Dari 3 film Alexander Payne
yang pernah saya tonton (termasuk Sideways ini), kesemuanya banyak mengangkat tema
tentang kehidupan sehari-hari yang sederhana, dan tentunya dengan tambahan
unsur komedi. Jalan cerita film-filmnya juga sangat ringan sekali untuk diikuti,
tapi tidak kacangan dan sangat heartwarming.
Sideways ini bercerita tentang 2 pria yang merayakan indahnya usia matang
mereka dengan berkendara keliling California. Seperti film Chocolat (2000)
dengan filosofi cokelatnya, maka Payne menambahkan wine sebagai filosofi yang terkandung dalam Sideways.
Seorang guru SMP yang hidupnya
pas-pasan, Miles (Paul Giamatti) pagi itu nampak tergesa-gesa karena ada janji
ke rumah sahabatnya, Jack (Thomas Haden Church). Selain menyambangi Jack dan
calon istrinya, Miles sekaligus menjemputnya untuk berkendara keliling California,
seperti yang telah mereka rencanakan sebelumnya. Miles sendiri ingin
menyenangkan hati sahabatnya tersebut dengan mengajaknya mencicip aneka wine atau bermain golf selama perjalanan,
sebelum dia menikah minggu depannya. Miles yang masih dalam tahap menulis novel
itu kemudian menyempatkan waktunya untuk mengunjungi ibunya sejenak bersama
Jack. Di rumah ibunya, Miles teringat kenangan ‘pahit’nya akan mantan istrinya,
Victoria (Jessica Hecht) yang telah menceraikannya 2 tahun lalu. Perjalanan
mereka pun berlanjut hingga ke sebuah restoran di mana Miles bertemu kenalan
lamanya, Maya (Virginia Madsen) yang bekerja sebagai pelayan di situ. Jack
berusaha menggoda Miles agar mendekati Maya dan melupakan masa lalunya. Miles
yang jago mencicipi wine mencoba
mengabaikannya, dengan alasan kalau Maya bukan tipikalnya, karena tidak tahu
banyak soal wine.
Di salah satu kedai syrah, Jack berkenalan dengan seorang
pelayan di sana, Stephanie (Sandra Oh). Ia berharap dapat ‘mengencaninya’
sebagai bentuk kebebasan sebelum menikah minggu depannya. Stephanie yang juga
kenal baik dengan Maya, diajak oleh Jack untuk acara makan malam bersama, meski
sebelumnya Miles tampak kurang setuju dengan hal tersebut. Miles begitu
terpukul dan mengajak kembali dari perjalanan tersebut karena mengetahui bahwa
Victoria mantan istrinya telah menikah lagi. Akibatnya, acara makan malam yang
telah diskenario oleh Jack tidak berjalan begitu lancar, karena Miles sendiri
mabuk dan sempat berlaku kurang baik dengan Victoria lewat telepon. Awalnya
Jack berharap dengan makan malam tersebut, Miles bisa lebih dekat dengan Maya
dan bisa berkencan untuk melupakan masa lalunya dengan Victoria. Sedangkan ia
sendiri berusaha mengambil ‘untung’ dari perkenalannya dengan Stephanie. Berhasilkah
Miles melupakan Victoria dan mendekati Maya ? Bagaimana dengan kelanjutan
perselingkuhan Jack dengan Stephanie ?
Sepanjang film berlangsung,
saya memang banyak dibuat tertawa oleh tingkah laku konyol Jack dan Miles.
Mereka berdua tidak sedang melucu dalam setiap adegan di film ini, mereka hanya
berlalu saja menikmati perjalanan dengan mobil, mampir di kedai wine, hingga bertemu Maya dan Stephanie.
Apa yang membuat lucu dari 2 sosok ini adalah berseberangannya cara berpikir
mereka berdua, sehingga terkadang hal-hal lucu justru tercipta dari perseteruan
kecil. Naskah yang ditulis oleh Jim Taylor dan Alexander Payne sendiri sukses
menghidupkan karakter 2 pria matang yang berbeda sudut pandang ini dengan
dibungkus komedi situasi yang pas, lucu, dan sangat menghibur. Komedi yang
dihadirkan memang tidak membuat saya tertawa dengan tingkatan Lot of Loud, tapi kadarnya cukup. Selain
itu, penambahan tema berupa jenis-jenis minuman beralkohol, mulai dari wine, pinot, dan syrah, membuat
saya ‘sedikit’ tahu mengenai mereka. Pengambilan gambarnya juga unik, di mana
komedinya terkadang diselipkan di bagian akhir sebelum pergantian adegan
selanjutnya.
