Selasa, 19 Mei 2015

THE WIZARD OF OZ [1939]

**FILM SUPER**
Dalam film fantasi banyak tersaji kisah yang yang seru dan imajinatif. Selain itu, didukung pula aspek seperti kostum yang unik, spesial efek canggih, atau set decor indah seperti taman-taman dan istana. Lalu, bagaimana dengan film fantasi yang dibuat sekitar 76 tahun yang lalu ? Pasti dalam benak Anda, kisah yang dihadirkan sangat biasa saja, begitu juga dengan aspek yang membungkusnya. Jika Anda berpikir seperti itu, Anda salah besar. Nyatanya, The Wizard of OZ ini benar-benar film fantasi yang sangat luar biasa bagusnya. Di tahun itu pula menjadi pertarungan 2 great movies yang memperebutkan kursi film terbaik di Academy Awards, The Wizard of OZ ini dengan Gone with The Wind. Siapa yang menang dari keduanya, sebaiknya Anda cari tahu sendiri.

Dorothy (Judy Garland) begitu kesal sekali karena anjing kesayangannya, Toto, disakiti oleh Ny. Gulch (Margaret Hamilton) yang terkenal sangat galak. Tidak terima, Dorothy kemudian melaporkannya pada Paman Henry (Charley Grapewin) dan Bibi Em (Clara Blandick). Karena mereka sibuk, Dorothy diabaikannya begitu saja, dan pergi mencari orang lain yang mau mendengar curhatannya. Didatangilah 3 orang yang bekerja pada Paman Henry, mereka adalah Zeke (Bert Lahr), Hunk (Ray Bolger), dan Hickory (Jack Haley), berharap mereka bertiga mau mendengarnya. Tapi apa yang terjadi, Dorothy malah menjadi bahan tertawaan mereka bertiga. Hari itu, mereka semua sangat sibuk dan tidak ada waktu untuk mendengar segala curhatan Dorothy. Kemudian Bibi Em berkata dengan nada bercanda bahwa akan mencarikan sebuah tempat untuk Dorothy di mana tempat tersebut ia tidak akan mendapatkan masalah. Dorothy beranggapan bahwa tempat seperti memang benar-benar ada dan ia ingin sekali pergi ke sana. 

Esoknya, Ny. Gulch datang ke rumah Dorothy sambil mengadukan pada Paman Henry dan Bibi Em bahwa dia telah digigit oleh Toto. Dia meminta supaya Toto disingkirkan, karena telah mengganggu ketenteramannya. Dorothy kemudian mendapatkan pembelaan dari Bibi Em dan dia terlibat pertengkaran dengan Ny. Gulch. Dengan terpaksa, dibawalah Toto oleh Ny. Gulch, meski akhirnya ia bisa melarikan diri. Tidak ingin Toto disakiti lagi, Dorothy berniat untuk pergi dari rumah bersama Toto demi mencari tempat tanpa masalah yang dimaksud oleh Bibi Em. Ditemuilah seorang pemilik sirkus bernama Professor Marvel (Frank Morgan). Melalui kristal kaca, dia memberitahukan Dorothy bahwa Bibi Em sedang sakit keras. Dorothy berpikir bahwa kepergiannya telah membuat Bibi Em jatuh sakit. Ia kemudian memutuskan untuk kembali pulang ke rumah. Dalam perjalanan ke rumah, tornado besar datang meluluh lantakkan Kansas, kota di mana Dorothy tinggal. Ketika sudah sampai, rumah Dorothy tiba-tiba melayang-layang terbawa oleh tornado tadi dan sampailah ia di sebuah taman indah penuh bunga dan ada jalan kuning di tengahnya.

Di sana, Dorothy berkenalan dengan seorang penyihir baik dari utara, bernama Glinda (Billie Burke). Dia memberitahu, bahwa Dorothy telah berhasil mengalahkan penyihir jahat dari timur. Tapi kemudian datanglah ancaman penyihir jahat dari barat, yang tidak terima dengan kematian saudaranya. Karena takut, Dorothy berharap pulang kembali ke Kansas meski tidak tahu harus lewat mana. Atas saran penyihir Glinda, dimintalah Dorothy untuk pergi ke Emerald City menemui pemimpin di sana, penyihir OZ. Hanya penyihir OZ yang bisa tahu caranya agar Dorothy bisa kembali pulang. Untuk bisa ke sana, Dorothy harus mengikuti jalan kuning menuju istana di Emerald City. Bagaimana kelanjutan petualangan seru Dorothy dengan Toto ? Serta bertemu dengan siapa sajakah ia dalam perjalanan tersebut ?       

