Senin, 04 Mei 2015

12 ANGRY MEN [1957]

**FILM SUPER**

Hingga kini, baru 2 film karya Sidney Lumet yang pernah saya tonton. 12 Angry Men (1957) yang akan saya ulas ini dan film tentang perampokan bank, Dog Day Afternoon (1975). Dari kedua film Lumet tersebut, ada kemiripan di antara keduanya, yaitu terfokus satu latar tempat yang digunakan selama film berjalan, sisanya beberapa detik saja adegan di latar yang lain. 12 Angry Men menggunakan latar ruang juri (pengadilan) sebagai media penumpahan ceritanya.

Seorang anak kecil didakwa akibat menikam ayahnya dengan pisau hingga mati. Semua saksi dan bukti telah dihadirkan. Para juri ditunjuk untuk memberikan keputusan yang bersifat mutlak terhadap anak kecil tersebut. Setelah juri pengganti dipersilakan untuk keluar, maka tersisa 12 juri yang akan memberikan keputusan, apakah dia bersalah atau tidak. Jika bersalah, maka nasib anak itu akan berakhir di kursi listrik. Ke 12 juri dipersilakan untuk istirahat selama di ruang juri untuk memikirkan dengan matang keputusan yang akan diberikan. Juri-juri tersebut berasal dari berbagai kalangan, mulai dari pemilik jasa pengiriman pesan, agensi periklanan, hingga dokter. Dengan dipimpin oleh Foreman (Martin Balsam), penjurian dimulai dengan sistem voting. 11 juri menyatakan bersalah dan tersisa satu orang saja yang belum memberikan keputusannya. 

Dia adalah Davis (Henry Fonda), yang masih ragu untuk memberikan keputusan. Juri lain tetap bersikukuh dengan pendapatnya bahwa anak kecil tersebut ‘bersalah’ karena terbukti telah membunuh ayahnya. Davis tidak benar-benar mengatakan bahwa anak tersebut ‘tidak bersalah’, dia hanya berfikir bahwa anak tersebut bisa saja ‘bersalah’ atau ‘tidak bersalah’. Beberapa juri lain sampai naik pitam dengan keputusan Davis yang minoritas itu. Padahal kenyataannya, beberapa juri lain itu menghendaki segera diselesaikannya keputusan tersebut hanya karena terdesak urusan lain yang akan dilakukan setelah selesainya pengadilan. Hal tersebut membuat Davis berusaha meyakinkan yang lain, bahwa dalam pencarian keputusan ini mereka tidak boleh tergesa-gesa. Davis beranggapan bahwa keputusan tersebut menyangkut nyawa manusia, jadi tidak bisa seenaknya sendiri memberi keputusan tanpa diteliti lebih lanjut. Bagaimana akhir rapat juri tersebut, benarkah anak kecil tersebut bersalah ?
Sudah 2 kali saya menonton 12 Angry Men, dan ini benar-benar film yang luar biasa. Penggunaan latar tempat yang “itu-itu” saja selama durasi hampir 2 jam, tidak membuat saya bosan. Justru saya merasakan aura kuat dalam cerita yang ditampilkan film ini lewat dialog-dialognya yang cerdas. Akting Henry Fonda sangat bagus sebagai Davis yang meyakinkan juri lain untuk berfikir dengan matang sebelum memberikan keputusannya. Chemistry antar satu juri dengan juri lainnya terbangun dengan sangat kuat melalui perdebatan mereka yang sangat alot. Fakta lucunya, selain saya sebutkan 2 nama karakter di atas, Foreman dan Davis, karakter tersebut dan karakter lainnya menggunakan nama dengan urutan angka, seperti juri 1, juri 2, hingga ke 12. Saya rasa, tidak ada kata-kata lain yang patut diucapkan untuk film ini selain cerdas, brilliant, jenius, dsb. 

12 Angry Men tidak berfokus pada apakah anak kecil tersebut ‘bersalah’ atau ‘tidak bersalah’. Sekalipun anak tersebut ‘tidak bersalah’, 12 Angry Men juga tidak berusaha untuk mencari siapa pelaku sebenarnya. 12 Angry Men mengajak para penontonnya untuk lebih mencermati tentang pengambilan keputusan yang tidak bisa diberikan semudah mulut bicara. Keputusan harus dipikirkan dengan matang, apalagi dalam kasus ini menyangkut nyawa seorang anak kecil. Seandainya ke 12 juri tersebut memberikan keputusan yang asal-asalan dan anak tersebut benar-benar ‘tidak bersalah’, maka satu nyawa tak berdosa telah melayang di kursi listrik. Di sini, posisi Davis sebagai protagonis. Maka, bukan berarti ke 11 juri lain memberikan keputusan yang salah pula. Mereka memberikan keputusan tersebut sesuai dengan sudut pandang yang mereka anggap benar pula.

ATAU
9,5 / 10

6 komentar:

  1. Udah nonton, dan keren banget... film klasik punya cerita yang kalah menarik yaa....
    Cuma sedikit kesal dengan juri yang pake topi.... seperti nggak punya sikap.

    BalasHapus
  2. saya malah sdh nonton hampir 2 hari sekali wkwkwk tdk membosankan.. juri pake topi emang tengil.. semua kaeakternya bagus bgt serasa tdk sedang ber akting.. natural...

    BalasHapus
  3. Salah satu film jenius spanjanh sjarah umat manusia. Film ini diabadikan di museum hollywood.

    BalasHapus

AYO KITA DISKUSIKAN !