Berbeda dengan karya
sebelumnya, kali ini Studio Ghibli membuat film yang diadaptasi dari cerita
rakyat terkenal dari Jepang, Taketori
Monogatari. The Tale of The Princess Kaguya menandai karya awal Ghibli sejak hengkangnya sang
maestro, Miyazaki Hayao dari studio tersebut. Akankah film adaptasi dari cerita rakyat terkenal ini
dapat membawa kejayaan karya Studio Ghibli sebelumnya meski tanpa sentuhan
tangan dingin Miyazaki ?
Saya rasa sudah banyak yang
tahu sebagian besar dari kisah mengenai Putri Kaguya itu sendiri. Tapi di sini
saya perlu menuliskan sedikit mengenai sinopsisnya bagi yang belum
mengetahuinya sama sekali. Zaman dahulu kala ada seorang penebang pohon bambu
bernama Sanuki no Miyatsuko (Chii Takeo), menemukan sebuah cahaya yang bersinar
dari salah satu bambu di dalam hutan. Di bawah bambu yang bersinar tadi,
terdapat sebatang rebung yang mekar dan di dalamnya terdapat seorang putri
cantik dengan tubuh yang sangat mungil. Dibawalah putri mungil tadi ke rumahnya
yang sederhana di kaki gunung. Bersama istrinya (Miyamoto Nobuko), mereka berdua kemudian
merawatnya dengan penuh kasih sayang. Sanuki no Miyatsuko dan istrinya telah
hidup bersama puluhan tahun, tapi belum diberkahi seorang anak pun. Maka dengan
datangnya Hime / Putri tadi, ia
menganggapnya sebagai sebuah berkah.
Alangkah mengejutkannya, sang
Putri (Asakura Aki) tumbuh dengan begitu cepatnya. Oleh teman-temannya, ia mendapat sebutan
Takenoko atau “rebung” karena
pertumbuhannya yang cepat tadi. Sang Putri atau Takenoko menjalani hidupnya
dengan penuh bahagia bersama dengan orang tua angkatnya dan teman-temannya yang
banyak. Ia menghabiskan banyak waktu bermain bersama Sutemaru (Kora Kengo) dan adik-adiknya di dalam
hutan. Pertumbuhan sang Putri pun berjalan begitu cepatnya, tanpa terasa ia
sudah menginjak usia remaja. Suatu ketika, Sanuki no Miyatsuko menemukan banyak
emas dan kain indah berwarna-warni dari dalam bambu di hutan. Ia berpikir bahwa
Langit telah memerintahkannya untuk menjadikan sang Putri menjadi putri yang
sesungguhnya. Hidup di istana mewah dan memakai baju mewah pula.
Dari emas yang didapatnya,
kemudian Sanuki no Miyatsuko pergi ke kota untuk membangun sebuah istana di
mana ia bisa menjadikan sang Putri menjadi seorang putri yang akan memerintah
di sana dan dapat menikah dengan Pangeran pula. Tapi, sang Putri menolak
keputusan ayahnya tersebut karena ia tidak tega meninggalkan teman-temannya,
terutama Sutemaru. Bagaimanakah kelanjutan kisah sang Putri di istana ? Dan
bagaimana ia bisa memiliki nama Kaguya Hime / Putri Kaguya ?
Mungkin bagi sebagian besar
orang, film yang diangkat dari kisah yang sudah terkenal berpotensi mengurangi
ekspektasi yang besar di bagian awalnya. Memang, bagi yang sudah mengerti
sebagian besar jalan ceritanya. Tapi bagi yang belum, tentu merupakan sajian
yang istimewa ketika sebuah cerita rakyat yang berusia ratusan hingga ribuan
tahun diangkat menjadi film dengan tampilan yang lebih fresh. Saya tidak ingin mengomentari jalan cerita dari The Tale of
The Princess Kaguya yang diangkat dari cerita rakyat termahsyur dari Jepang,
Taketori Monogatari ini. Yang pastinya, kisah petualangan Putri Kaguya ini
merupakan kisah yang sangat bagus dengan banyak unsur fantasi yang
menyelimutinya. Tapi saya ingin bicara mengenai aspek visual-sound dan
keterikatannya dengan sebagian besar karya-karya Ghibli sebelumnya.
