik di
Academy Awards, mengalahkan mantan suaminya, James Cameron, yang juga masuk
nominasi tahun itu bersama Avatar.
Keadaan salah satu kota di
Irak ketika itu benar-benar mencekam. Para warga berlarian karena diduga ada
bom yang sengaja dipasang di dekat permukiman warga. 3 orang sersan di tim
gegana (Explosive Ordnance Disposal) mendapatkan tugas untuk melumpuhkan bom
tersebut. Robot pun diturunkan untuk menjinakkan bom. Karena ada kesalahan
teknis, Sersan Matt Thompson (Guy Pearce) harus turun tangan sendiri dengan
memakai rompi khusus penjinak bom. Tapi naas, orang yang membawa detonator
ponsel ada di sekitar TKP tersebut dan berhasil mengaktifkannya sehingga
ledakan besar tidak bisa dihindari. Sersan Thompson pun tewas seketika dalam
misi tersebut. Kematiannya membuat sahabat-sahabatnya, Sersan TJ Sanborn
(Anthony Mackie) dan Sersan Owen Eldridge (Brian Geraghty) benar-benar
terpukul.
Staf Sersan William James
(Jeremy Renner) ditugaskan ke kompi Bravo, tempat Sersan Sanborn dan Eldridge
berada, untuk menggantikan posisi Sersan Thompson yang telah gugur. Sersan
James sendiri juga seorang yang ahli dalam menjinakkan bom. Pada misi
pertamanya sendiri bersama Sersan Sanborn dan Owen, ia sudah dihadapkan pada
tugas penjinakkan bom yang sangat berat. Lebih dari 7 bom tertanam dalam tanah
dekat permukiman warga dan Sersan James harus bisa menemukan yang asli dari
semua bom. Awalnya, keputusan Sersan James untuk turun tangan sendiri dalam
menangani penjinakan bom tanpa robot penjinak mendapat protes teman-teman
lainnya karena dianggap terlalu berbahaya. Tapi, Sersan James adalah orang yang
sangat percaya dan ia yakin dapat menjinakkan bom tersebut tanpa harus
mengerahkan robot penjinak, yang mungkin ia menganggapnya tidak dapat bekerja
secara efektif.
Banyak ledakan bom ditampilkan
di sini benar-benar menambah suasana yang menegangkan dan menakutkan. Berbeda
dengan adegan ledakan ala Michael Bay yang asal-asalan (asal meledak), ledakan
dalam The Hurt Locker digarap dengan sangat real
dan mendramatisir. Selain ditampilkannya ledakan-ledakan yang membuat
suasana menjadi menegangkan, The Hurt Locker juga banyak mengambil gambar
dengan menggunakan long take dan slow motion, sehingga efek yang
dihasilkan benar-benar mendekati suasana perang yang nyata. Beberapa adegan
yang menampilkan bersitegangnya para army dengan warga lokal yang terkendala
bahasa juga semakin menambah ketegangan, karena dalam keadaan tersebut,
penonton dan army benar-benar dibuat takut karena sama-sama tidak tahu apa yang
akan diperbuat oleh warga lokal tadi. Akankah hanya sekedar berkomunikasi atau
bisa saja dia adalah teroris yang berencana menyalakan detonator. Banyaknya
warga lokal yang mengintai para army di dalam dan di atas rumah-rumah juga
menimbulkan banyak kecurigaan, benarkah mereka hanya sekedar melihat-lihat
ataukah sedang mempersiapkan rencana lain. Suasana senyap yang dihadirkan
selama proses penjinakkan bom memang dapat membuat penonton sendiri merasa ketar-ketir,
berhasilkah atau tiba-tiba “meledak” di antara kesenyapan tadi.
Sesuai dengan tagline-nya, war is drug, The Hurt Locker sendiri
berfokus pada sosok Sersan William James yang memiliki ‘kesukaan’ dalam
menjinakkan bom. Baginya, misi penjinakan bom sudah seperti bermain atau hobi. Bahkan,
tanpa mengerahkan robot penjinak bom yang biasanya sebagai prosedur standart
awal, dengan percaya dirinya Sersan James turun tangan sendiri hanya dengan
bekal rompi penjinak bom. Selama ditugaskan di kompi Bravo, Sersan James
sendiri telah membuat ikatan yang kuat dengan lainnya, Sersan Sanborn dan
Eldridge. Awalnya, Sersan Sanborn menganggap tindakan Sersan James begitu
gegabah, karena dia sendiri juga merasa memiliki tanggungjawab yang besar
menjadi back-up agar setiap misi
berjalan lancar. Singkatnya, setiap misi dalam perang yang ia jalani baginya
sudah seperti ‘candu’ itu sendiri. Membuatnya ketagihan dan tidak bisa
dihilangkan. Begitu tiba panggilan untuk pulang, Sersan James dapat kembali
lagi ke kehidupannya yang damai bersama istri dan anaknya. Tapi apa yang
terjadi, baginya justru medan peranglah ‘kampung halamannya’ dan menjinakkan bom
adalah yang membuatnya rindu.