Miles, seorang guru SMP yang
tengah dalam proses penulisan novel, tinggal di apartemen kecil, ahli dalam
mencicipi wine, serta tidak bisa move on dengan mantan istrinya yang
telah berpisah sejak 2 tahun lalu. Ia tidak terlalu tertarik mencari wanita
lain, karena yang ada dipikirannya adalah mantan istrinya, Victoria. Jack,
seorang aktor, akan segera menikah dengan wanita kaya, selalu merasa bahwa
semua wanita menyukainya, dan hobi selingkuh. 2 karakter yang sangat berbeda,
tapi mereka bisa bersahabat dekat. Karakter Miles memang sangat kalem dan tidak
se-ekstrim Jack, terutama dari cara bicaranya. Tidak hanya Miles, saya sendiri
juga terkadang sering dibuat sebal dengan tingkah laku dari Jack. Tapi meski
menyebalkan, tidak lantas membuat saya membenci karakter Jack ini. Saya malah
sangat menyukai segala kelucuannya yang timbul dari sifatnya yang sok tahu dan
suka menasihati Miles. Awalnya, Miles selalu menyanggah setiap pernyataan sok
tahu dari Jack. Tapi lucunya, semua hal sok tahu yang dibicarakan Jack memang
ada benarnya.
Memang cukup ‘mengenaskan’
melihat setiap kesialan yang diterima oleh Miles. Saya melihat Miles adalah
orang baik yang tidak pernah neko-neko, tapi selalu saja ada kesialan yang ia
dapatkan. Sedangkan Jack, orang yang selalu ‘bermain api’ terhadap setiap hal,
justru selalu mendapatkan banyak keuntungan. Lihat saja bagaimana ketika ia
berhasil mengencani Stephanie atau pelayan dari sebuah restoran. Padahal,
minggu depannya dia sudah akan menikah dengan seorang wanita yang baik, dari
keluarga baik-baik dan kaya pula. Oh Tuhan, di manakah keadilan ? pikir saya
ketika itu. Tapi itulah kehidupan, terkadang memang tidak seperti apa yang
diharapkan. Meski Miles sering ditampilkan dalam keadaan depresif karena
kesulitannya untuk move on, tapi
tidak dihadirkan dengan mellow dan kesedihan berlarut-larut, karena di balik
itu kembali lagi muncul nuansa lucunya. Seperti contohnya ketika Miles tahu
istrinya menikah lagi, ia malah minum wine
sambil berlarian di kebun anggur dan memaksa pulang seperti anak kecil. Dengan
melihat film-film lain dari Alexander Payne, saya tahu bahwa ia tidak akan
memasukkan kesan tragic, meskipun cerita
di dalamnya juga bisa dibilang tidak terlalu happy.
Yang paling saya sukai di sini
tentu saja adalah dimasukkannya tema wine.
Payne sendiri tidak asal memasukkannya dengan sembarangan di Sideways ini. Sebab
di balik wine sendiri, terdapat
filosofi di dalamnya, yaitu semakin tua wine
tersebut, maka semakin ‘nikmat’ rasanya. Wine
tersebut bagaikan hidup Miles, atau bisa juga mungkin Jack. Semakin matang usia
mereka, semakin dekat pula mereka untuk mendapatkan ‘nikmat’ tersebut. Seperti
yang kita ketahui, akhirnya Jack pun menikah. Mungkin itulah ‘nikmat’ yang ia
dapatkan dari hidupnya. Sekarang tinggal Miles, apakah ia akan segera menemukan
tambatan hatinya sebagai perjalanan akhir pencarian ‘nikmat’ tersebut. Tentunya,
Miles pun harus berusaha membuka hati bagi siapa saja wanita yang dekat
dengannya dan segera melupakan mantan istrinya yang telah menjadi masa lalu. Overall,
Sideways adalah komedi romansa dan road
yang sangat lucu, menghibur, dan komplit di dalamnya, mulai karakter lucu hingga filosofi hidup, serta sangat tidak membosankan meski
ditonton berulang kali.
ATAU
9 / 10
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
AYO KITA DISKUSIKAN !