Dari aspek visual, The Tale of
The Princess Kaguya memiliki perbedaan dari para pendahulunya, yaitu
menggunakan gambar yang dibuat menyerupai lukisan cat air. Cukup beralasan
memang bila sang sutradara, Takahata Isao menggunakan konsep tersebut karena
kisah Putri Kaguya ini sendiri lebih banyak mengangkat kehidupan di istana yang
zaman dahulu sering dilukis dengan media cat air. Ada momen di mana Putri Kaguya melarikan diri dari istana ditampilkan
dengan gambar yang begitu indahnya serta didukung dengan skoring dari Hisaishi Joe yang mendramatisir, semakin
menambah dinamis pergerakan gambarnya. Musik merdu gubahannya juga semakin
menambah suasana yang syahdu ketika mengiringi penjemputan Putri Kaguya dari
istana menuju langit.
The Tale of The Princess
Kaguya sendiri memang tidak asal main adaptasi oleh Studio Ghibli. Kisah yang
terkandung di dalamnya sendiri masih seputar keindahan dunia anak yang penuh
dengan fantasi dan memiliki kesamaan dengan karya-karya Ghibli sebelumnya. Tapi
di balik itu, The Tale of The Princess Kaguya sendiri juga menyimpan kisah
kelam di dalamnya, yaitu dipaksanya Putri Kaguya untuk pindah ke ibukota
menyebabkan ia kehilangan masa-masa indah bermainnya bersama Sutemaru dkk. Selain
itu, Kaguya juga dipaksa untuk hidup ala tuan putri dengan segala aturan-aturan
yang ketat dan mengekang. Lebih parahnya lagi, Kaguya pun harus menerima
lamaran dari para pria yang ingin menikahinya, meskipun ia tidak mencintainya. Secara
fisik, Kaguya memang sudah remaja, tapi dari segi usia sebenarnya ia masih
kecil dan butuh banyak waktu untuk menikmati masa bermain bersama
teman-temannya. Sangat disayangkan sekali Kaguya yang masih kecil tersebut
menjadi ‘korban’ ketamakan dari sang ayah. Memang, sebenarnya apa yang
dilakukan ayahnya demi kebaikan Kaguya sendiri, tapi tentu ada waktu yang lebih
tepat bagi Kaguya untuk memilih jalannya sendiri.
Seperti halnya Spirited Away
(2001), kisah di balik The Tale of The Princess Kaguya sendiri juga mengangkat
tentang eksploitasi anak-anak terutama oleh orang terdekatnya. Takahata Isao
dan Sakaguchi Riko selaku penulis naskah mencoba mengorek lebih dalam lagi kisah
kelam di balik The Tale of The Princess Kaguya, jadi tidak hanya sekedar
dongeng indah berbumbu fantasi belaka. Memang tidak bisa disangka bila cerita
rakyat yang banyak dikisahkan untuk anak-anak tersebut berisikan sindiran
terhadap orang tua yang suka membatasi masa indah anak-anak dan kepada para
bangsawan kelas atas yang suka memaksakan kehendaknya untuk menikahi wanita
yang meski tidak mencintainya. Jika dibanding dengan Grave of The Fireflies
(1988), The Tale of The Princess Kaguya memang tidak ditampilkan sekelam dan
setragis itu. Masih ada momen-momen lucu yang ditampilkan dan semuanya dikemas
dengan colourful dan diiringi dengan
musik yang ceria pula, sehingga tidak terlihat terlalu
gelap dan kelam.
ATAU
8,5 / 10
sudah masuk list film yang ini ditonton
BalasHapuskental manis
ending nya kentang
BalasHapus