Saya rasa, tidak ada kata lain yang pantas disematkan bagi The Wizard of OZ selain fantastic, great, incredible, dan kata-kata pujian lainnya untuk film ‘ajaib’ ini meski dibuat sektiar 70 tahun yang lalu. Segala aspek mulai cerita, set decor, kostum, hingga spesial efek benar-benar memukau saya yang menontonnya di era millennium ini. The Wizard of OZ adalah salah satu dari sekian film yang timeless, dan tidak akan pernah bosan untuk ditonton berkali-kali. Diangkat dari novel karya L. Frank Baum tahun 1900, The Wizard of OZ ini sendiri telah sering sekali di-remake maupun diadaptasi lagi menjadi serial kartun dan animasi. Sejak kecil, saya sendiri sudah familiar dengan nama karakter dari Dorothy, meski saya awalnya mengira bahwa nama tersebut merupakan judul dari filmnya. Tapi seingat saya, film yang pernah saya tonton saat masih kecil tadi bukanlah The Wizard of OZ versi original besutan Victor Fleming ini. Untuk film se ‘kuno’  ini, saya rasa sangat jarang berkesempatan diputar di salah satu stasiun TV di Indonesia.    

The Wizard of OZ sendiri berkisah tentang petualangan seorang gadis kecil asal Kansas di sebuah negeri dongeng bernama OZ. Dalam perjalanannya untuk menemui sang pemimpin negeri tersebut, penyihir OZ, Dorothy menemui banyak sekali rintangan, dan yang utama ia mendapatkan teman baru yang tidak kalah serunya dengan Toto, anjingnya. Mereka adalah Scarecrow, Tin Man, dan Lion. Mereka bertiga memiliki masalah masing-masing, dan kedatangan Dorothy tanpa disangka telah membantu menyelesaikan masalah mereka. Entah Anda sadari atau tidak, 3 teman baru Dorothy tersebut diperankan oleh orang yang sama sebagai 3 orang pekerja di rumah Paman Henry. Pun juga pemeran penyihir jahat dari barat, diperankan oleh Margaret Hamilton, yang juga berperan sebagai Ny. Gulch. Konsep tersebut mungkin bagi Anda bukan baru lagi, tapi untuk film lama seperti The Wizard of OZ, itu merupakan sesuatu yang sangat brilliant. Tidak hanya pemeran yang sama, karakter yang dimainkan juga memiliki sifat yang sama.

Semua hal yang dilihat oleh Dorothy di negeri OZ tidak lain merupakan dari refleksi apa yang terjadi di dunia nyata. Perasaan kesalnya pada Ny. Gulch yang galak menciptakan karakter penyihir jahat dari barat. Zeke, Hunk, dan Hickory juga merupakan bagian dari refleksi imajinasi Dorothy ke dalam negeri OZ tersebut. Dunia anak-anak yang indah seperti yang dirasakan oleh Dorothy mampu menciptakan sesuatu yang bersifat imajinatif dan terbawa seolah-olah menjadi nyata. Para penonton sebenarnya boleh memiliki interpretasi sendiri dengan apa yang dilihat oleh Dorothy itu benar-benar murni sebuah imajinasi atau memang nyata ia terbawa ke negeri dongeng bernama OZ. 

Selain dibangun dengan kisah yang seru nan imajinatif, The Wizard of OZ juga berisikan pesan moral yang kental dengan kehidupan anak-anak, yaitu tiada tempat yang seindah dengan rumah sendiri. Seorang anak biasanya dengan mudahnya memutuskan sesuatu tanpa tahu hal tersebut baik atau buruk bagi ke depannya. Begitupun dengan Dorothy, dengan mudahnya ia memutuskan untuk pergi dari rumah karena takut Toto akan diambil oleh Ny. Gulch. Dengan berbagai petualangannya yang menyenangkan tapi juga penuh banyak rintangan dan bahaya, Dorothy semakin menyadari bahwa seindah apapun di luar, tiada yang lebih baik selain di rumah bersama dengan orang-orang yang dicintai. Dari analisis saya sendiri, The Wizard of OZ sebenarnya juga mengandung pesan bahwa seindah apapun yang kita imajinasikan, tiada yang lebih indah lagi dari kenyataan. Wow, film yang luar biasa dengan pesan moral yang luar biasa pula.
ATAU
10 / 10

2 komentar:

AYO KITA DISKUSIKAN !