Setiap cast masing-masingnya memainkan karakter yang dibuat kuat melalui
dialog-dialognya. Sersan James adalah orang yang selalu percaya diri dan tidak
jarang menunjukkan sikap yang menganggap enteng setiap misi yang diberikan. Tapi
di balik sikapnya yang kadang terlihat ‘nyantai’ tersebut, Sersan James
menyimpan sebuah aura ‘mengerikan’ dan ‘misterius’ yang selalu ia munculkan
dalam menjalani misi. Sersan Sanborn begitu tegas dan selalu menanggapi serius
setiap misi, meski pada akhirnya kita akan tahu sisi lain dari sikapnya yang keras.
Ia sebenarnya sudah tidak tahan lagi dengan kehidupan yang ia jalani selama
perang ini. Yang ia inginkan hanya bisa kembali pulang dan memiliki anak
seperti orang normal lainnya, sangat berbanding terbalik dengan Sersan James.
Sedangkan Sersan Eldridge yang berkeinginan besar bisa gugur seperti Sersan
Thompson, malah harus dipulangkan lebih awal dan membuatnya kesal.
Best Scene versi saya di The Hurt Locker sendiri adalah di mana ketika Sersan
Sanborn dan James harus bahu membahu menghadapi serangan para sniper di gurun. Suasana yang dihadirkan
dengan meminimalisasi skoring musik dan pengambilan gambar long take, membuat suasana benar-benar menegangkan dan
seolah-seolah penonton sendiri ikut terlibat dalam adu kehebatan
sniper tadi. Menurut saya pribadi,
adu sniper di The Hurt Locker ini
sendiri lebih bagus dan menegangkan dari adu sniper versi Full Metal Jacket (1987), karena jauh lebih real dan minim dialog di scene tersebut. Jangan
lupa, adegan eksekusinya dalam bom bunuh diri pun juga tidak kalah seru dan
menegangkannya. Overall, The Hurt Locker adalah film perang yang sangat bagus dan
salah satu film perang favorit saya. Memang adegan peperangan yang ditampilkan
tidak dalam skala epik, karena fokus utamanya sendiri lebih pada seputar tim
gegana yang berjuang dalam menjinakkan bom. Tapi tidak bisa dipungkiri pula
bahwa kontribusi tim gegana tersebut juga sangat besar untuk melindungi para
army lainnya.
ATAU
9 / 10
Keren nih film THE HURT LOCKER
BalasHapusIn military lingo fandango, a hurt locker is, roughly defined, a painful place you can’t escape. This monumental story, told simply and quietly, except for the detonation of explosives, with not even the usual accompaniment of dramatic wartime music, focuses on 3 soldiers in Iraq — 1 charged with the dismantling of bombs and 2 that are part of the team that oversees and protects him. Mark Boal’s unique story, so competently directed by Kathryn Bigelow, zeroes in cinematically (Barry Beltrami, with editing by Chris Innis and Bob Murawski) and psychologically (Boal and Bigelow) on Staff Sgt. James (Jeremy Renner), the surgically-precise, adrenaline-driven bomb dismantler, Sgt. JT Sanborn (Anthony Mackie), Renner’s key backup, he guided by reason and protocol, and Specialist Owen Eldridge (Brian Geraghty), a duty-bound, good guy, team member, who is often overwhelmed by fear and anxiety. Their unique personalities, interpersonal connection and ways of relating, all of it is here- including a mostly-drunken gut-punching exchange between 2, following a deadly experience (which all are), demonstrates more than aggression. Rough as it is, it comes off a bit brotherly and intimate, until it doesn’t. The closeups are amazing. In the desert, wind whipping up sand, our eyes become empathically sore watching Sanborn’s get redder and redder. It’s very real, and even a famous actor like Ralph Fiennes ends up with a cameo role, because war is war, and doesn’t make choices based on box office. The film is riveting. The constant circumstance of being unable to distinguish the enemy from the ally, anymore than the characters can, and the uncertainty regarding timely bomb dismantling, generate a watch hostiles online free fair amount of tension, angst, and excitement. All filmmaking disciplines are in sync and exceptional. An extremely accomplished production.
BalasHapus